1 / 17

AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TIDAK BERWUJUD

AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TIDAK BERWUJUD. IA. KLASIFIKASI AKTIVA TETAP BERWUJUD · AKTIVA YANG DAPAT DISUSUTKAN ( depreciable assets ) Contoh: Bangunan, mesin dan peralatan yang lain. · AKTIVA YANG TIDAK DAPAT DISUSUTKAN ( nondepreciable assets ) Contoh: Tanah.

lesley
Télécharger la présentation

AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TIDAK BERWUJUD

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TIDAK BERWUJUD IA. KLASIFIKASI AKTIVA TETAP BERWUJUD ·AKTIVA YANG DAPAT DISUSUTKAN ( depreciable assets ) Contoh: Bangunan, mesin dan peralatan yang lain. · AKTIVA YANG TIDAK DAPAT DISUSUTKAN ( nondepreciable assets ) Contoh: Tanah

  2. IB. AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD • AKTIVA YANG MASA MANFAATNYA DIBATASI OLEH HUKUM ( ketentuan, persetujuan atau sifat aktiva ) • AKTIVA YANG MASA MANFAATNYA TIDAK TERBATAS(goodwill dan merk dagang )

  3. III. PENYUSUTAN DAN AMORTISASI Menurut akuntansi ada 4 faktor yang harus dipertimbangkan dalam penghitungan besarnya biaya penyusutan suatu aktiva, yaitu: 1.   NILAI PEROLEHAN AKTIVA 2.   NILAI RESIDU 3.   DASAR PENYUSUTAN 4.   UMUR AKTIVA

  4. METODE PENYUSUTAN • Menurut literatur akuntansi Indonesia ada beberapa metode penyusutan, yaitu: • Metode Garis Lurus • Metode Jumlah Angka Tahun • Metode Saldo Menurun • Metode Satuan Produksi • Metode Grup dan Gabungan

  5. II. PEROLEHAN AKTIVA Aktiva dapat diperoleh dengan berbagai cara, seperti : • Pembelian Aktiva 1.   Tunai (kas) 2.   Kredit (angsuran) • Perolehan dengan sewa guna usaha modal (leasing) • Perolehan dengan pertukaran • Perolehan dengan membangun sendiri • Perolehan dengan hibah, bantuan, atau pemberian

  6. METODE PENYUSUTAN YANG DIBOLEHKAN DALAM KETENTUAN FISKAL METODE GARIS LURUS • Dalam ketentuan fiskal metode ini disebut penyusutan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut. • Contoh: Biaya gedung sebesar Rp 40 juta dan manfaatnya 20 tahun • Penyusutan setiap tahun adalah Rp 2 juta. (40 juta: 20 )

  7. METODE SALDO MENURUN • Penyusutan atas harta berwujud dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan , dengan syarat dilakukan atas asas. • Contoh : Sebuah mesin dan ditempatkan pada bulan Juni 2000 dengan harga perolehan Rp 150 Juta. Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 tahun. Jika tarip penyusutan mesin ditetapkan 50% maka penghitungan penyusutan adalah sebagai berikut:

  8. CONTOH PENGHITUNGAN PENYUSUTAN DENGAN METODE SALDO MENURUN Th Tarif Penyusutan Nilai Sisa/Buku 0 150.000.000 - - 1 50% 75.000.000 75.000.000 2 50% 37.500.000 37.500.000 3 50% 18.750.000 18.750.000 disusutkan sekaligus 18.750.000 0

  9. PERBEDAAN AKUNTANSI UMUM DENGAN AKUNTANSI PAJAK Berbeda dengan praktek akuntansi umum yang memberikan keleluasaan pada wajib pajak untuk memakai pendekatan penyusutan per aktiva, per jenis atau kelompok sesuai dengan masa manfaat ekonomisnya, ketentuan pajak membatasi kepada metode per aktiva dan per jenis.

  10. BERDASARKAN INTERVAL UMUR • Aktiva bukan bangunan dikelompokkan menjadi kelompok 1 (umur 4 tahun dengan tarif depresiasi tahunan 50% untuk metode saldo menurun atau 25% untuk metode garis lurus) • Kelompok 2 (umur 8 tahun dengan tarif depresiasi tahunan 25% untuk metode saldo menurun dan 12,5% untuk metode garis lurus • Kelompok 3 (umur dari 16 tahun dengan tarif depresiasi tahunan 12,5% atau 6,25% ) • Kelompok 4 (umur 20 tahun denga tarif depresiasi tahunan 10% atau 5%) • Dalam metode saldo menurun pendekatan tutup akhir diperlakukan • Pada akhir masa manfaat nilai sisa buku dihapuskan semua.

  11. CONTOH SOAL • Pada tahun 2000 wajib pajak PT”Iwan” membeli 5 aktiva tetap sebagai berikut: 1 aktiva dengan umur 2 tahun dan harga Rp 10 juta; 3 aktiva dengan umur 3 tahun dan harga total Rp 45 juta; 1 aktiva dengan umur 4 tahun dengan harga Rp 25 juta. Terhadap aktiva itu dikenakan PPN 10% dan PT”Iwan” merupakan PKP. Pembukuan perolehan dan penyusutan aktiva berdasarkan saldo menurun pada tahun 2000 adalah sebagai berikut : • PEROLEHAN AKTIVA Aktiva kelompok 1 Rp 80 juta - PPN masukan 8 juta - Kas/ Hutang - Rp 88 juta 2. PENYUSUTAN Biaya penyusutan Rp 40 juta - Akum. Penyusutan - Rp 40 juta

  12. PENARIKAN ATAU PELEPASAN AKTIVA Salah satu contoh penarikan aktiva menurut UU No.10 tahun 1994 pasal 4 ayat 1 adalah : penjualan. Contoh Soal : Sebuah aktiva yang dibeli PT”Andi” pada oktober 2000 Rp 10 juta dijual pada akhir Maret 2002 Rp 7.500.000,00. Apabila perusahaan itu menghitung penyusutan dengan metode saldo menurun maka jumlah keuntungan menurut akuntansi komersial dan akunttansi perpajakan dapat dihitung sebagai berikut:

  13. PERHITUNGAN JUMLAH PENYUSUTAN DAN KEUNTUNGAN

  14. Devaluasi, Reorganisasi Semu dan Apresiasi Aktiva • Devaluasi Aktiva Dilakukan perusahaan jika nilai suatu aktiva terlalu tinggi (overstated) dari nilai manfaatnya. Devaluasi menurunkan nilai aktiva dengan membebankannya ke Laporan L/R atau saldo Laba yang di tahan. Dalam ketentuan perpajakan devaluasi aktiva perusahaan tidak dikenal. • Reorganisasi Semu (Readjustment) Dilakukan perusahaan untuk mengurangi rugi operasi yang iderita secara berkelanjutan. Akan menurunkan nilai aktivatetap, laba yang ditahan, nominal nilai modal saham, dengan selisih defisit dapat dibebeankan ke pengurangan modal saham. Ketentuan perpajakan : dengan mengabaikan turunnya daya beli uang, jumlah penghasilan WP diukur berdasarkan nilai historis barang atau jasa yang diserahkan.

  15. Devaluasi, Reorganisasi Semu dan Apresiasi Aktiva • Apresiasi Aktiva Tetap Untuk tujuan perpajakan & komersial , dasar penilaian aktiva merupakan Harga perolehan (cost) yang diukur sebesar harga pasar wajar. Ketentuan tentang penilaian kembali bersifat repetitif dan otomatis setiap 5 tahun perusahaan dapat melakukan revaluasi terhadap aktiva yang belum dilakukan penilaian kembali pada saat revaluasi masa sebelumnya.

  16. Devaluasi, Reorganisasi Semu dan Apresiasi Aktiva Contoh PT. Andi pada akhir tahun 1996 mempunyai aktiva tetap dengan nilai buku Rp. 500 juta. Kerugian yang masih berhak atas kompensasi Rp. 100.000.000. Perusahaan itu memanfaatkan ketentuan penilaian kembali aktiva tetap denhgan meminta jasa dari perusahaan penilai PT. Iwan. Nilai aktiva itu berdasarkan perhitungan dari PT. Iwan Rp. 750 juta. Selisih lebih penilaian kembali setelah pajak itu dikapitalisasi dan diterbitkan saham bonus Rp. 235 juta. Karena bersifat final, pajak penghasilan 15 juta langsung dikurangkan dari surplus. Pencatatan penilaian tersebut adalah : (1) Untuk mencatat penilaian kembali Aktiva tetap 250.000.000 Selisih penilaiankembali aktiva 250.000.000

  17. Devaluasi, Reorganisasi Semu dan Apresiasi Aktiva (2) Untuk mencatat pembayaran dan pembebanan pajak 10 % : Pajak penghasilan revaluasi 15.000.000 Kas 15.000.000 Selisish penilaian kembali aktiva tetap 15.000.000 Pajak penghasilan revaluasi 15.000.000 (3) Untuk mencatat kapitalisasi Selisih penilaian kembali aktiva 235.000.000 Modal Saham 235.000.000

More Related