1 / 8

Ru’yatul Hilal

Marhaban Ya Ramadhan. Ru’yatul Hilal. Metoda Syar’i Penetapan Awal dan Akhir Ramadhan. Pendahuluan. Umat Islam sering berbeda dalam mengawali dan mengakhiri Ramadhan Menunjukkan ketidak kompakan dalam Ibadah Shaum dan Idul Fitri

kipp
Télécharger la présentation

Ru’yatul Hilal

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MarhabanYaRamadhan Ru’yatul Hilal Metoda Syar’i Penetapan Awal dan Akhir Ramadhan

  2. Pendahuluan • Umat Islam seringberbedadalammengawalidanmengakhiriRamadhan • MenunjukkanketidakkompakandalamIbadahShaumdanIdulFitri • Menciptakansuasanapsikologis yang tidaknyamandalamkebersamaanberibadahdanber-hariraya • Kondisi yang memprihatinkan

  3. Faktor Penyebab • Perbedaan metoda penetapan awal dan akhir Ramadhan: • Rukyah  Melihat Bulan Baru • Hisab  Perhitungan astronomis • Pasangsurut  Pengamatan pasangsurut • Perbedaan kriteria pada tiap metoda • Rukyah: Rukyah Lokal; Rukyah Global • Hisab: Ijtima’ Qabla Ghurub; Ijtima’ Qabla Fajr; dll • Egoisme Kelembagaan dan Politik

  4. Rukyah Global Metoda Sayar’I Penetapan Awal dan Akhir Ramadhan • RukyatulHilal: Mengamatimunculnyabulanbaru (Ramadhan/Syawal) • Rukyah Global: Saturukyahuntukseluruhduniatanpamempertimbangkanperbedaanmathla’ • Dalil: «صوموا لرؤيتهوأفطروالرؤيتهفإن غمي عليكم فأكملوا عدة شعبان ثلاثين» Berpuasalah kalian jikamelihatbulandanberbukalah kalian jikamelihatbulan. Jika (penglihatan kalian) terhalangolehmendung, makagenapkanlahbilangansya’banmenjadi 30 hari(HR. Bukharimelalui Abu Hurairah)

  5. «صوموالرؤيتهوأفطروالرؤيته فإن غمي عليكم فعدوا ثلاثين» Berpuasalah kalian jika melihat bulan dan berbukalah kalian jika melihat bulan. Jika (penglihatan kalian) terhalang oleh mendung, maka genapkanlah bilangannya menjadi 30 hari(HR. Muslim melalui Abu Hurairah) «الشهر تسع وعشرون ليلة فلا تصومواحتي تروهفإن غمي عليكم فأكملوا العدة ثلاثين» Satu bulan adalah 29 hari, maka janganlah kalian puasa hingga melihat (hlal). Spabila (penglihatan kalian) terhalang oleh mendung , maka genapkanlah bilangannya 30 hari. (HR. Bukhari dari Ibnu Umar)

  6. «صوموالرؤيتهوأفطروالرؤيته فإن غمي عليكم فعدوا ثلاثين» Berpuasalah kalian jika melihat bulan dan berbukalah kalian jika melihat bulan. Jika (penglihatan kalian) terhalang oleh mendung, maka genapkanlah bilangannya menjadi 30 hari(HR. Muslim melalui Abu Hurairah «الشهر تسع وعشرون ليلة فلا تصومواحتي تروهفإن غمي عليكم فأكملوا العدة ثلاثين» Satu bulan adalah 29 hari, maka janganlah kalian puasa hingga melihat (hlal). Spabila (penglihatan kalian) terhalang oleh mendung , maka genapkanlah bilangannya 30 hari. (HR. Bukhari dari Ibnu Umar)

  7. Abdurahman Al-Jaziri, Al Fiqh ‘ala Al-Madzahib Al-Arba’ah, Jilid I, hlm.550: “Apabila ru’yatul hilal telah terbukti (terlihat) di salah satu negeri, maka negeri-negeri yang lain (juga) wajib berpuasa. Dari segi pembuktiannya tidak ada perbedaan lagi antara negeri yang dekat dengan yang jauh, jika (berita) rukyatul hilal itu memang telah sampai kepada mereka dengan cara (terpercaya) yang mewajibkan puasa. Tidak diperhatikan lagi di sini adanya perbedaan mathla’ hilal (tempat terbitnya bulan) secara mutlak. Demikianlah pendapat 3 imam madzhab (Abu Hanifah, Malik, Ahmad). Para pengikut madzhab Syafi’I berpendapat lain. Mereka berpendapat, “Apabila rukyatul hilal di suatu daerah telah terbukti, maka berdasarkan pembuktian ini penduduk yang terdekat di sekitar daerah tersebut wajib berpuasa. Ukuran kedekatan (antar dua daerah) dihitung menurut kesamaan mathla’, yaitu jarak ke duanya kurang dari 24 farsakh (120Km). Adapun penduduk daerah yang jauh, mereka tidak wajib berpuasa dengan rukyah ini, karena terdapat perbedaan mathla’ “

More Related