1 / 38

PENGAMATAN KELAINAN OTAK DAN RANGKA Win darmanto, Ph.D

PENGAMATAN KELAINAN OTAK DAN RANGKA Win darmanto, Ph.D. TEKNIK “Razor Blade Section” Untuk Menentukan Kelainan Di Daerah Kepala. TEKNIK “Razor Blade Section”. Ada tiga tempat pemotongan : 1. Melalui hidung, untuk melihat rongga hidung, apakah menyatu dengan rongga mulut atau tidak.

fritz-wells
Télécharger la présentation

PENGAMATAN KELAINAN OTAK DAN RANGKA Win darmanto, Ph.D

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGAMATAN KELAINAN OTAK DAN RANGKA Win darmanto, Ph.D

  2. TEKNIK “Razor Blade Section” Untuk Menentukan Kelainan Di Daerah Kepala

  3. TEKNIK “Razor Blade Section” • Ada tiga tempat pemotongan : • 1. Melalui hidung, untuk melihat rongga hidung, apakah menyatu dengan rongga mulut atau tidak. • 2. Melalui Mata: untuk melihat struktur mata, sekaligus menentuka ada tidaknya palatosisis. • 3. Melalui cerebrum, untuk menentukan kelainan cerebrum (hidrocefalus, mikrosefalus, anencefali) • 4. Melalui cedebellum : untuk menentukan kelainan cerebellum

  4. Gambaran Potongan Melalui Hidung dan Mata

  5. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati potongan melalui Hidung dan Mata • Kondisi palatum yang memisahkan antara rongga hidung dan mulut, jika bersambung berarti ada palatosisis • Bentuk mata / lensa, dapat menentukan cacat atau normal • Bentuk olfactory bud (bagian otak) ada atau tidak

  6. Gambaran kelainan pada rongga hidung (1st cut) dan kelainan pada mata (microphthamia)

  7. Beberapa kelainan yang teramati ada potongan ke 3 yaitu: palatosisis, anopthalmia, retina bergelombang atau melipat.

  8. Gambaran Potongan Melalui Cerebrum

  9. Kelainan yang terlihat potongan ke 4 yaitu: hidrosefalus, mikrosefalus, hipoplasisa cerebrum, atrophy cerebrum

  10. Gambaran kelainan Eksternal Hidrosefalus dan cerebrum atrophy.

  11. Kelainan Rangka Kelainan rangka terdiri : (1) Kelainan bentuk rangka atau morfologi rangka (Kelainan Perkembangan) (2) Kelambatan penulangan.

  12. Indikator Kelambatan Penulangan umumnya dimati pada tulang:1. Tulang supraoksipital2. Jumlah tulang digit (tangan dan kaki)3. Jumlah sakrokaudalis4. Jumlah tulang vertebra cervikalis

  13. Jenis rangka yang mengalami kelainan dapat digolongkan sesuai jenisnya yaitu : • Rangka aksial : Cranium, Vertebrae (V. servikalis, Torakalis, lumbalis, sakrokaudalis), Sternum, Rusuk (costa/ribs). 2. Rangka apendikular : rangka anggota (fore limb atau hind limb )

  14. Metode Pewarnaan Tulang ada 2: 1. Pewarnaan tulang keras, dengan alizarin red S (single staining) • Pewarnaan tulang keras dan rawan (Double staining) yaitu dengan alizarin red S dan alcian blue

  15. Prinsip pewarnaan tulang keras : 1. Fetus dievicerasi (dihilangkan visceral dan kulit) 2. Difiksasi dalam alkohol absoulut/aceton selama 1 minggu 3. Direndam dalam KOH 0,1 % selama 1-2 hari sampai jaringan lunak (otot) terlihat transfaran 4. Direndam dalam alizarin red S yang dilarutkan dalam KOH 0,1 %, selama 1-2 hari, sampai tulang berwarna merah 5. Direndam dalam KOH lagi selama 1 hari 6. Direndam dalam Gliserin dalam KOH dengan konsentarsi 25 %, 50 %, 75 % dan 100 % masing-masing selama 1 hari.

  16. Prinsip pewarnaan tulang keras dan rawan (Double staing) : 1. Fetus dievicerasi (dihilangkan visceral dan kulit) 2. Difiksasi dalam alkohol aboulut selama 1 minggu 3. Direndam dalam KOH 0,1 % selama 1-2 hari sampai jaringan lunak (otot) terlihat transfaran 4. Direndam dalam alizarin red S dan alcian blue yang dilarutkan dalam KOH 1 %, selama 1-2 hari, sampai tulang berwarna merah dan tulang rawan berwarna biru. 5. Direndam dalam KOH lagi selama 1 hari 6. Direndam dalam Gliserin dalam KOH dengan konsentarsi 25 %, 50 %, 75 % dan 100 % masing-masing selama 1 hari.

  17. Hasil Pewarnaan Rangka Dengan Double Staining

  18. Pengamatan kelambatan penulangan pada rangka digit

  19. Hasil pewarnaan double staining tulang keras dan rawan: KONTROL

  20. Pengamatan pada tulang sacrocaudalis

  21. Pengamatan terhadap Kelainan baik bentuk Maupun jumlah Vertebrae (centrum dan arcus) pada Vertebrae : Servikalis (7) Thorakalis dan rusuk (12) Lumbalis (7) Sakrokaudalis

  22. Pengamatan Tulang supraoksipital supraoksipital

  23. Beberapa bentuk kelainan pada vetebrae dan rusuk (Rib) :

  24. Beberapa bentuk kelainan pada vetebrae dan rusuk (Rib) :

  25. Rusuk fusi Spina bifida

  26. Beberapa bentuk kelainan pada Sternum :

  27. IMUNOHISTOKIMA NCAM PADA LIMB BUD EMBRIO YANG DI-INDUKSI 2-ME PADA UK 9 HARI DAN DIAMATI PADA UK UK 12 HARI KONTROL PERLAKUAN

  28. IMUNOHISTOKIMIA NEUROFILAMEN PADA LIMB BUD AKIBAT INDUKSI 2-ME KONTROL PERLAKUAN

  29. IMUNOHISTOKIMIA NEUROFILAMEN PADA EMBRIO YANG DI-INDUKSI 2-ME PADA UK 9 HARI DAN DIAMATI PADA UK UK 12 HARI KONTROL PERLAKUAN

  30. IMUNOHISTOKIMIA NEUROFILAMEN PADA EMBRIO YANG DIINDUKSI 2-ME PADA UK 9 HARI DAN DIAMATI PADA UK UK 12 HARI KONTROL PERLAKUAN

More Related