1 / 18

Dirasatul Firaq

Dirasatul Firaq. Kajian Mengenai Perpecahan dan Firqoh-firqoh dalam Islam. الاختلاف والافتراق. Ikhtilaf : Perbedaan pendapat terhadap suatu permasalahan, baik dalam ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), Iftiraq : Perpecahan/penyimpangan. Definisi Ikhtilaf. Artinya tidak sepaham atau tidak sama

riva
Télécharger la présentation

Dirasatul Firaq

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Dirasatul Firaq Kajian Mengenai Perpecahan dan Firqoh-firqoh dalam Islam

  2. الاختلاف والافتراق Ikhtilaf : Perbedaan pendapat terhadap suatu permasalahan, baik dalam ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), Iftiraq : Perpecahan/penyimpangan

  3. Definisi Ikhtilaf • Artinya tidak sepaham atau tidak sama • Dalam bahasa; khalaftuhu-mukhalafatan-wa khilaafan atau takhaalafa alqaumi wakhtalafuu (jika saling berbeda pendapat) • Jadi ikhtilaf itu adalah perbedaan jalan, perbedaan pendapat atau perbedaan manhaj yang ditempuh oleh seseorang atau sekelompok orang dengan yang lainnya.

  4. Definisi Iftiraq • Iftiraq menurut bahasa berasal dari kata mufaraqah yang artinya perpecahan dan perpisahan. • Sedangkan menurut istilah para ulama, iftiraq adalah keluar dari Sunnah dan Jama'ah pada salah satu ushul (pokok) dari perkara-perkara ushul yang mendasar, baik dalam aqidah ataupun amaliyah.

  5. Tingkatan Ikhtilaf/Iftiraq

  6. Kaidah Memahami Ikhtilaf & Iftiraq • Ikhtilaf adalah perkara yang kauni (sunnatullah), sedangkan mencegahnya merupakan perkara yang syar'i. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS Hud 118-119)

  7. Al-Hadits Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ; Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, kaum Nashara terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan" [Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan lainnya] Dalam suatu riwayat : "Mereka semua di neraka kecuali satu millah, para shahabat bertanya: "siapakah dia ya Rasulullah ?" beliau menjawab : "(yaitu) orang-orang yang berada diatas jalanku dan shahabatku“ Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Sungguh kalian pasti akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kamu, jengkal demi jengkal, hasta demi hasta sehingga seandainya mereka masuk kedalam lubang biawak, kalian pasti akan memasukinya (juga). Para shahabat bertanya : "Wahai Rasulullah, Yahudi dan Nashara-kah?". Beliau menjawab : "Siapa lagi ?“ [Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim]

  8. Ibnu Katsir Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah berkata : "Allah telah melarang umat ini menyerupai umat-umat yang telah lewat dalam iftiraq (perpecahan) dan ikhtilaf (perselisihan) mereka dan dalam meninggalkan amar ma'ruf serta nahi mungkar, setelah hujjah tegak atas mereka" [Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim I/390]

  9. Kaidah 2 • Tidak Semua Ikhtilaf adalah Iftiraq Ikhtilaf merupakan lafazh yang masih umum, mencakup beberapa macam (makna), satu diantaranya adalah iftiraq. • Iftiraq tidak akan terjadi kecuali pada ushul kubra Kulliyah (pokok-pokok yang besar dan mendasar) yang tidak ada peluang untuk diperselisihkan.

  10. Bid'ah yang sesat Seorang muslim tidak boleh dicela sebagai yang termasuk firqah binasa (sesat) kecuali jika perbuatan bid'ah-nya pada masalah-masalah berikut : • Pada masalah yang bersifat mendasar dalam agama, • Pada salah satu kaidah syari'ah, • Pada pokok syari'ah, baik secara total atau dalam banyak bagian-bagiannya, dimana ia terbiasa bersikap menentang terhadap banyak persoalan syari'ah. Syaikhul Islam (Ibnu Taimiyah) pernah ditanya tentang batasan bid'ah yang mengakibatkan orangnya dianggap ahlul ahwa' (pengekor hawa nafsu), beliau menjawab : "Bid'ah yang mengakibatkan orangnya dianggap ahlul ahwa' (pengekor hawa nafsu) adalah bid'ah penyimpangannya dari Al-Qur'an dan Sunnah masyhur dikalangan ahli sunnah, seperti bid'ah-nya Khawarij, Rafidhah, Qadariyah, Murji'ah ...." [Majmu Fatawa XXXV/414]

  11. Kaidah 3 • Ikhtilaf (perselisihan pendapat) yang diperbolehkan itu bersumber dari ijtihad dan niat yang baik, dan orang yang salah akan diberi pahala apabila ia mencari kebenaran. • Sementara Iftiraq (perpecahan) tidak terjadi dari kesungguh-sungguhan dalam mencari kebenaran dan niat yang baik, dia timbul dari mengikuti hawa nafsu. • Iftiraq berkaitan erat dengan ancaman Allah, dan semua iftiraq menyimpang serta binasa, adapun ikhtilaf yang diperbolehkan tidaklah seperti itu betapapun hebat ikhtilaf yang terjadi diantara kaum muslimin • Setiap hal yang padanya terjadi ikhtilaf tadhadh (perselisihan pendapat kontrakdiktif), maka kebenaran yang ada padanya hanya satu, karena apapun yang berasal dari Allah, tidak akan ditemukan ikhtilaf padanya.

  12. Sebab2 Ikhtilaf Mengapa terjadi ikhtilaf dikalangan ulama dan ummat?

  13. Perbedaan dalam memahami al-Qur'an. • Ada sebagian lafaz al-Qur'an yang mengandung lebih dari satu arti (musytarak) • Susunan ayat Al-Qur'an membuka peluang terjadinya perbedaan pendapat • Perbedaan memandang lafaz 'am-khas, mujmal-mubayyan, mutlak-muqayyad, dan nasikh-mansukh 1. lafaz umum dan memang maksudnya untuk umum, atau 2. lafaz umum tetapi maksudnya untuk khusus; dan 3. lafaz khusus dan memang maksudnya khusus; atau 4. lafaz khusus tetapi maksudnya umum. • Perbedaan dalam memahami lafaz perintah dan larangan.

  14. Berbeda dalam memahami dan memandang kedudukan suatu hadits • Kedudukan hadits (shahih, hasan, dha’if, maudhu’) • Bagaimana melakukan tarjih (memilih mana hadis yang paling kuat) diantara dua hadis yang saling bertentangan • Makna suatu hadis

  15. Perbedaan dalam Metode Ijtihad Imam Abu Hanifah Imam Malik bin Anas Berpegang pada dalalatul Qur'an a.1. Menolak mafhum mukhalafah a.2. Lafz umum itu statusnya Qat'i selama belum ditakshiskan a.3. Qiraat Syazzah (bacaan Qur'an yang tidak mutawatir) dapat dijadikan dalil Berpegang pada hadis Nabi b.1. Hanya menerima hadis mutawatir dan masyhur (menolak hadis ahad kecuali diriwayatkan oleh ahli fiqh)) b.2. Tidak hanya berpegang pada sanad hadis, tetapi juga melihat matan-nya Berpegang pada qaulus shahabi (ucapan atau fatwa sahabat) Berpegang pada Qiyas (mendahulukan Qiyas dari hadis ahad) Berpegang pada istihsan Nash (Kitabullah dan Sunnah yang mutawatir) a.1. zhahir Nash a.2. menerima mafhum mukhalafah Berpegang pada amal perbuatan penduduk Madinah Berpegang pada Hadis ahad (amal penduduk Madinah) Qaulus shahabi Qiyas Istihsan Mashalih al-Mursalah

  16. Perbedaan dalam Metode Ijtihad Imam Syafi’i Imam Ahmad bin Hambal Qur'an dan Sunnah (artinya, beliau menaruh kedudukan Qur'an dan Sunnah secara sejajar, karena baginya Sunnah itu merupakan wahyu ghairu matluw). Konsekuensinya, menurut Syafi'i, hukum dalam teks hadis boleh jadi menasakh hukum dalam teks Al-Qur'an dalam kasus tertentu) Ijma' hadis ahad (jadi, Imam Syafi'i lebih mendahulukan ijma' daripada hadis ahad) Qiyas (berbeda dg Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i mendahulukan hadis ahad daripada Qiyas) Beliau tidak menggunakan fatwa sahabat, istihsan dan amal penduduk Madinah sebagai dasar ijtihadnya Qur’an dan Sunnah Menolak ijma' yang berlawanan dengan hadis Ahad (kebalikan dari Imam Syafi'i) Menolak Qiyas yang berlawanan dengan hadis ahad (kebalikan dari Imam Abu Hanifah) Berpegang pada Qaulus shahabi (fatwa sahabat) Ijma' Qiyas

  17. Komparasi rasio-nash Rasio Nash 1. Imam Abu Hanifah 2. Imam Syafi'i 3. Imam Malik 4. Imam Ahmad bin Hanbal 1. Imam Ahmad bin Hanbal 2. Imam Malik bin Anas 3. Imam Syafi'i 4. Imam Abu Hanifah

  18. Referensi • Muhammad Salam Madkur, "Manahij al-Ijtihad fi al-Islam", Kuwait, al-matba'ah al-'Asriyah al-Kuwait, Jami'ah al-Kuwait, 1984) Metode Ijtihad Para Ulama • Fiqh Ikhtilaf, DR. Yusuf Qaradhawy

More Related