1 / 35

MEMBACA TELAAH BAHASA

MEMBACA TELAAH BAHASA. OLEH : Moh Ari Huzzaka 1201100255 Rosdiana Nanda Pratiwi 1201100266 Febrianto Syahbani 1201100282 Tri Andri Pujiastuti 1201100292 Ade Nopita Komaladewi 1201100298 Yuvita Fauzul Hidayati 1201100304 Kelompok 6. A. Membaca Bahasa.

raven-good
Télécharger la présentation

MEMBACA TELAAH BAHASA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MEMBACA TELAAH BAHASA OLEH : Moh Ari Huzzaka 1201100255 Rosdiana Nanda Pratiwi 1201100266 Febrianto Syahbani 1201100282 Tri Andri Pujiastuti 1201100292 Ade Nopita Komaladewi 1201100298 Yuvita Fauzul Hidayati 1201100304 Kelompok 6

  2. A. Membaca Bahasa Tujuan utama pada membaca bahasi ini adalah: 1.Mengembangkan daya kata (increasing word power) 2. Mengembangkan kosa kata (developing vocabulary)

  3. 1. Memperbesar daya kata Ada beberapa hal yang harus kita ketahui antara lain : • Ragam-ragam bahasa • Mempelajari makna kata dari konteks • Bagian-bagian kata • Penggunaan kamus • Makna-makna Varian • Idiom • Sinonim dan antonim • Konotasi dan denotasi • Derivasi

  4. a) Ragam-ragam bahasa Secara garis besarnya, ragam bahasa dapat dibedakan menjadi beberapa, yaitu: 1) Bahasa formal atau bahasa resmi 2) Bahasa informal atau bahasa tidak resmi 3) Bahasa percakapan atau colloquial language 4) Bahasa kasar atau vulgar language 5) Bahasa slang 6) Bahasa teknis atau technical language

  5. Bahasa formal atau bahasa resmi Bahasa formal atau bahasa resmi adalah bahasa yang dipakai pada saat-saat resmi Contoh bacaan : FaridaRahim (2007:96) menyatakanbahwasuratkabarmerupakanbahanbacaan yang efektifdalampembelajaranmembaca. Suratkabarmerupakansumberbahanbacaantambahan yang memungkinkan guru membawakomunitasbahasakedalamkelas. Gaya bahasadanorganisasitulisansuratkabarberbedadenganbukuataumajalah. Di sampingitusuratkabarmerupakanbahanbacaan yang hidupuntukbidangstudipengetahuansosial. Melaluisuratkabarsiswadapatbelajartentangsejarahhariini.

  6. Bahasa Informal atau Tidak Resmi Bahasa informal atau bahasa tidak resmi adalah bahasa yang dipakai pada situasi-situasi yang tidak resmi. Contoh bacaan : Dear diary Hariinisayasenangsekalikarenanilaibahasa Indonesia sayacukupmemuaskan. Tapi, sayatidakterpakusampaidisini, justruiniadalahmotivasisayauntuklebihsiapsaatujiannasionalnanti. Kalaudipikir-pikirngerijugayadengarkataujiannasional, tapimaugimanalagi, sudahkewajibansiswakelas 3, sepertisayaini.

  7. Bahasa percakapan atau colloquial language Bahasa percakapan atau colloquial language adalah bahasa yang umum dipakai dalam percakapan. Contoh bacaan : Pemuda 1 : Eh, ada bola. Siapa yang main nih? Pemuda 3 : Aremasama Indonesia All Star Pemuda 1 : Weis, kerennih. Siapaaja yang main? Pemuda 3 : Kalo All Star pemainnyabintang-bintangaja. Seru nih, fair play banget. Pemuda 2 : Siapatuh kipper All Starnya ? Pemuda 3 : M. Haris Pemuda 1 : Itukan Markus, tapikokHarisyabukanHorison? Pemuda 3 : Kan namaaslinya M. HarisNasution, tinggaldisambunginajadeh Pemuda 1: Hah, bukannya Markus itu kiper Arema ya? Pemuda 2: Iya, kok malah nggak membela timnya?

  8. Pemuda 1 : MungkinkarenaituyadiapakenamaM.Haris Pemuda 2 : Bisajadi... Pemuda 1,3 : (angguk-angguk) Pemuda 2 : Dimanamainnyanih? Istoraya...? Pemuda 3 : KayaknyadikandangAremadeh, soalnyaIstoranggak kayak gitubentuknya Pemuda 1 : Wuih, penuh. Ramebanget. Kaloistoratberapakapasitasnya, 15000 ya? Pemuda 2 : (terdiam), Pemuda 3 : (mikirlagi), bisajadi. Pemuda 1 : Eh, bukannyasekarang Markus main diPersibya? Pemuda 2 : (bengong) Pemuda 3 : Eh iya. Padahalbarukemarinbikinpostingan blog tentang Markus. Dulunyaemang main diArema 9 (sambiltersipumalu) Pemuda 2 : Telat. Hahaha

  9. Bahasa kasar atau vulgar language Bahasa kasaratau vulgar language disebut juga bahasa yang tidak baku atau bahasa orang yang buta huruf, bahasa orang yang tidak berpendidikan. Bahasa ini memang jelas mempunyai cara sendiri yang konvensional, tetapi tidak dipergunakan oleh orang-orang yang telah mempelajari bentuk-bentuk baku Contoh bacaan Nina : HaiSiti Siti  : Hai Nina Nina :Kowelagingapa? Siti   : Akulaginandurkembangki. Akunjaluktulunggawakno pot kembang sing ning kana kaemrene, isaora? Nina : Ya ( Nina nggawa pot kembange)Sitiiki pot kembange Siti : Maturnuwunya

  10. Nina : Padha-padhaSiti. Kembang-kembangikiendahya. Apa .....................ikikabehduwekmuSiti? Siti : Iya. Ibukumundhutakekembang-kembangiki . Nina : Takewanginyiramikembangeya? (Aku bantu menyiramibunganyaya?) Siti : Wisorausah Nina malahdadingrepotakeawakmu. Nina : Oraapa-apa...akumalahsenenghlo (nggakapa-apa..aku ....................malahsenanglho) Siti : Yawiskaeneknjupukbanyuningkrankidulkaeya Nina : Ok !

  11. Bahasa slang Bahasa slang adalah bahasa yang ditujukan pada kelompok-kelompok khusus serta terbatas. Oleh karena itu, jarak atau tidak pernah secara efektida dalam tulisan ditujukan pada pembaca umum. Contoh Slang dalambahasainggris “daft” yang berartistupid, foolish (bodoh, OON). Contohdalamkalimat : Oh my God, I just did a daft thing this day. I forgot putting my name in my exam.

  12. Bahasa teknis atau technical language Bahasa teknisatau technical language adalah bahasa yang dipakai pada profesi-profesi tertentu (dokter, hakim, insinyur, dan lain-lain) yang telah mengembangkan kosa kata sendiri, ekspresi-ekspresi yang secara cepat dan efisien menyatakan kebutuhan mereka satu sama lain.

  13. b) Mempelajari makna kata dari konteks Untuk memperbesar daya kata, tidak cukup hanya menghindari bahasa yang tidak baku, bahasa yang tidak diterima oleh orang-orang yang terpelajar. Untuk memiliki suatu kosa kata yang efektif, kita harus membuat suatu upaya tertentu untuk memperoleh kata-kata baru untuk menempati wadah kata-kata yang cenderung kita buang atau hindari itu. Ada dua cara untuk melakukan hal ini, yaitu melalui pengalaman dan melalui bacaan.

  14. C) bagian-bagian kata Sebagai tambahan terhadap penggunaan petunjuk-petunjuk konteks untuk menentukan makna sesuatu kata baru, kadang-kadang kita dapat pula memperhitungkan maknanya dari pengetahuan mengenai bagian-bagian kata. Banyak tetapi tidak semua, kata yang terdiri atas bagian-bagian berikut ini: Prefiks(atau awalan) Root(akar atau dasar kata) Suffiks(atau akhiran) Infiks(atau sisipan)

  15. d) Penggunaan Kamus Pada pokoknya, kamus adalah rekaman kata-kata yang membangun sesuatu bahasa. Bahasa adalah sesuatu yang hidup,tumbuh, berkembang dan berubah. Seperti juga halnya bahasa berubah, kamuspun harus berubah karena kamus tidaklah mendikte, memerintah pemakaian kata-kata, tetapi justru sebaliknya: kamus harus mengiutinya

  16. e) Makna-makna varian Kita telah mengetahui bahwa kamus dapat merupakan suatu sumber penting pemerolehan kata-kata baru. Tetapi masih terdapat sumber daya kata tersembunyi lainnya, yaitu telaah makna-makna varian yang beraneka ragam. Haruslah kita memiliki suatu kebiasaan memperhatikan makna-makna yang berbeda-beda yang dikandung oleh suatu kata. Kita harus paham akan homonimyaitu kata-kata yang sama bentuk bunyinya, tetapi berlainan maknanya. Kita harus paham akan homonimyaitu kata-kata yang sama bentuk bunyinya, tetapi berlainan maknanya.

  17. Misalnya: Kukur I “alat pemarut” Kukur II “bunyi balam atau burung tekukur”. Tanjung I “sejenis bunga” Tanjung II “tanah yang menjorok ke laut”. Atau dalam bahasa Inggris: Racket : (1) a loud noise (2) a dishonest scheme for making money. (3) a light wide but of network used in tennis.

  18. f) Idiom Sebagai tambahan terhadap makna-makna harfiah (atau literal meanings) kata-kata individual, maka kita pun kerapkali menemui ekspresi-ekspresi atau kelompok-kelompok kata yang menuntut perlakuan khusus. Kelompok kata-kata itu disebut idiom. Dengan kata lain, idiom adalah kelompok kata-kata yang mengandung makna khusus.

  19. Misalnya : Buah ratap “isi ratapan; kata-kata yang diucapkan sambil menangis” Buah baju “kancing” Buah dada “susu; tetek” Buah tangan “oleh-oleh” Buah tangan “hasil karya” Buah pikiran “pendapat” Buah pena “karangan” Buah hati “kekasih” Buah pinggang “ginjal”

  20. G) Sinonim dan antonim Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna umum yang sama atau bersamaan (Barrett: 1956: 302), tetapi berbeda dalam konotasi atau nilai kata (Perrin; 1968: 348). Misalnya : Mati “meninggal dunia” “menghebuskan nafas yang penghabisan” “mangkat” “wafat” “mampus” “menutup mata buat selama-lamanya”

  21. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya (Albert [et al]; 1961a: 81). Sebagai pembaca kita harus sadar penulis dapat mengarahkan perhatian pada suatu ide tertentu dengan mempergunakan kontras atau pertentangan. Contoh anonim: Kaya – miskin Pintar – tolol Cantik – jelek.

  22. h) Konotasi dan denotasi Secara umum terdapat dua jenis konotasi, yaitu konotasi pribadi (atau personal connotations) dan konotasi umum (atau general conotations). Konotasi pribadi adalah hasil dari pengalaman pribadi seseorang. Konotasi umum adalah hasil dari pengalam orang-orang sebagai suatu kelompok sosial. Semua konotasi umum berakar pada konotasi pribadi. Denotasi mengacu pada batasan harfiah sesuatu kata, kepada makna yang disepakati oleh kebanyakan orang, maka konotasi mengacu pada segala sesuatu yang disarankan oleh sebuah kata; selera emosialnya, nadanya yang menyenangkan atau tidak, dan sebagainya (Moore: 1960: 213; Perrin, 1968: 373-374).

  23. i) derivasi Pernahkah terpikir dalam hati kita dari mana asal-usul kata-kata dalam bahasa kita? Telaah mengenai asal usul kata atau derivasi kata, bukan hanya merupakan sesuatu yang bermanfaat tetapi juga sangat menarik hati.

  24. 2. Mengembangkan kosa kata kritik Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik ini, perlu kita ketahui beberapa hal, antaralain : • Bahasa kritik sastra • Memetik makna dari konteks • Petunjuk-petunjuk konteks

  25. B. Membaca Sastra Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian,keharmonisan antarakeindahan bentuk dan keindahan isi. Dengan kata lain suatu karya sastra dikatakan indah jika baikbentuknya maupun isinya sama-sama indah, terdapat keserasian, keharmonisan antara keduanya. Untuk itu diperlukan norma-norma, antara lain norma-norma estetik, sastra dan moral .

  26. 1. Bahasa ilmiah dan bahasa sastra Memperbincangkan perbedaan penggunaan bahasa karya ilmiah dan karya sastra, maka pada dasarnya kita memperbincangkan masalah konotasi dan denotasi dalam kegiatan menulis. Biasanya dalam menulis sebuah karya ilmiah kita menggunakan kata-kata denotatif, sebaliknya dalam menulis karya sastra biasanya kita menggunakan makna konotatif. Oleh karena itu, dalam kebanyakan tulisan kitaharuslah memperhatikan benar-benar konotasi-konotasi kata dan memang ada alasan kuat kenapa kita harus berhati-hati dalam hal itu.

  27. 2. Gaya bahasa Dalam kekonotatifan bahasa sastra, yang melibatkan emosi-emosi dan nilai-nilai, maka dalam membaca sesuatu karya sastra haruslah kita terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan mengenai gaya bahasa. Dengan pengenalan serta pemahaman sejumlah gaya bahasa maka kita akan lebih mantap lagi menikmati keindahan karya sastra tersebut. Hal-hal yang umum dalam gaya bahasa, antara lain : • Perbandingan, yang mencangkup metafora, kesamaan, dan analogi. • Hubungan, yang mencakup metonimia dan sinekdohe • Taraf pernyataan, yang mencakup hiperbola, litotes, dan ironi.

  28. 1) Perbandingan • Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terdapat dua ide : yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi dan kita menggantikan yang belakangan ini menjadi yang terdahulu tadi. Misalnya : “Nani adalah gadis ramah, tetapi sukar didekati, sukar ditebak isi hatinya”. Diganti dengan : “Nani jinak-jinak merpati”

  29. b)Kesamaan Kesamaan berbeda dari metafora dalam hal : kalau metafora menyatakan secara tidak langsung adanya kesamaan antara dua hal, maka gaya bahasa kesamaan atau persamaan menyataan serta menagaskan bahwa yang satu sama dengan yang lain; biasanya memperguanakan kata-kata seperti atau sebagai dan sejenisnya. Contoh : Para gembala Sardini adalah orang-orang asli. Pendek, konvensional, pendiam; mereka terlihat bak batu-batu negeri mereka yang tandus, seperti batu-batu besar yang agak perasa dikikis masa.

  30. c)Analogi Analogi, agak berlainan dengan metafora dan kesamaan, biasanya melihat beberapa titik persamaan, bukan hanya satu saja. Analogi yang sugestif sering kali menekankan suatu ide. Contoh : Saluran-saluran spekulasi politik dan agama sejati dibendung, sampai Revolusi Besar membebaskan luapan buku-buku dan pamflet-pamflet yang meliputi negeri itu selama dua puluh tahun, mengenali serta memperlebar palung-palung baru saluran pikiran dan pendapat kita mengalir, serta meninggalkannya kalau tidak ada sedikitpun membawa emas murni pada pasir-pasir banjir besar yang menggelora itu.

  31. 2) Hubungan Sinekdohe dan metonimia termasuk gaya bahasa hubungan (relationship); kedua-duanya menggantikan nama sesuatu dengan yang lainnya yang ada hubungannya. Sinekdohe memberi nama suatu bagian apabila yang dimaksud adalah keseluruhan; atau sebaliknya: pengganti sebagian.

  32. Contoh sinekdohe Contoh : • Bejuta-juta mulut harus diberi makan oleh pemerintah. • Tangan-tangan lunglai menengadah memohon rahmat dan karunia Tuhan. • ABRI menerima calon-calon polisi baru. • Jang perbatasan buat pengganti banyak orang mati diperbatasan. • Tabungannya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo sawahnya berpuluh-puluh hektar baut pengganti dia orang kaya.

  33. Litotes, kebalikan dari hiperbola, adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikevil-kecilkan, dikurang dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri. Contoh : • Mohammad Ali adalah bukan petinju yang jelek. • Shakespeare bukan pengarang picisan. • H.B. Jasin bukan kritikus jalanan.

  34. Ironi atau ejekan adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan (menyatakan secara tidak langsung) sesuatu yang nyata berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan dari apa yang sebenarnya dikatakan itu. Ironi ringan merupakan suatu bentuk rumor, tetapi ironi keras biasanya merupakan suatu bentuk sarkasme atau satire, walaupun pembatasan yang tegas antara hal-hal itu sangat sukar dibuat dan jarang sekali memuaskan orang. Misalnya : Suatu revolusi senantiasa dibedakan oleh ketidak sopan santunan, barang kali karena penguasa tidak mau bersusah-susah dalam hal yang baik untuk mengajar orang-orang sikap-sikap yang terpuji.

  35. SEKIAN

More Related