1 / 30

Triarko Nurlambang Pusat Penelitian Geografi Terapan Universitas Indonesia

Menilai Perkembangan Kapasitas Inovasi Nasional-Daerah (berdasarkan pengamatan dari beberapa negara). Triarko Nurlambang Pusat Penelitian Geografi Terapan Universitas Indonesia. PENGANTAR.

aleron
Télécharger la présentation

Triarko Nurlambang Pusat Penelitian Geografi Terapan Universitas Indonesia

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Menilai Perkembangan Kapasitas Inovasi Nasional-Daerah(berdasarkan pengamatan dari beberapa negara) TriarkoNurlambang PusatPenelitianGeografiTerapan Universitas Indonesia

  2. PENGANTAR Proses perkembangan pertumbuhan ekonomi regional saat ini sangat banyak dipengaruhi oleh kerangka “learning-based”. Kunci perubahan ekonomi regional dalam kerangka ini adalah perubahan teknologi. Kemampuan untuk mengikuti dan bahkan memimpin perubahan ini untuk jangka panjang sangat tergantung dari kapasitas untuk belajar dan menghasilkan inovasi. Dengan demikian kemampuan interpretasi dan mengukur perkembangan inovasi untuk kinerja perubahan ekonomi regional menjadi kunci dasar “Innovation is a process through which the nation creates and transforms new knowledge and technologies into useful products, services and processes for national and global markets – leading to both value creation for stakeholders and higher standards of living.” Definisi ini menunjukkan penghargaan terhadap kompleksitas dan sifat multidimensional dalam menangani kegiatan inovasi. Dengan demikian pengukuran bagi tingkat inovasi regional tidak hanya dapat diukur secara langsung ataupun dengan indikator tunggal. Pengembangan pengukuran tingkat inovasi ini tidak hanya cukup pada lingkup pengetahuan ekonomis industrial tetapi juga harus mencakup ide dan proses.

  3. MENJAGA MOMENTUM PENGEMBANGAN INOVASI Mungkin saat ini dibutuhkan perubahan drastis melalui pendekatan inovatif jika ingin bertahan dan tetap kompetitif. Perubahan ini dinamakan sebagai transisi pencapaian teknologi “new-to-the-world” hingga sampai pada kapabilitas pengembangan “a globally integrated economy”. Kerangka ini tidak lagi hanya bertumpu pada bertambahnya input pada bidang R&D (Litbang) tetapi harus diperluas menjadi melingkupi nilai-nilai masyarakat (customers) sebagai pendorong utama, kebijakan publik, dan infrastruktur inovasi merupakan komponen-komponen utama dalam membentuk dan membangun NIS/ National Innovation System (Sistem Inovasi Nasional). • Hasilkajiansosial-ekonomiterhadapkemajuanteknologidalam 2-3 dekadeterakhirmenunjukkan: • Inovasilebihmendalamdibandingkanurusanteknologidalmkontekspengembangansosek– terutamadikaitkandengandinamikapasar; • 2. Sepertikesehatanmanusia, tidakadaukurantunggal yang dapatmencakupseluruh • urusaninovasi– inovasiadalahfitur yang multidimensional; • FaktorPendoronginovasimestimemperhatikansisipermintaan (demand side) yang • terdeterminasidalaminvestasidanprosesdifusidariprodukbarudanjasa • Mata rantaiperkembanganinovasidaritingkatperusahaan/lembagakenasional • (end-to-end) lebihtepatdipahamidenganperspektifdinamika non-linear

  4. Pergeseran Pemahaman Inovasi

  5. STI: Science –Technology-Indicators Sumber : Egils Milbergs, 200..

  6. Reliability Humaneness Medical Science Biotechnology Network Components Bandwidth DNA Building Blocks of the 21st Century Robotics Software Communication Sustainability Atoms Bits Materials Nanotechnology Computing Information Security Safety Building Block of the 21st Century

  7. People – Situation – Innovation - Productivity Freedom and security People Team Commitment and hard work Responsibility for self and others Environment and nature Implementation of own vision Training and further training Taxes and charges Leadership and coaching Prosperity and further development Situation Laws and regulation Effectiveness and efficiency Productivity Resources and stability Processes and their contents Location and infrastructure Infrastructure and external network Technology and products Applications and services Research and development Creativity and performance Innovation

  8. PEMIKIRAN PENGEMBANGAN KAPASITAS INOVASI NASIONAL/REGIONAL/LOKAL

  9. Kontribusi Kapasitas Inovatif bagi Pembangunan Regional • In an era when intangibles are the most valuable resource, material resources become less important. The most valuable resources of our time are creativity and knowledge. Nurturing and developing those intangibles are fundamental if a region is to achieve a higher level of innovative capacity…….. To sustain a process of regional inversion, a region must develop a strong base of innovative capacity. A high level of innovative capacity is vital if a region is to become a significant source of new technologies. • Innovation for Regional Development: • 1. The concept of innovative capacity can provide important insights on the process of regional inversion • Innovative capacity can serve as a diagnostic tool to gauge changes in a region’s level of invention and innovative • potential. As the process of regional inversion advances, it is important to have benchmarks on invention and innovation. Measuring innovative capacity on a continuous basis over time can provide a comparative indicator of how regions, their sectors and industries fare as sources of new technology. • Innovative capacity can provide a multisectoral way to measure invention and innovative potential within and • between regions. Innovative capacity is not tied to any specific industry, sector or activity. It can therefore be used to measure regional invention and innovative potential in any sector where they are thought to be important. Comparative interregional analyses of specific sectors considered crucial for national or regional development can be undertaken with the innovative capacity indicator. This can provide insights on the dynamics of new sectors that depend on state-of-the-art technologies. Multisectoral analyses with the regional innovative capacity indicator can inform strategy. Strategies of regional and national development typically identify sectors that can provide greater dynamism and create jobs, wealth and improve the standard of living. Analyses of regional and national innovative capacity can provide reliable indications on sectors that might define development strategies. • Measurements of innovative capacity can provide many insights on the regional dynamics and trajectory of the • accumulation of inventions. The accumulation of inventions over time is crucial for a region if the process of regional inversion is to be sustained. • Innovative capacity can be used to analyze how invention and innovation occur through regional and • interregional networks. Networks are an important source of innovative capacity in regions and metropolitan areas. Networks that support invention and innovation occur at the level of firms, sectors and clusters. D:\my other projects\ristek\The role of innovative capacity.mht

  10. Innovation Cluster Framework (level industri/ lembaga) • 6 dimensifaktorpentinginovasi : • Innovation input factors sepertistrategiperusahaan, • pengetahuan, sumberdaya modal danmanusia, baikdomestikmaupun global; • 2. Innovation implementation factors sepertirancangan, produk, • budayaorganisasi, danhambatankomersialisasi; • Public policy environment sepertikebijakanLitbang, • perpajakan, intellectual property, standard, danaksespasar; • Innovation infrastructure conditions sepertimutupenelitiandi • perguruantinggidanlaboratoriumpemerintah, danketersediaan SDM terampil; • Consumer value and outputs sepertipertumbuhanpasar, • minimalisasibiaya, keuntungan, danpendapatan; • National outcomes sepertiketenagakerjaan, pertumbuhan • ekonomi, neracaperdagangandan competitiveness.

  11. Pengalaman Penerapan Konsep Dasar Pengembangan Inovasi Nasional-Daerah (kasus di AS dan Jerman) Sumber: Porter, Stern, dan Furman, 2002

  12. Hubungan NIS-RIS-SIS dan perusahaan Sumber: Katsikis etal, 2006

  13. CONTOH-CONTOH PENILAIAN KAPASITAS INOVASI NASIONAL/REGIONAL/LOKAL

  14. Teknik Mengukur National Innovative Capacity(Michael Porter dan Scott Stren,2001)

  15. Sumber: Porter, Stern dan Furman, 2001

  16. Sumber: Riddel dan Schwer, 2003

  17. Emperical analysis model of National Innovative System (NIS) – versi OECD Sumber : Balzat dan Pyka, 2005

  18. Technology Achievement Index CALCULATING THE TECHNOLOGY ACHIEVEMENT INDEX This illustration of the calculation of the TAI uses data for New Zealand for various years in 1997–2000. 1. Calculating the technology creation index Patents and receipts of royalties and license fees are used to approximate the level of technology creation. Indices for the two indicators are calculated according to the general formula. Patent index = (103 – 0) / (994 – 0) = 0.104 Royalty and license fee index = (13.0 – 0.0) / (272.6 – 0.0) = 0.048 The technology creation index is the simple average of these two indices: Technology creation index = (0.103 + 0.048) / 2 = 0.076 2. Calculating the diffusion of recent innovations index Using Internet hosts and the share of high- and medium-technology exports in total goods exports, the same formula is applied to calculate the diffusion of recent innovations index. Internet host index = (146.7 – 0.0) / (232.4 – 0.0) = 0.631 High- and medium-technology export index = (15.4 – 0.0) / (80.8 – 0.0) = 0.191 Diffusion of recent innovations index = (0.631 + 0.190) / 2 = 0.411 M. Desai, S. Fukuda-Parr, C. Johansson, and F. Sagasti2, UNDP, 2001

  19. 3. Calculating the diffusion of old innovations index The two indicators used to represent the diffusion of old innovations are telephones (mainline and cellular) and electricity consumption per capita. For these, the indices are calculated using the logarithm of the value, and the upper goalpost is the OECD average. For a detailed discussion see box 2.12 in chapter 2. Telephony index = (log 720 – log 1) / (log 901 – log 1) = 0.967 For electricity consumption New Zealand’s value is capped at 6,914, since it exceeds the goalpost. Electricity index = (log 6,969 – log 22) / (log 6,969 – log 22) = 1.000 Diffusion of old innovations index = (0.966 + 1.000) / 2 = 0.984 4. Calculating the human skills index The human skills index is calculated according to the general formula, using mean years of schooling and the gross tertiary science enrolment ratio. Mean years of schooling index = (11.7 – 0.8) / (12.0 – 0.8) = 0.973 Gross tertiary science enrolment index = (13.1 – 0.1) / (27.3 – 0.1) = 0.474 Human skills index = (0.990 + 0.477) / 2 = 0.725 5. Calculating the technology achievement index A simple average of the four dimension indices gives us the technology achievement index. TAI = (0.076 + 0.411 + 0.984 + 0.725) / 4 = 0.549 M. Desai, S. Fukuda-Parr, C. Johansson, and F. Sagasti2

  20. Bagaimana dengan Indonesia ? SISTEM INOVASI NASIONAL (SIN) ?

  21. SISTEM INOVASI NASIONAL (SIN) • Keberhasilan negara maju dalam menumbuhkembangkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), karena negara tersebut mampu menyinergikan perkembangan kelembagaan dan sumber daya iptek dan teknologi yang dimiliknya secara sistemik. Pendekatan itulah yang dikenal dengan sebutan Sistem Inovasi Nasional (SIN). • Untuk mengimplementasikan SIN, Indonesia sebenarnya telah mempunyai landasan hukum, yaitu UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas P3 Iptek). Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa Sisnas P3 Iptek berfungsi membentuk pola hubungan yang saling memperkuat antara unsur penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam satu keseluruhan yang utuh. Unsur-unsur tersebut terdiri atas kelembagaan, sumber daya dan jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi. • Kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi terdiri atas unsur perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang. Kelembagaan tersebut berfungsi untuk mengorganisasikan pembentukan sumber daya manusia, penelitian, pengembangan, perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi, dan membentuk iklim dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi penyelenggaraan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. • Sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi terdiri atas keahlian, kepakaran, kompetensi manusia dan pengorganisasiannya, kekayaan intelektual dan informasi, serta sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pembahasan mengenai sumber daya dibatasi pada Sumber Daya Manusia (SDM), Kekayaan Intelektual dan Informasi, dan Sarana Prasarana • Kolaborasi antara lembaga litbang pemerintah dengan perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2006 dan 2007 masih relatif rendah. Posisinya menduduki peringkat kelima dari enam negara ASEAN (Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina dan Vietnam). Hal tersebut karena ada perbedaan karakteristik litbang pemerintah dan perguruan tinggi. Perbedaan tersebut diantaranya terletak pada tujuan, tema, dan output dari masing-masing lembaga. • Selain itu, kolaborasi antara lembaga litbang pemerintah dan perguruan tinggi dengan • industri juga masih lemah • Disamping itu, 6 bidang prioritas penelitian yang ditetapkan dalam RPJMN 2004-2009 sebelumnya • telah menunjukkan berbagai hasil. Keenam bidang prioritas tersebut adalah pangan, energi, • transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, hankam, serta kesehatan dan obat.

  22. PERMASALAHAN • 1. Kelembagaan • Beberapa isu strategis yang berkaitan dengan kelembagaan adalah : • Sumber daya manusia yang dihasilkan di bidang science and engineering (MIPA dan teknik) lebih sedikit dibandingkan social science • dan humaniora. • Fungsi perguruan tinggi di Indonesia lebih dominan pada fungsi pengajaran (teaching) dari pada penelitian dan pengembangan. • Lembaga litbang pemerintah belum banyak menghasilkan invensi. • Badan usaha masih belum memiliki kemampuan inovasi yang memadai. • Lembaga penunjang masih belum memberikan dukungan dan membentuk iklim yang kondusif bagi penyelenggaraan kegiatan • penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan iptek. • 2. Sumber Daya • Beberapa isu strategis yang berkaitan dengan kelembagaan adalah : • Prosentase sumber daya iptek dalam jenjang S3 dan S2 di lembaga litbang pemerintah non departemen dan departemen masih rendah. • Jumlah SDM yang menempuh jenjang karir melalui jabatan fungsional untuk mengembangkan iptek masih belum memadai. • Sistem penghargaan dan sanksi yang adil untuk memenuhi kebutuhan dan kemajuan iptek masih belum memadai. • Masih ada kesenjangan antara SDM yang tersedia dengan kebutuhan dilihat dari sisi kepakaran yang diperlukan untuk mengembangkan • enam bidang prioritas iptek (pangan, energi, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, pertahanan dan keamanan, serta • kesehatan dan obat). • Jumlah jurnal ilmiah yang terakreditasi cenderung mengalami penurunan. • Terdapat kesenjangan yang cukup besar antara jumlah makalah ilmiah Indonesia yang dihasilkan dengan negara-negara ASEAN • seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. • Paten yang diusulkan oleh orang Indonesia di dalam negeri masih lebih rendah dibandingkan dengan paten yang diusulkan oleh orang • asing di Indonesia. • Fasilitas litbang di lembaga litbang pemerintah dan perguruan tinggi masih sangat sedikit dan fasilitas yang terakreditasi baru mencapai • 29 unit. • 3. Jaringan • Beberapa isu strategis yang berkaitan dengan jejaring antar kelembagaan perguruan tinggi, lembaga litbang dan badan usaha antara lain sebagai berikut: • Kolaborasi antara lembaga litbang pemerintah dengan perguruan tinggi di Indonesia masih relatif rendah. • Kolaborasi antara lembaga litbang pemerintah dan perguruan tinggi dengan industri juga masih lemah. • Keberadaan lembaga intermediasi masih belum efektif.

  23. SASARAN • Terciptanya keselarasan/ harmoni dan sinergi kebijakan yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya/ kemajuan • sistem inovasi. • Berfungsinya kelembagaan sistem inovasi; • Meningkatnya kemitraan; • Berkembangnya budaya kreatif dan inovatif; • Terciptanya penajaman prioritas pembangunan Iptek; • Kesiapan menghadapi Tantangan global; • Terwujudnya pemanfaatan teknologi untuk kelestarian lingkungan hidup, perubahan iklim dan kebencanaan. ARAH KEBIJAKAN • Pembangunan iptek sebagai bagian integral dari penguatan sistem inovasi diarahkan untuk menciptakan, menguasai dan • mendayagunakan iptek bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian dan daya saing bangsa serta kohesi sosial yang • senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan lokal, serta memperhatikan sumber daya dan • kelestarian fungsi lingkungan hidup. • 2. Penguatan sistem inovasi diarahkan pada harmonisasi dan sinergi kebijakan; memperkuat kelembagaan dan daya dukung • iptek, serta meningkatkan kapasitas absorpsi iptek oleh industri; meningkatkan kemitraan produktif antara lembaga • penyedia dan pengguna teknologi (hasil litbangyasa); mengembangkan budaya kreatif-inovatif, memperkuat bidang • unggulan prioritas Iptek yang sesuai dengan potensi nasional dan daerah; serta meningkatkan kesiapan menghadapi • perkembangan global. • 3. Peningkatan kemampuan dan kapasitas iptek terutama diprioritaskan untuk mendukung ketahanan pangan; penciptaan • dan pemanfaatan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan manajemen dan • teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan dan keamanan, teknologi kesehatan dan obat, dan teknologi • material maju. Penentuan prioritas tersebut dapat dilakukan dengan technology foresight. Prioritasi bidang – bidang • tersebut tidak berarti mengabaikan bidang – bidang lainnya, seperti pengembangan teknologi material maju, pemanfaatan • teknologi pengurang resiko bencana maupun teknologi untuk mengatasi degradasi lingkungan, dsb. • Pengembangan sistem inovasi nasional dan daerah dilakukan seiring dengan mendorong peran aktif dunia usaha dan • masyarakat dalam investasi inovasi (aktivitas litbangyasa).

More Related