1 / 10

REVIEW TUGAS JURNAL SBM

NUZUL RAKHMADHANI K3308108 PEND. KIMIA B FKIP UNS. REVIEW TUGAS JURNAL SBM. Hubungan Antara Pemahaman Mikroskopis dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Hitungan Konsep Asam Basa.

lela
Télécharger la présentation

REVIEW TUGAS JURNAL SBM

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. NUZUL RAKHMADHANI K3308108 PEND. KIMIA B FKIP UNS REVIEWTUGAS JURNAL SBM

  2. Hubungan Antara Pemahaman Mikroskopis dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Hitungan Konsep Asam Basa

  3. Salah satu tujuan pembelajaran kimia baik di tingkat SLTA maupun di Perguruan Tinggi dalah agar siswa atau mahasiswa menguasai konsep-konsep dalam ilmu kimia dengan benar. Karena konsep yang satu berkaitan dengan konsep yang lain. Individu hanya dapat memahami suatu konsep deangan benar jika konsep yang mendasari sebelumnya telah dikuasai dengan benar pula. Pernyataan ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh para ahli pendidikan dari berbagai aliran bahwa hal terpenting yang dibawa ke ruang kelas oleh setiap siswa sebelum memulai pelajaran adalah konsep-konsep yang telah mereka miliki dan kuasai sebelumnya ( Griffith & Preston, 1992 ). Itulah sebabnya kajian tentang pemahaman konsep merupakan salah satu topik penelitian yang menarik. Apalagi jika menyangkut konsep-konsep abstrak seperti yang banyak ditemui dalam kimia. Bagian elemen penting dalam mengevaluasi pemahaman konsep adalah metode yang digunakan. Berbagai metode telah dikembangkan diantaranya adalah yang berorientasi pada problem solving ability, yakni metode yang mengandalkan kemampuan individu dalam menyelesaikan soal-soal hitungan. Metode ini pada umumnya diterapkan dengan cara pemberian soal-soal hitungan berbentuk objektif. Asumsi penerapan metode ini adalah bahwa kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal hitungan menggambarkan pemahamannya terhadap konsep-konsep. Namun, ternyata dijumpai bahwa siswa dapat menyelesaikan soal-soal hitungan dengan hanya mengandalkan alogaritma yang telah dikenalnya tanpa harus memahami suatu konsep dengan benar. Dengan kata lain kemampuan menyelesaikan soal-soal hitungan yang berbentuk objektif tidak ekivalen dengan pemahaman terhadap konsep-konsep.( Sawrey, 1990; dan Smith dan Metz, 1996 ).

  4. Berdasarkan uraian di atas, tampaknya perlu selalu dikembangkan teknik-teknik evaluasi pemahaman konsep, untuk kemudian ditelaah kelebihan dan kelemahannya. Teknik evaluasi pemahaman konsep yang dikembangkan dalam peneitian ini adalah berorientasi pada pendekatan mikroskopis. Pendekatan mikroskopis (sistemik) merupakan pendekatan yang biasa digunakan dalam mengembangkan konsep-konsep kimia di sampingb pendekatan makroskopis (fenemologis), (Sigit dkk,1995). Penerapan pendekatan mikroskopis dalam penyusunan instrumen evaluasi diwujudkan dengan memodelkan konsep-konsep yang dikaji. Teknik ini telah diterapkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep anatara lain dalam konsep wujud zat (Nurrenbern-Pickering), 1987; dan Sawrey, 1990), konsep tekanan gas, persamaan reaksi, pereaksi pembatas, rumus empiris, dan kerapatan (Nakhleh, 1993), serta konsep asam basa kuat/lemah dan reaksi dalam larutan (Smith-Metz, 1996). Penerapan pendekatan mikroskopis dalam penelitian ini mengambil topik asam-basa (dibatasi pada konsep asam-basa Arrhenius) sebagai bahan kajian. Pengambilan topik tersebut didasarkan atas alasan, bahwa beberapa konsep di dalamnya seperti konsep asam-basa kuat/lemah, jumlah mol asam/basa setelah pengenceran, dan reaksi asam-basa yang merupakan konsep-konsep abstrak dapat dipresentasikan secara mikroskopis.

  5. METODE • Dalam penelitian ini evaluasi ini dengan pendekatan mikroskopis diterapkan melalui dua macam tes, yakni tes bergambar (tipe A) dan tes dengan uraian pernyataan (tipe B). • Pada tes tipe A, molekul-molekul aam-basa, ion H+ dan OH -, serta ion sisa asam/basa diwujudkan dalam model tertentu. Melalui presentasi model-model ini, pemahaman konsep asam-basa kuat/lemah, derajat dissosiasi, efek pengenceran terhadap jumlah mol asam/basa terlarut, serta reaksi asam-basa dari tiap individu dapat dievaluasi. • Sedangkan tes tipe B, pada dasarnya memiliki jiwa yang sama dengan tes tipe A, kecuali bahwa tes ini mempresentasikan soal-soal yang sama dengan tes tipe A dalam bentuk berbeda, yakni berupa uraian-uraian pernyataan. • Hasil deteksi pemahaman konsep mikroskopis asam-basa melalui dua macam cara ini selanjutnya dikorelasikan dengan hasil evaluasi pemahaman konsep melalui pemnberian soal-soal hitungan bentuk esei (tipe C). Diharapkan melalui korelasi ini diperoleh kesimpulan tentang keefektifan pendekatan mikroskopis yang dikembangkan dalam penelitian ini untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan konsep asam-basa maupun untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kimia di tingkat awal.

  6. Instrumen penelitian ini diuji cobakan terlebih dahulu sebelum diterapkan pada subjek penelitian. Subjek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP MALANG tahun ke-2, ke-3, ke-4 pada tahun perkuliahan 1997/1998 sebanyak 100 mahasiswa. Data penelitian berupa skor tiap individu pada setiap jenis tes. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dan korel;asi dengan bantuan program statistikSPSS/PC+ dengan tujuan mendapatkan: (1) distribusi skortes A, B , dan C, (2) skor rata-rata ketiga macam tes, dan (3) koefisien korelasi di antara skor tes A, B, dan C. Selain itu juga dilakukan perhitungan ntuk mendapatkan presentase mahasiswa yang mengalami kesalahan konsep.

  7. HASIL DAN BAHASAN Mahasiswa angkatan yang lebih tua (1995 dan 1994) memiliki penguasaan konsep mikroskopis yang lebih baik dibanding yang lebih muda (1996). Bertambahnya pengalaman dan kematangan berpikir mungkin merupakan salah satu penyebabnya. Namun dalam hal ini kemampuan menyelesaikan soal-soal hitungan mahasiswa angkatan 1995 dan 1996 memiliki sedikit kelebihan dibandingkan mahasiswa 1994. hasil ini sesuai dengan Smith dan Metz (1996), bahw3a mahasiswa angkatan tua memiliki pemahaman konsep mikroskopis asam-basa yang lebih baik dibanding yang lebih muda. Dari hubungan yang signifikan di antara skor tes A, B, dan C dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis instrumen yang dikembangkan dalam penenelitian ini setara. Jadi tes penguasaan konsep mikroskopis, baik melalui gambar ataupun pernyataan, yang digunakan dalam penelitian ini adalah memadai untuk digunakan sebagai alat evaluasi pemahaman konsep asam-basa. Hal yang sama mungkin tak terjadi biladigunakan instrumen yang berupa soal-soal hitungan. Untuk itu disarankan agar para pengajar kimia di tingkat awla dapat memanfaatkan instrumen tersebut sebagai salah satu alat deteksi kesalahan konsep. Pendekatan mikroskopis pun dapat diterapkan pada awal pembahasab konsep asam-basa, karena pendekatan ini sesuai dengan esensi materi asam-basa yang mrupakan materi kimia yang abstrak (Nakhlek, 1993).

  8. KESIMPULAN • Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan hal-hal sebagai berikut: • Pemahaman konsep mikroskopis mahasiswa hampir seimbang dengan kemampuannya menyelesaikan soal-soal hitungan asam-basa. Mahasiswa angkatan yang lebih tua (1994 dan 1995) memiliki pemahaman konsep mikroskopis yang lebih tinggi dibanding yang muda (1996). Namun dalam hal kemampuan menyelesaikan soal-soal hitungan mahasiswa yang lebih muda memiliki sedikit kelebihan. • Instrumen pemahaman konsep asam-basa dengan pendekatan mikroskopis yang dikembangkan dalam penelitian ini setara dengan soal-soal hitungan asam-basa yang berbentuk esei. Bahkan instrumen tersebut memadai untuk digunakan sebagai alat pendeteksi kesalahan konsep asam-basa. • Masih ada sejumlah kecilmahasiswa yang mengalami kesalahan dalam memahami konsep asam-basa.

  9. SARAN • Untuk mengevaluasi penguasaan dan kesalahan konsep asam-basa kombinasi instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan. • Pendekatan mikroskopis seyogyanya diterapkan oleh para pengajar kimia sebagai pelengkapan pendekatan makroskopis yang selama ini digunakan baik dalam proses pembelajaran maupun dalam proses evaluasi. • Deteksi kesalahan konsep serta upaya memperbaikinya hendaknya selalu dilaksanakan para pentrumen pemahaman konsep dengan pendekatan mikroskopis ini seyogyanya juga dikembangkan untuk materi kimia yang lain.

  10. DAFTAR PUSTAKA • Sigit, Darsono, Fajaroh, fauziatul, Suryadharma, Ida Bagus. 1995. Model Belajar Termodinamika mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia IKIP MALANG. Malang: Lemlit IKIP MALANG. • Griffith, Alan K dan Preston, Kirk R. 1992. Grade-12 Students’ Misconception Relating to Fundamental Characteristic of Atoms and Molecul. Journal of Research in Science Teaching pp 611-618. • Nakhleh, Mary B. 1993. “Are Our Students’ Conceptual Thinker or Alogaritmic Problem Solver?”. Journal of Chemistry Ed. Vol. 70 No. 1. • Nurrenberg, Susan C dan Pickering, Miles. 1987. Concept Learning versus Problem Solving: Is there a Difference? Journal of Chemistry Ed. Vol. 64 No. 6. • Sawrey, Barbara A. 1990. Concept Learning versus Problem Solving: Revisited. Journal of Chemistry Ed. Vol. 67 No. 3. • Smith, Kimberly Jo dan Metz, Patricia A. 1996. Evaluating Student Understanding on Solution Chemistry through Microscopic Representation. Journal of Chemistry Ed. Vol. 73 No. 3.

More Related