1 / 59

PENELITIAN EKSPERIMENTAL

PENELITIAN EKSPERIMENTAL. Budiyono 2008. Definisi.

Télécharger la présentation

PENELITIAN EKSPERIMENTAL

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENELITIAN EKSPERIMENTAL Budiyono 2008

  2. Definisi • Penelitian eksperimental adalah penelitian di mana peneliti memanipulasi satu variabel bebas atau lebih, mengendalikan variabel di luar variabel bebas, dan melakukan observasi terhadap satu atau lebih variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul seiring dengan manipulasi variabel bebas tersebut. • Dalam penelitian non-eksperimental peneliti tidak dapat memanipulasikan variabel karena sifat-sifat tertentu dari variabel-variabel yang digunakan tidak memungkinkan adanya manipulasi.

  3. Ciri Penelitian Eksperimental • pengendalian, • manipulasi, dan • pengamatan

  4. Pengendalian • Apabila dua situasi sama dalam segala hal, kecuali faktor yang ditambahkan atau dibuang dari salah satu situasi itu, maka setiap perbedaan yang muncul di antara kedua situasi tersebut dapat dikaitkan dengan faktor itu.

  5. Prosedur Meningkatkan Kesamaan 1. penempatan secara acak (random), 2. pemadanan (matching), dan 3. pemilihan kelompok-kelompok yang homogen (cluster)

  6. Manipulasi • Manipulasi suatu variabel menunjuk pada tindakan yang sengaja dilakukan oleh peneliti. • Dalam penelitian pendidikan dan perilaku lainnya, pemanipulasian variabel mempunyai bentuk khas di mana peneliti memberikan seperangkat kondisi yang berbeda-beda dan yang telah ditentukan sebelumnya kepada subjek.

  7. Manipulasi • Seperangkat kondisi yang berbeda-beda itu disebut variabel bebas (atau variabel eksperimental, atau variabel perlakuan). • Kondisi yang berbeda-beda itu dirancang untuk mewakili dua atau lebih nilai suatu variabel bebas, yang dapat berupa perbedaan tingkatan atau perbedaan jenis. • Peneliti dapat memanipulasi satu variabel bebas saja atau sejumlah variabel bebas sekaligus.

  8. Pengamatan • Dalam penelitian eksperimental, kita tertarik pada pengaruh pemanipulasian variabel bebas terhadap variabel jawaban (response variable). • Pengamatan dilakukan terhadap ciri-ciri tingkah laku subjek yang diteliti. • Nilai pengamatan yang bersifat kuantitatif (atau yang dapat dikuantitatifkan) ini disebut variabel terikat. • Dalam penelitian eksperimental, variabel terikat sering berupa hasil dari sesuatu, misalnya hasil belajar. • Prinsip: semakin besar variasi variabel terikat semakin baik.

  9. Validitas Internal • Validitas internal (internal validity) mempertanyakan apakah suatu variabel eksperimental telah sungguh-sungguh menyebabkan perbedaan yang siginifikan. • Segala sesuatu yang berkaitan dengan kendali atau kontrol terhadap variabel bebas dan variabel-variabel lain di luar variabel bebas berkaitan dengan validitas internal ini.

  10. Validitas Internal • Untuk menunjukkan validitas internal, peneliti harus dapat meyakinkan pihak-pihak lain bahwa semua variabel luaran telah dikendalikan dan tidak menimbulkan efek pada variabel terikat, atau jika menimbulkan efek, maka efek itu terkena sama, baik kepada kelompok eksperimental maupun kepada kelompok pembanding.

  11. Validititas Eksternal • Validitas eksternal (external validity) mempertanyakan kerepresentatifan atau kemungkinan generalisasi. • Persoalan apakah hasil yang diperoleh dapat digeneralisasikan kepada populasi merupakan persoalan validitas eksternal. • Misalnya, apakah kesimpulan yang diperoleh dapat digeneralisasikan ke satu sekolah saja, atau ke semua sekolah di suatu kecamatan, atau ke semua sekolah di suatu kabupaten.

  12. Validititas Eksternal • Validitas eksternal juga mempertanyakan kerepresentatifan kajian sehubungan dengan variabel dan ekologi atau setting yang terlibat di dalamnya. • Misalnya dari penelitian terhadap siswa sekolah dasar di Kota Surakarta telah diketemukan bahwa jarak ke sekolah tidak mempengaruhi keterlambatan siswa. Pertanyaannya ialah apakah kalau wilayah penelitiannya diubah ke wilayah lain (ke Kabupaten Wonogiri, misalnya) apakah saling taut antar-variabel tersebut masih berlaku? Atau kalau penelitian direplikasi ke tingkat sekolah yang lebih tinggi (misalnya pada sekolah menengah umum) apakah saling taut itu juga masih berlaku?

  13. Validititas Eksternal • Validitas eksternal juga mempertanyakan kerepresentatifan variabel. • Misalnya kita mempunyai suatu variabel yang disebut kecemasan. Persoalannya adalah apakah kecemasan yang dirasakan oleh siswa dari lingkungan masyarakat kaya sama dengan kecemasan yang dirasakan oleh siswa dari masyarakat kumuh?

  14. Validititas Eksternal • Contoh yang lain ialah yang berkaitan dengan variabel yang disebut inteligensi. Apakah pengukuran inteligensi tidak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosial siswa? Apakah tidak dipengaruhi oleh lingkungan sehari-hari siswa? • Suatu variabel diharapkan berlaku konstan di mana-mana dan tidak dipengaruhi oleh keadaan ekologi di sekitarnya, seperti halnya variabel panjang dan temperatur pada fisika yang bersifat konstan.

  15. Validitas Internal dan Eksternal • Dalam membuat rancangan penelitian, validitas internal adalah syarat mutlak. • Di sisi lain, rancangan penelitian yang baik harus juga memperhatikan validitas eksternal. • Biasanya validitas internal dan validitas eksternal ini saling bergantungan. • Semakin dipertinggi validitas internal, biasanya semakin rendah validitas eksternal, dan sebaliknya, terutama untuk penelitian pendidikan.

  16. Penggolongan • Disebut penelitian eksperimental sungguhan (true experimental research) apabila peneliti dapat memanipulasi dan mengendalikan semua variabel bebas dan variabel luaran dengan ketat • Disebut penelitian eksperimental semu(quasi experimental research) apabila peneliti tidak memungkinkan untuk memanipulasi dan atau mengendalikan semua variabel yang relevan.

  17. Penggolongan • Ada juga pakar penelitian yang mengatakan bahwa penelitian bidang kependidikan termasuk kepada penelitian eksperimental semu, karena penelitian kependidikan sering menggunakan intact group, misalnya kelas, sebagai kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. • Dalam hal penggunaan intact group, tidak dilakukan randomisasi sama sekali untuk menentukan subjek yang masuk kepada kelompok eksperimental dan kelompok pembanding.

  18. Langkah-langkah 1. Identifikasikan dan rumuskan masalah penelitian. 2. Lakukan telaah pustaka yang berkaitan dengan variabel penelitian. 3. Rumuskan hipotesis berdasarkan penelaahan kepustakaan.

  19. Langkah-langkah 4. Definisikan secara operasional variabel-variabel penelitian. 5. Susunlah rencanaeksperimen. 6. Laksanakan eksperimen. 7. Kumpulkan data dan aturlah dalam cara yang mempermudah analisis selanjutnya dan tempatkan dalam rancangan yang memungkinkan memperhitungkan efek yang diperkirakan ada.

  20. Langkah-langkah 8. Lakukan uji statistik yang relevan. Biasanya adalah uji komparasi, misalnya uji t, analisis variansi, atau analisis kovariansi. 9. Buatlah interpretasi mengenai uji yang telah dilakukan, berikan diskusi (pembahasan) seperlunya, dan tuliskan laporan hasil penelitiannya.

  21. Rencana Eksperimen • Identifikasikan macam-macam variabel yang relevan • Identifikasikan variabel-variabel non-eksperimental yang mungkin mencemarkan eksperimen, dan tentukan bagaimana caranya mengendalikan variabel-variabel tersebut

  22. Rencana Eksperimen • Tentukan rancangan eksperimennya • Tentukan sampel yang representatif bagi populasi tertentu, tentukan siapa-siapa yang masuk kelompok pembanding dan siapa-siapa yang masuk kelompok eksperimen • Tetapkan perlakuan yang diperlukan

  23. Rencana Eksperimen • Pilihlah atau susunlah alat untuk mengukur hasil eksperimen dan validasikan alat tersebut • Rencanakan prosedur pengumpulan data dan jika mungkin lakukan suatu pilot atau trial run test untuk menyempurnakan alat pengukur atau rancangan eksperimen

  24. Rancangan Faktorial • Terdapat dua jenis rancangan faktorial. • Pada rancangan jenis pertama, semua variabel bebas dimanipulasi secara eksperimental. Peneliti tertarik pada beberapa variabel bebas dan ingin menilai pengaruh variabel-variabel bebas itu baik secara terpisah maupun secara bersama-sama.

  25. Rancangan Faktorial • Pada rancangan kedua, salah satu dari dua (atau lebih) variabel bebas dimanipulasi secara eksperimental. Kecuali itu, peneliti dapat juga mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Pada umumnya variabel lain itu adalah variabel atribut, yaitu variabel yang pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi, misalnya jenis kelamin, kecerdasan, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya. • Memasukkan variabel atribut ke dalam disain faktorial bukan saja meningkatkan ketepatan eksperimen, melainkan juga akan meningkatkan kemampuan generalisasi hasil eksperimen tersebut.

  26. Rancangan Faktorial • Rancangan faktorial yang paling sederhana adalah rancangan 2 X 2, di mana masing-masing variabel bebas mempunyai dua tingkatan. • Analisis statistik yang digunakan pada rancangan faktorial pada umumnya adalah analisis variansi atau analisis kovariansi. • Semakin kompleks rancangannya, semakin kompleks pula perhitungan-perhitungan yang harus dilakukan.

  27. Contoh • Rancangan faktorial 2 X 3

  28. Efek Utama • Peneliti dapat melihat efek utama (main effect) yaitu efek utama pada baris atau kolom dengan tidak memperhatikan sel-selnya. • Pada contoh di muka, peneliti dapat melihat efek utama pada baris, yaitu apakah metode pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar (dalam arti apakah terdapat beda rerata antara kelas yang diberi pelajaran dengan metode A dan rerata kelas yang diberi pelajaran dengan metode B, dan kemudian menentukan metode mana yang lebih baik). • Pada contoh di muka, peneliti juga dapat melihat efek utama pada kolom, yaitu apakah terdapat perbedaan rerata antara siswa yang mempunyai IQ tinggi, sedang, dan rendah, dan kemudian menentukan kelompok mana yang memperoleh prestasi lebih baik.

  29. Interaksi • Bila metode pembelajaran yang berbeda memberikan efek yang berbeda pada masing-masing tingkatan tingkat kecerdasan (dalam arti tidak konsisten), maka dikatakan terdapat interaksi. • Hal yang sama terjadi apabila pada masing-masing metode pembelajaran, perbedaan rerata pada masing-masing tingkatan IQ tidak konsisten.

  30. Interaksi • Interaksi ada, misalnya, apabila terjadi hal berikut. Untuk siswa yang kecerdasannya tinggi, metode A lebih efektif, namun untuk siswa yang kecerdasannya normal, metode B yang lebih efektif, sedangkan untuk siswa yang kecerdasannya rendah, kedua metode sama efektifnya. • Hipotesis penelitian yang mengatakan terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan IQ, tidak jelas dan tidak mempunyai arah, sebab ada berbagai kasus interaksi sehingga tidak jelas interaksi mana yang dihipotesiskan. • Harus dihindari hipotesis penelitian yang berbunyi: “terdapat interaksi antara variabel A dan variabel B”

  31. Interaksi • Hipotesis penelitian yang mengatakan tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan IQ, tidak jelas dan tidak mempunyai arah, sebab ada berbagai kasus tidak interaksi sehingga tidak jelas interaksi mana yang dihipotesiskan. • Harus dihindari hipotesis penelitian yang berbunyi: “tidak terdapat interaksi antara variabel A dan variabel B”

  32. Efek Sederhana • Efek sederhana (simple effect) adalah efek baris tertentu dengan memperhatikan tingkatan (variasi) pada kolom, atau efek kolom tertentu dengan memperhatikan tingkatan (variasi) pada baris.

  33. Efek Sederhana • Pada contoh di atas, peneliti dapat melihat efek metode kalau ditinjau dari tingkat kecerdasan. Yang berarti peneliti melihat: • apakah terdapat efek metode pada siswa-siswa yang mempunyai IQ tinggi (dalam arti apakah rerata siswa yang mempunyai IQ tinggi berbeda jika dikenai metode yang berbeda; kalau ya, mana yang lebih baik); • apakah terdapat efek metode pada siswa-siswa yang mempunyai IQ sedang (dalam arti apakah rerata siswa yang mempunyai IQ sedang berbeda jika dikenai metode yang berbeda; kalau ya, mana yang lebih baik); • apakah terdapat efek metode pada siswa-siswa yang mempunyai IQ rendah (dalam arti apakah rerata siswa yang mempunyai IQ rendah berbeda jika dikenai metode yang berbeda; kalau ya, mana yang lebih baik);

  34. Pertanyaan yang mungkin pada rancangan faktorial 2 x 2 Jika rancangan penelitiannya adalah faktorial 2 x 2, seperti pada diagram di atas, ada berapa pertanyaan penelitian yang dapat dikaji?

  35. Pertanyaan yang mungkin pada rancangan faktorial 2 x 2 1. Manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, metode A atau metode B?

  36. Pertanyaan yang mungkin pada rancangan faktorial 2 x 2 2. Manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, ukuran kelas Kecil atau ukuran kelas Besar?

  37. Pertanyaan yang mungkin pada rancangan faktorial 2 x 2 3. Pada Kelas Kecil, manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, metode A atau metode B?

  38. Pertanyaan yang mungkin pada rancangan faktorial 2 x 2 4. Pada Kelas Besar, manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, metode A atau metode B?

  39. Pertanyaan yang mungkin pada rancangan faktorial 2 x 2 5. Pada Metode A, manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, ukuran Kelas Kecil atau ukuran Kelas Besar?

  40. Pertanyaan yang mungkin pada rancangan faktorial 2 x 2 6. Pada Metode B, manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, ukuran Kelas Kecil atau ukuran Kelas Besar?

  41. Hipotesis mengenai tidak terdapat interaksi vs terdapat interaksi • Sebaiknya dihindari hipotesis, misalnya: tidak terdapat interaksi antara ukuran kelas dan metode • Sebaiknya dihindari hipotesis, misalnya: terdapat interaksi antara ukuran kelas dan metode • Sebab terdapat berbagai kasus tidak terdapat interaksi dan terdapat berbagai kasus terdapat interaksiantara ukuran kelas dan metode

  42. Kasus-kasus di mana tidak terdapat interaksi antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain: dan masih banyak lain kasus

  43. Kasus-kasus di mana tidak terdapat interaksi antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain: • Baik untuk kelas kecil maupun kelas besar, metode A sama efektifnya dengan metode B. • Baik untuk metode A maupun metode B, ukuran kelas kecil sama efektifnya dengan ukuran kelas besar.

  44. Kasus-kasus di mana tidak terdapat interaksi antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain: • Baik untuk kelas kecil mapun kelas besar, metode A sama efektifnya dengan metode B. • Baik untuk metode A maupun metode B, ukuran kelas kecil lebih baik daripada ukuran kelas besar.

  45. Kasus-kasus di mana tidak terdapat interaksi antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain: • Baik untuk kelas kecil maupun kelas besar, metode A sama efektifnya dengan metode B. • Baik untuk metode A maupun metode B, ukuran kelas besar lebih efektif daripada ukuran kelas kecil.

  46. Kasus-kasus di mana tidak terdapat interaksi antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain: • Baik untuk ukuran kelas kecil maupun kelas kecil, metode B lebih efektif daripada metode A. • Baik untuk metode A maupun metode B, ukuran kelas kecil sama efektifnya dengan ukuran kelas besar.

  47. Kasus-kasus di mana terdapat interaksi antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain: dan masih banyak lain kasus

  48. Kasus-kasus di mana terdapat interaksi antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain: • Untuk kelas kecil, metode B lebih baik daripada metode A; sedangkan untuk kelas besar, metode A sama efektifnya dengan metode B. • Untuk metode A, kelas kecil sama efektifnya dengan kelas besar; sedangkan untuk metode B, kelas kecil lebih efektif daripada kelas besar.

  49. Kasus-kasus di mana terdapat interaksi antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain: • Untuk kelas kecil, metode A lebih baik daripada metode B; sedangkan untuk kelas besar, metode A sama efektifnya dengan metode B. • Untuk metode A, kelas kecil lebih efektif daripada kelas besar; sedangkan untuk metode B, kelas kecil sama efektifnya dengan kelas besar.

  50. Kasus-kasus di mana terdapat interaksi antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain: • Untuk kelas kecil, metode A lebih efektif daripada metode B; sedangkan untuk kelas besar, metode B lebih efektif daripada metode A. • Untuk metode A, kelas kecil lebih efektif daripada kelas besar; sedangkan untuk metode B, kelas besar lebih efektif daripada kelas kecil.

More Related