1 / 39

REVIEW ARTIKEL

REVIEW ARTIKEL. Integrating business strategy, organizational configurations and management accounting systems with business unit effectiveness: a fitness landscape approach. Johnny Jermias , Lindawati Gani. Management Accounting Research 15 (2004) 179–200. Direview Oleh:

ninon
Télécharger la présentation

REVIEW ARTIKEL

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. REVIEW ARTIKEL Integrating business strategy, organizational configurations and management accounting systems with business unit effectiveness: a fitness landscape approach Johnny Jermias,Lindawati Gani Management Accounting Research 15 (2004) 179–200 Direview Oleh: Mujilan (309750) FEB UGM Hendra Gunawan (309815)

  2. Telaah judul Pembahasan utama adalah contingency fit pada penentuan variabel konteks dan bagaimana mengukurnya. Jadi sepertinya bukan membuat suatu integrasi. Contingency fit using a fitness landscape approach for strategic choice, organizational design, management accounting system in unit bussiness effectiveness

  3. Telaah Isu Utama • Hubungan yang kompleks antara strategi bisnis, variabel konteks, dan kinerja (h.197). • Dijabarkan dalam konteks: prioritas strategik, disain organisasi, sistem akuntansi manajemen, dan kinerja organisasi. (p. 181)

  4. Telaah Pendekatan isu utama • Pendekatan Kontingensi dalam akuntansi manajemen. (h. 181) • Sehingga diperlukan kesesuaian kontingensi (contingency fit). • Kesesuian kontingensi yang dikaitkan dengan efektifitas unit bisnis adalah langkah awal untuk memahami kompleksitas dalam isu utama tadi.

  5. Telaah Tujuan Penelitian • Memberikan kontribusi atas keterbatasan pengetahuan pada area ini (contingency fit)  dengan usaha untuk membangun dan mengukur kesesuaian kontingensi antara prioritas strategik dan variabel konteksnya  dengan menggunakan fitness landscape approach dan menginvestigasi antara level kesesuian kontingensi dan efektifitasnya pada level unit bisnis. (h. 180)

  6. BACKGROUND

  7. Lingkungan Bisnis • Kompetisi global • Inovasi yang cepat • Usaha kompetitor • Peningkatan permintaan konsumen Background Merubah sifat kompetisi di pasar Perusahaan perlu mempergunakan setiap kesempatan yang dapat diambil dalam kompetisi.

  8. Lingkungan bisnis • Lingkungan bisnis yang baru ini membutuhkan kemampuan untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan membuat pembeda dengan kompetitor lain dalam memformulasikan strategi bisnis yang jelas (Simon, 2000; Porter, 1985) Background

  9. Faktor pendukung • “Kejelasan Strategi Bisnis” diperlukan namun belum cukup  harus didukung faktor lain (efektifitas proses produksi, disain organisasi, sistem informasi akuntansi) [Jermias & Armitage, 2000; Waterhouse & Svendsen, 1986; Shank & Govindarajan, 1993; Johnson dan Kaplan, 1987] Background

  10. Kontingensi Teori • Beberapa peneliti mencoba menjelaskan bagaimana sistem akuntansi dipengaruhi oleh lingkungan, organisasional, dan corak/gaya pengambilan keputusan. • Mereka membuat hipotesis bahwa tidak ada sifat universal sistem akuntansi yang sama diterapkan untuk semua organisasi. • Para peneliti banyak mengaplikasikan teori kontingensi dengan strategi sebagai variabel kontingensi yang penting. Background

  11. Contingency Fit • Kunci pendekatan kontigensi dalam menguji hubungan antara prioritas strategik, konfigurasi organisasi, dan sistem akuntansi manajemen  contingency fit. • Faktor paling penting dalam kinerja adalah contingency fit antara pemilihan strategi dan variabel konteksnya. Background

  12. Kekurangan penelitian sebelumnya • Penelitian sebelumnya condong untuk mengesampingkan pengukuran kinerja sebagai dependen variabel. Peneliti berargumentasi • Mengesampingkan variabel kinerja tidak hanya mengganggu pembangunan teori kontingensi yang benar, tapi juga mengindikasikan bahwa para peneliti memiliki konsen praktisi. Background

  13. Manfaat Penelitian • Teoritis • Memberikan pandangan dalam pembangunan konstruk contingency fit untuk kesesuaian antara prioritas strategis dan variabel konteksnya serta bagaimana mengukur konstruk ini. • Praktis • Membantu meningkatkan pemahaman bahwa perbedaan prioritas strategis mungkin membutuhkan konfigurasi organisasi yang berbeda agar berdampak positif pada kinerja.

  14. TEORI

  15. Perhatian para peneliti • Pertimbangan konsep pendekatan kontingensi untuk mempelajari hubungan yang kompleks antara prioritas strategik, disain organisasi, MAS, dan dampaknya terhadap performance organisasi telah menjadi perhatian yang menarik sejumlah besar peneliti.

  16. Pendekatan kontingensi • Pendekatan kontingensi dalam akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak ada keuniversalan MAS yang diterapkan sama untuk semua organisasi (Bruns & Waterhouse, 1975; Waterhouse & Tiessen, 1978)

  17. Efektifitas strategi • Prioritas strategi perlu kesesuaian dengan variabel konteksnya. • Para peneliti belum menyetujui konseptualnya dalam pengukuran contingency fit.

  18. Beberapa metode pendefinisian contingency fit • Selection, interaction, dan cluster analyses menggunakan Eucledian distances.

  19. Eucledian distanceFrom Wikipedia, the free encyclopedia • In mathematics, the Euclidean distance or Euclidean metric is the "ordinary" distance between two points that one would measure with a ruler, and is given by the Pythagorean formula. By using this formula as distance, Euclidean space (or even any inner product space) becomes a metric space. The associated norm is called the Euclidean norm. Older literature refers to the metric as Pythagorean metric

  20. Eucledian distance

  21. Selection, Interaction approach • Penelitian sebelumnya, menggunakan pendekatan selection atau interaction dalam mendefinisikan contingent fit. • Dua pendekatan ini dikritisi atas ketidakmampuan mengukur fit secara menyeluruh (Selto et.al. 1995, Van de Ven & Drazin, 1985).

  22. Cluster analysis • Cluster analysis dengan Eucledian distances memiliki dua langkah • Membangun model ideal didasarkan pada data perusahaan berkinerja baik. • Membandingkan perusahaan yang di-tes menggunakan Eucledian distances formula. • Kritisi model • Didasarkan pada struktur model perusahaan berkinerja baik. • Penyebab hubungan antara variabel outcome dengan variabel kontingen tidak didefinisikan dengan bik. • Berdasarkan nilai absolut deviasi dari model ideal.

  23. Dasar pendekatan peneliti • Mengaplikasikan fitness landscape theory untuk mendifinisikan contingent fit antara prioritas strategik dan variabel konteksnya. • Pendekatan ini didasarkan pada ilmu organisasi dan manajemen.

  24. Langkah kerja • Membuat hipotesis variabel kontingen berdasar teori. • Menentukan nilai kemungkinan range tiap variabel konteks dan nilai konfigurasi yang ideal. • Perusahaan sampel dievaluasi dibanding konfigurasi ideal. • Mengevaluasi asosiasi antara contingen fit dengan kinerja menggunakan analisis korelasi.

  25. Fitness lanscape theory • Diadopsi dari teori biologi. • FLT menawarkan suatu pemahaman bagaimana mengukur kontribusi kesesuaian tiap variabel dalam system yang komplek dan menyediakan pengetesan level kesesuaian dengan kinerja. • Kritisi  bagaimana memunculkan nilai kesesuaian pada setiap kombinasi.

  26. Model Kauffman Kombinasi 111 adalah nilai optimal fitness Nilai total fitness  rata-rata dari tiap sub-sistem/variabel. Nol = absen, dan satu = present

  27. Pengembangan model penelitian • Konstruk contingent fit didasarkan pada kesesuaian pemilihan strategi (diferensiasi produk atau harga rendah) dan variabel konsteksnya • Kontekstual variabel pada setiap strategi adalah: • desentralisasi, • tipe kontrol, • tipe MAS.

  28. Contoh kemungkinan kombinasi • Relating to Kauffman’s NK model, this study has the following properties: N = 3, A = 7, and K = 0. • Therefore, the total possible combination for this study is AN = 73 = 343. • Five out of 343 possible combinations of a company that adopts a product differentiation strategy. • Range associated with the level of intensity of each variable used by a business unit (i.e., 1–7, where 1 = extremely low intensity; and 7 = extremely high intensity)

  29. Model Porter (1985) • Prioritas strategik  low cost or products to suit consumers’ specific quality, physical characteristics, or differentiation strategy. • Kritisi  perlu didukung oleh sistem pengendalian, struktur organisasi, dan MIS [Chenhall & Langfield-Smith, 1988; Shank & Govindarajan, 1993; Johnson & Kaplan, 1987]

  30. Hypothetical

  31. Hipothesis • H1. contingent fit  strategic choice. • H2. contingent fit  differentiation strategy. • H3. contingent fit  low cost strategy. • H4. Product differentiation  decentralized structure • H5. Product differentiation  behavioural control • H6. Product differentiation  less output control • H7. Product differentiation  MAS type I • H8. Product differentiation  less use MAS type II.

  32. Sampel • Single industry • Terdaftar di Bursa Efek Jakarta  industri barang. • General manager, controller atau akuntan manajemen. Minimal pada posisinya 1 tahun. • Survei surat dan wawancara personal. • 115 unit bisnis dari 26 perusahaan. • 106 respon kuesioner diolah. • 9 respon dikeluarkan  (3) tidak punya konsen strategi jelas, (6) atau terkena outlier Boxplot saat validasi.

  33. Review Sampel / Data • Tidak dijelaskan apakah sifat kuesioner adalah mengukur persepsi ataukah mengukur kenyataan yang ada di industri? • Karena terdapat perbedaan antara pengukuran bahwa perusahaan tersebut benar-benar menerapkan “pilihan strategi” dan “penerapan struktur organisasinya”, jika persepsi maka bisa saja responden dalam satu perusahaan memiliki perbedaan persepsi.

  34. Uji Reliabilitas

  35. Descriptive Statistics

  36. Korelasi

  37. Intepretasi • H4  desentralisasi  diff >= low cost  sulit memberikan intepretasi, perbedaan tidak signifikan. • H6  kontradiksi dengan hipotesis  hasil = diff lebih menggunakan output control  interpretasi bahwa perusahaan menggunakan kedua jenis kontrol. Differensiasi produk lebih intensif menggunakan kedua jenis kontrol. • Argumen  mungkin ukuran perusahaan besar lebih memilih kontrol output daripada kontrol keperilakuan.

  38. Keterbatasan • Asumsi bahwa setiap variabel konteks adalah independen atas variabel lain dan membuat kontribusi independen atas nilai keseluruhan kesesuaian  dalam model kontingensi dengan lebih dari satu variabel kontekstual mungkin dipengaruhi oleh variabel lainnya. • Data dari single industry  mungkin belum merefleksikan bentuk secara umum. • Pengisi data kuesioner mungkin subjektif. • Variabel lain seperti ukuran, teknologi, model kepemimpinan mungkin juga mempunyai pengaruh pada kinerja unit bisnis.

  39. Saran penelitian selanjutnya • Memperluas model yang digunakan  memperbarui asumsi bahwa setiap variabel konteks memberikan kontribusi independen pada nilai keseluruhan fitness.  diperlukan interdependensi • Menggunakan data lintas industri.

More Related