1 / 47

PANDUAN PELAKSANAN KHUTBAH JUM’AH

PANDUAN PELAKSANAN KHUTBAH JUM’AH. Dr. Asep Zaenal Ausop, M.Ag Dosen Agama/Etika Islam ITB. ESSENSI KHUTBAH JUM’AH. Essensi khutbah jum’at adalah taushiyah (nasihat) dalam rangka pembinaan umat Islam menuju umat yang lebih baik.

Télécharger la présentation

PANDUAN PELAKSANAN KHUTBAH JUM’AH

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PANDUAN PELAKSANANKHUTBAH JUM’AH Dr. Asep Zaenal Ausop, M.Ag Dosen Agama/Etika Islam ITB

  2. ESSENSI KHUTBAH JUM’AH • Essensi khutbah jum’at adalah taushiyah (nasihat) dalam rangka pembinaan umat Islam menuju umat yang lebih baik. • اللهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ • “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni nereka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqoroh (2) : 257)”

  3. TUJUAN KHUTBAH JUM’AT • Secara umum, tujuan khutbah tidak terlepas dari tujuan dakwah secara keseluruhan yakni untuk mengubah peradaban (civilization changes) dari peradaban yang jahiliyah kepada peradaban yang benar-benar adab, baik menyangkut kegiatan ekonomi, politik, sosial budaya, dan lain-lain. • Dengan demikian khutbah jum’at harus membantu mengubah seluruh sisi kehidupan ke arah yang lebih baik, antara lain mengubah perekonomian yang berlandaskan ekonomi kapitalis dan berbasis riba kepada ekonomi dan perbankan syari’ah. Mengubah politik liberal kepada politik yang Islami, mengubah masyarakat yang biadab menjadi masyarakat yang beradab. • Pendek kata tujuan khutbah jum’at adalah membina umat Islam agar mencapai kualifikasi kepribadian yang bertaqwa kepada Allah SWT.

  4. KEDUDUKAN KHUTBAH JUM’AH • Dari sisi fiqih ibadah, khutbah jum’at merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanakan ibadah jum’at, sehingga ibadah jum’at tidak sah tanpa diawali dengan khutbah berdasarkan Al-Qur’an surat al-Jumuah ayat 10 yang menegaskan :…..فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ…. ”…. segeralah kamu untuk mengingat Allah….. “, yang dimaksud dengan mengingat di sini adalah khutbah jum’ah. Demikianlah. kesepakatan para ulama. • Dari sisi fiqih Dakwah, khutbah jum’at merupakan bagian dari dakwah bil lisan yang memiliki nilai stategis tinggi karena merupakan pembinaan mingguan yang wajib diikuti, siapapun yang meninggalkan jum’atan tiga kali maka hatinya akan ditutup Allah. Hadits menegaskan : • عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ ثَلاَثَ • مَرَّاتٍ مِنْ غَيْرِ ضَرُورَةٍ طُبِعَ عَلَى قَلْبِهِ“Barang siapa yang meninggalkan tiga kali shlat jum’at tanpa alasan, maka hatinya akan ditutup oleh Allah”(HR. Ahmad)

  5. DAMPAK YANG DIHARAPKAN • Dampak yang diharapkan dari khutbah jum’at adalah perubahan peradaban (civilization changes) . • Tingkatan yang harus dicapai dalam perubahan peradaban adalah (1). Perubahan mindset (2). Perubahan prilaku (3). Perubahan sistem (4). Perubahan peradaban. • Agar terjadi perubahan persepsi maka masyarakat harus IQRA (membaca) , paling tidak harus ISMA’ ( mendengar ). • Dengan demikian, khutbah jum’at adalah media yang sangat stategis untuk menyampaikan informasi, ilmu penegetahuan, konsep-konsep dengan tujuan untuk mengubah persepsi masyarakat. • Bayangkan dampak apa yang akan terjadi jika khutbah jum’at ini efektif (kena sasaran). Dampak jangka pendeknya adalah terjadi perubahan mind set sesuai dengan setting Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, kemudian akan lahir perubahan prilaku (berahvior change) secara orang perorang dan secara kelompok, setelah itu akan terjadi perubahan sistem di seluruh segi kehidupan, pada akhirnya lahirlah perubahan kebudayaan (civilazation change) . • Jadi dampak khutbah jum’at jangka panjang adalah terwujudnya peradaban Islam yang rahmatan lilálamien menggantikan peradaban Jahiliyah. Inilah yang kita rindukan.

  6. BEBERAPA CONTOH PERSEPSI YANG SALAH • Jangan mati-matian mencari harta sebab harta itu tidak akan dibawa mati. • Hidup itu harus seimbang antara perjuangan untuk mendapatkan dunia dan perjuangan untuk mendapatkan akhirat. • Untuk apa jabatan, toh jabatan hanya akan memberatkan di yaumil hisab. • Nabi tidak pernah berpoligami selagi Khadijah masih hidup Jadi poligami tidak bisa dilakukan manakala isteri pertama masih hidup. • Orang yang tidak bermadzhab kepada salah satu dari imam madzhab yang empat, di akhirat kelak tidak jelas siapa pemimpinnya. • Semua agama itu benar karena semua agama mengajak penganutnya untuk berbuat kebaikan. • Walaupun bapak Fulan tidak shalat tetapi akhlaknya benar-benar baik. • Memang benar bahwa dengan hidup jujur dewasa ini, kita akan sulit mendapatkan harta yang mencukupi kehidupan ini.

  7. SYARAT KHUTBAH JUM’AT • Syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan perbuatan, sedangkan rukun adalah apa yang harus ada ketika sedang melakukannya agar perbuatan itu menjadi absah. • Syarat khatib : pria yang muslim, baligh, sehat akal pikirannya serta memiliki kemampuan menjadi khatib. Sedangkan syarat untuk melaksanakan jum’at adalah sudah masuk waktu dan ada sekelompok muslim yang akan berjum’atan. • Selain syarat di atas terdapat ketentuan lainnya yang dikemukakan para ulama yakni (1). Niat berkhutbah (2). Pantas disebut khutbah (3). Dibacakan secara nyaring (4). Kedua khutbah bersambung dengan shalatnya (5), Berkesinambungan antara khutbah pertama dengan khutbah kedua (6). Dilakukan sambil berdiri (7) Dilakukan di atas mimbar (8). Duduk di belakang mimbar sebelum mulai khutbah (9) membaca salam ketika naik mimbar (10). Berkhutbah sambil menghadap jemaah (11). Khutbah dilaksanakan secara singkat (12) Dilaksanakan dengan tenang.

  8. RUKUN KHUTBAH JUM’AT • Agar khutbah jum’at sah maka harus memenuhi rukun-rukunnya, yaitu(1). membaca Hamdalah, atau pujian kepada Allah dan Tasyahud (2). membaca shalawat kepada Rasulullah SAW (3). Wasiat atau taushiyah kepada ketaqwaan (4). Membaca ayat Al-Qur’an yang dapat dipahami isinya dan (5). Mendoakan mukminin dan mukminat. • Menurut pendapat yang lebih sahih tertib rukun seperti itu bukan wajib tetapi sunnah.

  9. HAMDALAH DAN TASYAHUD • Setelah khatib berdiri sempurna, khatib mulai membuka khutbah dengan bacaan hamdalah. Kalimat hamdalah yang standar diucapkan oleh Nabi SAW adalah • إِنَّ اَلْحَمْدَ لِلَّهِ , نَحْمَدُهُ , وَنَسْتَعِينُهُ , وَنَسْتَغْفِرُهُ , وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا , مَنْ يَهْدِهِ اَللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ • Berdasarkan hadits dari Ibnu Masúd berikut ini: • وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ ( قَالَ : عَلَّمَنَا رَسُولُ اَللَّهِ ( اَلتَّشَهُّدَ فِي اَلْحَاجَةِ :"إِنَّ اَلْحَمْدَ لِلَّهِ , نَحْمَدُهُ , وَنَسْتَعِينُهُ , وَنَسْتَغْفِرُهُ , وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا , مَنْ يَهْدِهِ اَللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَيَقْرَأُ ثَلَاثَ آيَاتٍ".

  10. REDAKSI TAHMID LAINNYA • Bisa jugakhatib menyusun redaksi tahmid sendiri sepanjang tetap tidak mengubah ma’na tahmid antara lain sbb : • اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. • atau • الحمد لله والشكر على نعمة الله وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اما بعد.

  11. SHALAWAT KEPADA NABI • Membaca shalawat dalam khutbah sebagai sebuah rukun masih khilafiyah (silahkan baca dalam lampiran). Terlepas dari pro kontra tersebut namun data menyebutkan bahwa para sahabat Nabi dan salaf as-shalih apabila mereka membaca hamdalah atau memuji Allah selalu dilanjutkan dengan bacaan shalawat kepada Nabi sebagai adab kepada Rasulullah SAW. • Bacaan shalawat bisa bermacam-macam antara lain sbb: • اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى النبي الكريم محمد صلى الله عليه وسلم و على اله واصحابه ومن تبعه الى يوم الدين • اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى اشراف الانبياء والمرسلين محمد صلى الله عليه وسلم و على اله واصحابه ومن تبعه الى يوم الدين • اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ • Bisa juga khatib menyusun sendiri kalimat shalawat jika ia memang memiliki kemampuan berbahasa Arab yang memadai. Namun yang paling penting, isinya adalah mendoakan nabi.

  12. MEMBACA AMMA BA’D • Amma Ba’d artinya adapun setelah itu. Ucapan ini biasa diucapkan oleh Nabi SAW. Setelah mengucapkan dua kalimah syahadat dalam tahmid. Sebagaimana hadits berikut ini : • عَنِ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَسَمِعْتُهُ حِينَ تَشَهَّدَ يَقُولُ « أَمَّا بَعْدُ » (رواه البخاري) • Dari Al-Miswar bin Makhramah, berkata bahwa; Rasulullah SAW berdiri (berkhutbah) ketika itu saya mendengar Rasulullah mengucapkan “Amma ba’d” setelah beliau bertasyahud. (HR. Bukhari)

  13. TAUSHIYAH TAQWA • Sebenarnya setiap khutbah jum’at dan setiap ta’lim pasti berisi taushiyah atau nasehat agar jemaah bertaqwa kepada Allah SWT. Akan tetapi jemaah akan merasa lebih tenang dan sah secara syar’i apabila taushiyah ketaqwaan itu diucapkan secara ekplisit. • Kalimat taushiyah ketaqwaan di awal khutbah bisa berbunyi sbb : • اَيُّهَا اْلحَاضِرُوْنَ, اُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ • artinya “Wahai jemaah yang hadir, saya berwasiat kepada anda semua dan kepada diri saya sendiri untuk bertaqwa kepada Allah, maka sungguh beruntung orang-orang yang bertaqwa. Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kami mati kecuali dalam keadaan muslim”, • Susunan kalimat taushiyah ketaqwaan bisa disusun sendiri oleh khatib jika memang khatib memiliki kemampuan berbahasa Arab yang memadai.

  14. MENDOAKAN SEGENAP KAUM MUSLIMIN • Apabila khutbah kedua hampir selesai, maka ditutup dengan doa. • Isi doa bebas, bisa bersifat umum, bisa juga bersifat khusus sesuai masalah yang aktual. • Di dalam doa itu terdapat doa untuk segenap kaum muslimin wal muslimat. “Allhumag fir lil mukminina wal mukminat, wal muslimina wal muslimat, al-ahya-I minhum wal amwat…..”

  15. MEMBACA AYAT AL-QUR’AN ATAU HADITS RUJUKAN • Setelah khatib selesai membaca hamdalah, syahadat, shalawat, dan taushiyah ketaqwaan, sebaiknya khatib membaca ayat Al-Qur’an atau hadits yang akan dijadikan titik tolak dan rujukan dalam menguraikan pokok bahasan atau judul khutbah. • Sebelum membacakan ayat Al-Quran dahuluilah dengan membaca taudz. Khatib mengucapkan kalimat sbb : • قال الله فى القرأن الكريم. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم .... • Apabila akan membahas topik pernikahan maka bacalah antara lain surah al-Rum ayat 21. • وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ • Adapun terjemahnya nanti dibaca ketika menguraikan isi khutbah.

  16. Lanjutan …. • Jika membahas kelalaian melaksanakan shalat bacalah surat Maryam ayat 59, dll. • فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا • Asal muasal kejadian langit dan bumi : QS. 21 : 30 • Proses penciptaan manusia di dalam rahim : QS. Al- Mukminun 12-14. Teruskan dengan membaca hadits : وقال النبي ...

  17. CONTOH LENGKAP • إِنَّ اَلْحَمْدَ لِلَّهِ , نَحْمَدُهُ , وَنَسْتَعِينُهُ , وَنَسْتَغْفِرُهُ , وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ,ومن سيأت اعمالنا مَنْ يَهْدِهِ اَللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ ومن يضلله فلا هادي له , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وحده لا شريك له , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى النبي أَمَّا بَعْدُ. الكريم محمد صلى الله عليه وسلم و على اله واصحابه ومن تبعه الى يوم الدين. الدين. أَمَّا ا اَيُّهَا ََُّا اْلحَاضِرُوْنَ, اُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى, للهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ و قال الله فى القرأن الكريم. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ وقال النبي صلى الله عليه وسلم النكاح سنتى فمن رغب عن سنتى فليس منى

  18. PERSIAPAN KHUTBAH • Mempersiapkan bahan khutbah • Berpakaian yang baik dan menyiapkan alat yang diperlukan • Berangkat ke tempat khutbah • Berwudhu • Memasuki mesjid • Membaca doa sebelum naik mimbar. • رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي{} وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي {} وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي {} يَفْقَهُوا قَوْلِي • “Rabb, lapangkanlah dadaku, mudahkan urusanku, bukakanlah simpul-simpul (pikiran mereka) dengan ucapanku ini, sehingga mereka memahami perkataanku”. • Naik mimbar . • Menjawab adzan

  19. MENYAMPAIKAN TOPIK BAHASAN Ragam pilihan pembukaan khutbah , antara lain sbb : • Menyampaikan informasi menarik . • Menyampaikan topik bahasan. • Menyampaikan pertanyaan untuk dijawab. • Menyampaikan statement . • Menyampaikan ayat yang akan dibahas. Mengapa judul pembahasan harus disampaikan lebih awal ? alasannya adalah sbb : Supaya jemaah memahami topik apa yang akan dibahas, mudah-mudahan jemaah tertarik serta memudahkan jemaah untuk mengukur apakah pembahasan ini fokus atau tidak.

  20. CONTOH JUDUL KHUTBAH • Kebahagiaan relatif versus kebahagiaan absolut • Amal-amal Ekosistem • Tiga kegelapan dalam proses penciptaan janin • Pentingnya Pencitraan bagi Islam dan Muslim • Hubungan antara Hukum Alam (Sunnatullah) dan Hukum Agama (Syari’atullah). • Fungsi gunung bagi kehidupan menurut Al-Qur’an. • Tata aturan kepemilikan air, energi dan tempat penggembalaan dalam formulasi hukum Islam. • Karakteristik Al-Qur’an sebagai asy-Syifa (Obat).

  21. KRITERIA MATERI KHUTBAH YANG BAIK • Dari sisi isi (contens), khutbah yang baik antara lain khutbah yang mencerahkan, baik mencerahkan pemikiran maupun mencerahkan hati. Lebih rinci lagi sbb : • Mencerahkan pemikiran: Materi khutbah dinilai baik apabila dapat mengubah persepsi yang salah dan menambah wawasan . Dalam hal ini paling tidak 20 % isi khutbah adalah pengetahuan yang benar-benar baru bagi jemaah. • Mencerahkan jiwa : Materi khutbah yang baik adalah apabila sanggup memberikan pencerahan jiwa kepada jemaah. Jemaah yang semula selalu pesimis menghadapi masa depan dan kehilangan gairah hidup mendapat pencerahan hati sehingga menjadi orang yang besemangat penuh optimis,.

  22. Lanjutan …… • Sesuai dengan kebutuhan jemaah. Dalam hal ini khatib tidak boleh otoriter menyampaikan khutbah yang dianggap baik oleh dirinya sendiri padahal materi itu tidak dibutuhkan oleh jema’ah. • Materi harus yang dikuasai oleh Khatib. Materi khutbah yang baik akan terasa enak terdengar, sarat ilmu, dan mantap terasa di qalbu. Enak bagi khatib enak pula bagi pendengar.

  23. AZAS FILOSOFIS PENGEMBANGAN MATERI KHUTBAH • Sistimatis (runtut) : Khutbah disusun secara urut dari A sampai Z. • Rasional (mudah dicerna) : Khatib harus mengusahakan agar meteri khutbah mudah dicerna pikiran. • Objektif (jelas rujukannya) : Suarat dan ayat berapa, hadits riwayat siapa. • Komprehensif (menyeluruh) : Ialah menjelaskan suatu persoalan yang dilihat dari berbagai macam sisi. • Radikal (mendalam) : Khutbah jum’at hanya sebentar, kira-kira 20-25 menit, oleh karena itu harus benar-benar effesien . Dalam khutbah jum’at, lebih baik “banyak bicara tentang sedikit daripada sedikit bicara tentang banyak”.

  24. Lanjutan ……. • Inhern (kokoh dan merupakan satu kesatuan) : Bagian demi bagian khutbah harus saling mengokohkan. • Konsisten (memiliki Keajegan). Penggunaan azas, prinsip, dan kaidah yang digunakan dalam menguraikan materi khutbah harus konsisten atau memiliki keajegan. • Aktual (kekinian) : Khatib harus mampu membawa materi yang dijelaskan kepada situasi kekinian. • Mapping (pemetaan) : Ialah mendudukan posisi sesuatu dalam peta besar. • Prediktif (meramalkan) : Khatib harus memprediksi apa yang akan terjadi.

  25. HAL-HAL YANG HARUS DIHINDARI DALAM PENGEMBANGAN MATERI KHUTBAH • Mengupas dua topik : jangan sampai terjadi pada khutbah kedua membahas topik yang baru, sebab khutbah itu harus membahas topik yang terbatas, terfokus dan mendalam. • Membahas khilafiyah : Pembahasan tentang masalah khilafiyah memerlukan waktu yang cukup lama tidak efektif dibahas dalam khutbah jum’at. • Membahas materi yang tidak dikuasai walaupun sangat mungkin meteri itu menarik (Kasus : tentang efek rumah kaca). • Materi pesanan : misalnya untuk “memukul “ atau “nyemes” orang atau kelompok tertentu. • Memvonis hal yang tidak pasti, misalnya memvonis secara mutlak bahwaa itu bid’ah atau wajib dalam hal-hal yang masih debatable .

  26. Lanjutan…… • Tendensius : Tendensius di sini adalah sebuah perkataan ditujukan untuk menyindir seseorang. • Berisi provokasi , agitasi dan adu domba. • Melecehkan Islam : Misalnya khatib berkata : “Jika dipikir-pikir mendalam memang semakin terpikir, bahwa adanya aturan di dalam Al-Quran yang membolehkan suami berpoligini adalah sebuah sikap pelecehan terhadap harkat dan martabat kaum wanita. • Menggugurkan keseluruhan isi ceramah : Misalnya : ”Betul bahwa merokok itu berbahaya sebagaimana penjelasan tadi, tetapi pada akhirnya, terserah kepada pilihan jemaah sendiri, tidak merokok bagus, kalau pun mau merokok ya tidak apa-apa”. Pernyatan ini menghancurkan semua isi khutbah. • Jangan hanya melempar wacana : khutbah itu harus berisi taushiyah untuk dibawa pulang dan dijadikan pegangan berkeyakinan dan beramal bukan sekadar wacana. • Tidak menggurui : khatib jangan menganggap jamaáh bagaikan “kaleng kosong” sehingga didoktrin sedemikian rupa seperti guru kepada murid yang bodoh.

  27. PENDEKATAN DALAM MENGANALISIS MATERI KHUTBAH •  Pendekatan Linguistik (kebahasaan) : ialah membahas suatu persoalan melalui analisis kebahasaan, etimologi, asal usul kata, • Pendekatan Kesejarahan : Ialah menjelaskan sesuatu dari sisi kesejarahan yakni mengungkapkan data dan fakta di masa lalu dengan segala penafsirannya. • Pendekatan Teologis (Ketuhanan, syar’i) : Ialah menganalisis permasalahan dengan mendasarkan kepada ayat Al-Qur’an, hadits dan Ijtihad para ulama sehingga dapat diketahui hukumnya. • Pendekatan Ideologis : yakni menganalisis masalah dari sisi ideologi atau cita-cita terdalam yang ada pada setiap individu atau kelompok.

  28. Lanjutan……….. • Pendekatan Sosiologis : ialah melihat sebuah persoalan dari sisi hubungan timbal balik antara manusia baik individu maupun kelompok. • Pendekatan Medis : ialah melihat persoalan dari sisi kesehatan, misalnya menjelaskan khitanan dan kesehatan, shaum dan kesehatan, shalat dan kesehatan, rumah tangga dan kesehatan, dll. • Pendekatan Ekonomis : ialah menjelaskan sebuah masalah dari sisi baik buruk atau untung rugi secara ekonomi. • Pendekatan Psikologis : Ialah menjelaskan suatu persoalan dari sisi psikhis, perkembangan jiwa, misalnya menerangkan soal bunuh diri. • Pendekatan Politis : ialah melihat baik tidaknya sesuatu dari sisi negara dan pemerintahan. • Pendekatan Militer dan Keamanan : ialah membahas sutau persoalan dari kacamata militer dan keamanan.

  29. PENDALAMAN MATERI KHUTBAH • Batasan masalah : Khutbah adalah penyampaian materi dalam waktu singkat sekitar 20 sampai 25 menit, oleh karena waktu yang terbatas maka harus ada pembatasan masalah. • Inti (core) Pembahasan : Khatib harus menentukan inti pembahasan. Contoh jika membahas masalah khalifah fil ardh maka inti pembahasan harus diarahkan kepada masalah yang paling penting diketahui jemaah misalnya tugas dan tanggung jawab manusia dlam mengelola bumi untuk sebesar-besarnya kesejahteraan manusia. Jangan sampai semua sub pokok bahasan ditekankan. • Pendalaman ala Spiral : Pembahasan harus seperti spiral dari lingkaran besar terus mengecil dan semakin mendalam. \

  30. PENDEKATAN DALAM MENYAMPAIKAN MATERI KHUTBAH • Pendekatan Emosional : ialah menyampaikan isi / materi khutbah dengan melibatkan segenap emosi, seperti sedih, gembira, tegang, dll • Pendekatan Rasional : ialah menyampaikan materi khutbah dengan melibatkan semua unsur logika, pemikiran, nalar, rasio. • Pendekatan Filosofis : ialah menjelaskan sesuatu dengan betul-betul mengungkapkannya secara filosofis sebagaimana dijelaskan di atas. Misalnya menjelaskan tentang tauhid yang terkandung dalam kalimat Qul hullahu ahad. Tuhan itu satu, mengapa harus satu ? Allah itu Ahad. Ahad itu shighat mubalaghah atau superlatif yang artinya Maha Esa, Esa Absolut. Apa bedanya dengan Esa relatif ? Atau menjawab pertanyaan tentang : “Mengapa Allah mengizinkan iblis untuk mengoda nanusia”, dll.

  31. PENGGUNAAN CONTOH • Penjelasan materi sebaiknya disertai contoh-contoh yang mudah dimengerti tetapi : • Jangan menyebut nama asli orang yang dijadikan contoh.: Al-Qur’an menjelekan Fir’aun di zaman nabi Musa as, padahal nama aslinya Ramses II. Demikian pula nama asli Abu Lahab adalah Abul Auza • Jangan menyebut inisial : misalnya Asep Zaenal Ausop dengan sebutan AZA, ini bisa ditebak orang. • Jangan menyebut identitas lain di luar nama dan insial seperti usia, ciri-ciri fisik, alamat, tempat pekerjaan, dll yang menuntun jemaah agar dapat menebak siapa orang yang dimaksud. • Jangan menyebut nama kelompok, korp, instansi

  32. Lanjutan……………. • Jangan memuji seseorang yang belum dikenal luas kebaikannya. Jika terpaksa harus memuji seseorang maka sebaiknya diawali dengan kata-kata: “…..sejauh yang saya ketahui, orang itu adalah orang yang jujur, amanah, gesit, lincah, ikhklas dan lain-lain, wallahu a’lam…”. Ini untuk menjaga adanya keburukan orang itu yang tidak diketahui khatib tetapi diketahui oleh orang lain. • Jangan menyebutkan aib orang : Khatib tidak boleh sekali-kali menghina orang. Kalau pun terpaksa harus menyebutkan kelemahannya, maka jangan sebut nama aslinya dan sebaiknya diawali dengan kata-kata sbb : ” … sejauh yang saya ketahui, orang itu pernah cacat akhlak yakni tidak amanah dalam soal keuangan….. wallahu a’lam…”.

  33. Jangan dicampuri kebohongan : Memberikan contoh jangan dicampuri kebohongan sngat tidak terpuji, kecuali jika dikatakan anekdot. • Jangan mengundang ketawa : Contoh-contoh yang dikedepankan ketika khutbah jum’at tidak boleh memancing orang tertawa. Mungkin saja sebuah contoh yang sama sekali tidak dianggap lucu oleh khatib yang bersangkutan tetapi ternyata mengundang tawa. Itu sangat tidak baik. • Jangan menyampaikan contoh yang sulit dipahami : Penyampaian contoh dimaksudkan agar materi khutbah mudah dipahami jemaah, tetapi apabila contoh yang disampaikan malah mengaburkan essensi khutbah maka sebaiknya khatib mencari contoh lain yang mudah dipahami, baik dari tata lisannya maupun substansinya. • Jangan tadlis : Yang dimaksud dengan tadlis adalah tidak menyebutkan sumber beritanya, dan seakan-akan ia melihat atau mendengar langsung. Misalnya : Seorang khatib berkata : “Pada waktu itu saya mendengar rintihan kesakitan dari para korban tabrakan yang terjadi “ padahak dia tidak mehyaksikannya .

  34.  AKHLAK SEORANG KHATIB • Dari sekian banyak sisi dan dimensi akhlak, paling tidak terdapat sepuluh parameter akhlak bagi khatib, yakni sbb : • Ikhlas dalam melaksanakan tugas sebagai khatib. Tidak berorientasi kepada pujian, ujrah, atau motive-motive duniawi lainnya , tetapi semata-mata karena ingin membina umat. • Bisa tepat waktu. Khatib harus bisa datang tepat waktu. Sebaiknya khatib datang maksimal 15 menit sebelum tiba waktu dzuhur. • Tepat jani : Khatib tidak boleh membatalkan janji tanpa penjelasan yang masuk akal dan memberitahukannya jauh-jauh hari sebelumnya. • Santun kepada setiap orang. Di dalam surat al-Furqan ayat 63 dan seterusnya disebutkan bahwa ciri utama hamba Allah adalah apabila ia berjalan di atas bumi ia bersikap santun. Jika ia bertemu dengan orang-orang yang jahil, ia tetap mengatakan pernyataan yang mendamaikan. Santun adalah syarat mutlak bagi seorang hamba Allah apa lagi sabagai khatib. • Bersikap pemaaaf. Sangat mungkin pengurs DKM tidak menjemput bahkan tidak mengenal khatib, sangat mungkin pula pengeras suara kurang bagus, tempat imam terasa gerah, dan berbagai fasilitas sangat tidak memuaskan, maka khatib harus benar-benar pemaaf, jangan sekali-kali menggerutu dan tidak baik mengeluarkan kata-kata yang menggambarkan perasaan kecewa.

  35. Lanjutan …….. • Sanggup menjaga muruah (wibawa). Imam/ khatib harus mampu menjaga muruah atau wibawa. Oleh karena itu setiap perbuatan yang halal tetapi kurang cocok dengan kebiasaan setempat dan dapat mengurangi wibawa sebaiknya dihindari, misalnya makan – minum di pinggir jalan, makan minum sambil berdiri, terlalu banyak berbicara padahal kurang penting, atau mungkin bagi daerah tertentu khatib tidak mengenakan peci. • Tubuh dan pakaiannya harus bersih. Sebaiknya tubuh seorang khatib dalam keadaan prima dan tidak sedang sakit yang dapat mengganggu konsentrasi. • Sanggup menakar emosi. Seorang khatib sangat mungkin merasa jengkel ketika ada jemaah yang ngobrol di saat khutbah berlangsung. Dalam keadaan seperti itu khatib harus menegur mereka tetapi tetap dengan bahasa yang santun, kalau pun khatib marah tetap marah dengan bahasa yang santun • Merendah hati. Sangat mungkin ada jemaah yang ilmu pengetahuannya lebih tinggi daripada khatib bahkan mungkin juga lebih saleh, oleh karena itu seorang khatib harus merendah hati dan tidak bersikap seakan menggurui. Sikap merendah hati khatib bisa terbaca dari caranya menyampaikan khutbah, baik dalam gaya maupun intonasinya. • Sanggup menjaga nama baik corp. Seorang khatib harus menjaga nama baik corp ulama, jangan sekali-kali merendahkan ulama lain, atau mengungkap aib teman secorp. Ulama yang bisa menjaga nama baik teman sejawat atau mau mengakui kelebihan khatib lain, ia akan mendapat kehormatan.

  36. ANTARA ROLE OF LOVE DAN ROLE OF LAW • Ada dua cara dalam mengamalkan al-Islam yakni role of love dan role of law. • Role of Law adalah pengamalan Islam dengan pendekatan hukum atau syari’ah, targetnya adalah keabsahan amal secara hukum. Sedangkan role of love adalah pengamalan Islam dengan pendekatan cinta atau mahabbah. Targetnya adalah mempersembahkan amal yang paling baik kepada sang kekasih yakni Allah SWT. • Apabila seorang pria melaksanakan shalat dengan hanya memakai celana pendek tanggung dengan target hanya menutup aurat sebatas lutut sampai pusat, itu sah-sah saja. Itu disebut role of law. Berbeda dengan pria yang melaksanakan shalat dengan memakai pakaian yang layak, misalnya memakai baju tangan panjang, baju taqwa, jas, dll sehingga nampak lebih pantas. Itu adalah pendekatan cinta atau role of love. • Seorang khatib jum’at harus menggunakan pendekatan role of love.

  37. HAKIKAT RETORIKA • Retorika berasal dari bahasa Ingeris rethoric yang artinya ‘ilmu bicara’. Dalam perkembangannya, retorika disebut sebagai seni berbicara (the art of speech). • Dalam kaitan dengan khutbah jum’at, retorika adalah seni berkhutbah dengan tujuan (1). Agar penyampaian khutbah benar-benar menarik (2) Agar isi khutbah dapat mencapai target tujuan yang telah ditetapkan.

  38. PERCAYA DIRI dalam RETORIKA • Sikap percaya diri adalah modal yang sangat penting. • Untuk menumbuhkan percaya diri maka seorang khatib harus mempersiapkan diri seoptimal mungkin, dari mulai pemilihan materi, latihan khutbah, sampai kepada persiapan mental. • Memang ada hadits yang menyatakan “Undzur ma qala wal tandzur man qala” Lihat isi ucapannya jangan melihat siapa yang mengucapkan-nya”. Akan tetapi penampilan yang mengesankan tetap diperlukan. • Harus konsisten kepada rencana semula, jangan diubah di tengah perjalanan. • Bergaya orisinal tidak perlu meniru gaya orang lain. • Hindari kata-kata yang penuh keraguan seperti perkataan ” saya kira…..”

  39. Lanjutan…………….. • Mengatur Intonasi : Ceramah yang menarik adalah ceramah yang nadanya naik turun. Tidak datar terus atau tidak tinggi terus-menerus, apalagi bila dalam ceramah berkisah tentang dua orang yang berdialog, tentu harus dapat dibedakan suara antara tokoh yang satu dengan yang lain. • Mengatur Tempo : Seorang penceramah hendaknya mengatur tempo pembicaraan sehingga antara kalimat yang satu dan kalimat berkutnya diberikan jarak. Dari sini seorang penceramah tidak berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat.

  40. Lanjutan…………………. • Memberi Tekanan : Dalam ceramah seringkali ada kalimat-kalimat yang amat penting untuk dipertegas kepada pendengar. Kalimat itu harus diberi penekanan dengan cara mengulang-ulang, karena dengan begitu jamaah mendapat kejelasan yang memadai. Bahkan hal ini bisa dibantu dengan menggunakan gerakan tangan seperti menunjukkan atau memperlihatkan jumlah jari sebagai isyarat dari jumlah masalah yang menjadi pembahasan. Ini berarti diperlukan penggunaan bahasa badan untuk memperjelas, memudahkan pemahaman dan meningkatkan daya tarik ceramah /khutbah agar lebih komunikatif. • Memelihara Kontak dengan Jamaah. Ceramah yang sudah berlangsung lebih dari 30 menit, biasanya melelahkan jamaah. Oleh karena itu, kontak dengan jamaah jangan sampai terputus, misalnya dengan bertanya, memberikan humor yang segar dan relevan (kecuali dalam khutbah jumat tidak ada humor).

  41. ETIKA BERBICARA • Berdoa sebelum berbicara, antara lain doa : Rabbis rahli shadri wa yassirli amri wahlul ‘uqdatan billisani yafqahu qauli. (Tuhanku, lapangkanklah dadaku, mudahkanlah urusannya, dan bukalah sampul-sampul tali (pemahaman mereka) agar mereka memahami perkataanku. • Hauna : selalu merendah hati walaupun teman bicara melontarkan kata-kata yang tidak santun, serta tidak mudah terpancing. • Idkhalus surur : Memuji teman bicara dari sisi-sisi yang layak mendapat pujian terutama di awal-awal pembicaraan. • Tidak memotong pembicaraan orang sebab akan mengganggu konsentrasi pembicara dan bisa menimbulkan salah pemahaman (mispersepsi).

  42. Lanjutan …………. • Berdoa sebelum berbicara, antara lain doa : Rabbis rahli shadri wa yassirli amri wahlul ‘uqdatan billisani yafqahu qauli. (Tuhanku, lapangkanklah dadaku, mudahkanlah urusannya, dan bukalah sampul-sampul tali (pemahaman mereka) agar mereka memahami perkataanku. • Hauna : selalu merendah hati walaupun teman bicara melontarkan kata-kata yang tidak santun, serta tidak mudah terpancing. • Idkhalus surur : Memuji teman bicara dari sisi-sisi yang layak mendapat pujian terutama di awal-awal pembicaraan. • Tidak memotong pembicaraan orang sebab akan mengganggu konsentrasi pembicara dan bisa menimbulkan salah pemahaman (mispersepsi).

  43. RAGAM BENTUKPENYAMPAIAN PESAN • Pertama : kalimat perintah • Kedua : kalimat larangan. • Ketiga : kalimat berita. • Keempat : Contoh dan analogi. • Kelima : testimoni atau kesaksian. • Keenam : Kisah fiktif tetapi merupakan ibrah. • Ketujuh : Ilustrasi • Kedelapan : Bahasa tubuh.

  44. PILIHAN KATA • Qaulan karima : Ucapan atau kata-kata yang memuliakan. • Qaulanma’rufa: Ucapan atau kata-kata yang dikenal maknanya. • Qaulanlayyina: ucapan atau kata-kata yang lemah lembut. • Qaulansadida: Ucapan yang lugas dan tegas • Qaulan Yasira : Ucapan yang memudahkan orang. Tidak terlalu panajang sebab perkataan yang terlalu panjang akan sulit diambil maknanya. • Qaulan baligha : Ucapan yang pesannya sampai kepada nabi. Hindari ambiguitas atau kata bermakna ganda • Qaulantsaqila : Ucapan yang berbobot, singkat padat. • Qalu salama : Berbicara yang penuh kedamaian tidak menampakkan permusuhan.

  45. ETIKA MENYAMPAIKAN KRITIK • Wa tawashau bil haq : Isi kritik harus benar jangan mengada-ada apalagi memfitnah. • Wa tawashau bish shabr : Kritik disampaikan dengan cara sabar dan santun serta tidak emosional. • Wa tawashau bil marhamah : Kririk disampaikan dengan dilandasi perasaan kasih sayang bukan dilandasi kebencian, iri atau dorongan ingin menghancurkan.

  46. IKHTISAR, KESIMPULAN DAN DOAPENUTUP KHUTBAH • Penutup khutbah terdiri dari beberpa bagian yaitu kesimpulan (conclusion), prediksi, pemetaan, guna laksana, dan harapan • Kesimpulan : kesimpulan bukanlah ringkasan (ikhtishar) tapi merupakan intisari dari keseluruhan isi khutbah. • Prediksi : (meramalkan) contoh apabila muslim tidak ada perubahan kepedulian kepada lingkungan hidup maka tidak mustahil atau sepuluh tahun kemiudian orang akan berjalan puluhun kilometer orang mengantri u untuk mendapatkan seember air bersih.naudzu billah min Dzalik

  47. Lanjutan….. • Pemetaan : Melihat titik letak suatu persoalan dalam peta keseluruhan. Contoh, jika dipetakan, amal yang menyangkut pelestarian hutan termasuk amal ekosistem, shalat shaum dan berhaji adalah amal individu. • Guna laksana : yakni kegunaan khutbah terutama bagi jemaah. Khatib berkata :” Mudah-mudahan apa-apa yang saya sampaikan bisa bermanfaat bagi semua pihak untuk meningkatkan amal-amal ekosistem”. • Harapan : Maksudnya apa harapan khatib stelah jemaah mendengarkan khutbah ini. Misalnya khatib bertaka :’ Mudah-mudahan sepulangnya dari jum’atan ini semua jema’ah termotifasi untuk menghijaukan halamannya,menanam pohon,wakaf pohon melepaskan burung-burung yang berada di sangkar yang masih berada di rumah masing-masing agar mereka hidup di alam bebas, serta mampu bersikap hemat air, hemat energi dan bersedia membuang sampah pada tempatnya”.

More Related