1 / 25

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM LAUT

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM LAUT. PENDAHULUAN. FAKTA. INDIKASI. KONFLIK PEREBUTAN WILAYAH TANGKAP, SEMBILAN KAPAL DIBAKAR DI BANTAN, BENGKALIS (KOMPAS, 4 MEI 2005) ILEGAL FISHING TERUS MENINGKAT : NELAYAN THAILAND MENANGKAP

Télécharger la présentation

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM LAUT

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM LAUT

  2. PENDAHULUAN FAKTA INDIKASI • KONFLIK PEREBUTAN • WILAYAH TANGKAP, • SEMBILAN KAPAL • DIBAKAR DI BANTAN, • BENGKALIS (KOMPAS, • 4 MEI 2005) • ILEGAL FISHING TERUS MENINGKAT : • NELAYAN THAILAND MENANGKAP • IKAN DI WIL < 1 MIL DI ACEH BARAT • SEBELUM TSUNAMI (HASIL FGD, 2005) • KERUSAKAN EKOSISTEM DI WILAYAH • PESISIR DAN LAUT TERUS MENINGKAT • TERUMBU KARANG TINGGAL 6% • SANGAT BAIK • MANGROVE TINGGAL 30% • PANTAI TERABRASI SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT SEMAKIN BERKURANG KEGAGALAN TUGAS MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH, PADAHAL DITEGASKAN DALAM ALQUR AN MANUSIA DITUGASKAN SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI (QS 2:30)

  3. PENDAHULUAN FAKTA INDIKASI POTENSI SUMBERDAYA IKAN INDONESIA DI WILAYAH LAUT MENCAPAI 6,4 JUTA TON/THN PANJANG PANTAI 81.000 KM, LUAS LAUTAN 6,5 JUTA KM2 BELUM OPTIMALNYA PEMANFAATAN 5 KM KE ARAH LAUT, POTENSI LAHAN KEGIATAN BUDIDAYA LAUT DIPERKIRAKAN SEKITAR 24,53 JUTA HA (DKP, 2002) POTENSI LAHAN PENGEMBANGAN TAMBAK MENCAPAI 913.000 HA, SEDANGKAN TINGKAT PEMANFAATANNYA BARU MENCAPAI 344.759 HA ATAU SEKITAR 40 % DARI TOTAL POTENSINYA (DITJEN PERIKANAN, 1999) KAMI TIDAK MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI DAN APA YANG ADA DIANTARA KEDUANYA DENGAN SIA-SIA TANPA TUJUAN (QS 38:27)

  4. LANJUTAN FAKTA INDIKASI BENCANA ALAM TERJADI DIMANA-MANA : TSUNAMI, GEMPA, BANJIR PEMBANGUNAN TIDAK BERKELANJUTAN • KEMISKINAN MENINGKAT : • 40 % DIBAWAH GARIS • KEMISKINAN • KEBOCORAN PEMBANGUNAN • TERUS MENINGKAT : • KKN • KETIDAKADILAN SESUNGGUHNYA MANUSIA BERLAKU SEWENANG- WENANG MANAKALA MERASA DIRINYA MAMPU (QS 96:6-7)

  5. SOSIAL TANTANGAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT PENGHAPUSAN KEMISKINAN NELAYAN KESEJAH- TERAAN MELINDUNGI & MENGELOLA BASIS SDA P & L BAGI PEMBANGUNAN SOSIAL & EKONOMI MENGUBAH POLA KONSUMSI & PRODUKSI YG TIDAK BERKELANJUTAN EKOLOGI EKONOMI

  6. TANTANGAN TANTANGAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ADALAH MENEMUKAN CARA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SAMBIL MENGGUNAKAN SUMBERDAYA ALAM SECARA BIJAKSANA, SEHINGGA SUMBER DAYA ALAM TERBARUKAN DAPAT DILINDUNGI DAN PENGGUNAAN SUMBER ALAM YANG DAPAT HABIS (TIDAK TERBARUKAN) PADA TINGKAT DIMANA KEBUTUHAN GENERASI MENDATANG TETAP AKAN TERPENUHI TELAH TAMPAK KERUSAKAN DI DARAT DAN LAUT DISEBABKAN OLEH PERBUATAN TANGAN MANUSIA, SUPAYA ALLAH MERASAKAN KEPADA MEREKA SEBAGIAN (AKIBAT) PERBUATAN MEREKA, AGAR MEREKA KEMBALI KE JALAN YANG BENAR (QS 96:6-7)

  7. CONTOH a b K = daya dukung c Konsumsi SDA & Pencemaran t2 t1 Kualitas Hidup (Q) Grafik Hubungan kualitas hidup, konsumsi SDA dan pencemaran : a. Jika jumlah manusia bertambah konsumsi SDA bertambah, tekanan Terhadap lingkungan bertambah, pencemaran bertambah, sehingga akan melampui daya dukung bumi. Gejalanya menipisnya lapisan ozon di atas Antartika akibat meningkatnya CFC (Brown, 1987) b. Kecenderungan mengejar materil, hanya menunda waktu dari t1 ke t2 c. Garis konsumsi harus menurun & kualitas hidup hrs meningkat : P X Ko < K

  8. MENGAPA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN….?

  9. SPEKTRUM SEJARAH PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Stockholm Rio de Janeiro Johannesburg • Konferensi UNCED • (United Nation Conferen- • ce on Environment and • Development) : • Prinsip-prinsip dasar • pembangunan berke- • lanjutan • Agenda 21 • Deklarasi Milenium • PBB tahun 2000 • Komisi WCED (World • Commision on Environ- • ment and Development), • 1 Oktober 1984 : • Ketua : Gro Harlem • Brundtland (Norwegia) • Wakil Ketua : Mansour • Khalid (Sudan) • Agenda Global Perubahan: • Target pembangunan • Berkelanjutan 2000 • Kerjasama global antar • negara • Penanganan masalah • lingkungan secara lebih • efektif • Agenda jangka panjang • Penanganan masalah • lingkungan • Konsep Pembangunan • Balanced Development • Basic need • Pemerataan • Kualitas hidup • 5 Juni 1972 : • Konferensi khusus PBB, • sepakat menyelamatkan • bumi melului kerjasama • antar bangsa • Pembentukan UNEP • (United Nations Environ- • ment Programme) • Perkembangan 1972-1982 : • Meningkatkan kesejahte- • raan penduduk • Meningkatkan hujan • asam • Lautan semakin kotor • Udara semakin tercemar • Hewan & tumbuhan • banyak yg punah • Mengusulkan komisi • penyelamatan lingku- • ngan ke Governing • Council UNEP 1982 1972 1992 2002

  10. SPEKTRUM SEJARAH PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ? Menuju millenium Johannesburg • Deklarasi Johannesburg : • Dari asal muasal ke masa depan : komitmen • pada pembangunan berkelanjutan, masyarakat • global manusiawi, pila-pilar pembangunan, • tanggung jawab terhadap anak cucu • Dari Stockholm ke Rio de Janeiro ke Johannesberg : • melindungi lingkungan, pembngunan ekonomi, dan • sosial, serta memperkuat komitemen PBB, merumus- • kan visi pembangunan umat manusia, kemajuan • dilakukan dengan kesepakatan global • Tantangan global : kemiskinan, gap negara maju • dan berkembang, lingkungan global terus mengalami • kerusakan • Komitme terhadap pembangunan berkelanjutan • Multilateralisme adalah masa depan • Mari mewujudkannya 2005 2015 2002

  11. KONSEPSI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN EKONOMI EKOLOGI • Pertumbuhan Tinggi • Cenderung Rusak • lingkungan • Adanya gap • Menghimpun tabungan • untuk modal dan • pertumbuhan • Pertumbuhan Nol • Pelestarian Lingkungan • The Limit of Growth • (Meadows et al, 1972) : • pertumbuhan tidaklah • dapat berjalan tanpa batas • karena kendala SDA dan • pencemaran • The Silent Spring (1962) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN • Perjalanan : • Stockholm, Swedia (1972) • Rio de Jeneiro (1992) • Johannesburg, Afsel (2002) • 3 Pilar Utama : • pembangunan ekonomi • Pembangunan Sosial • Perlindungan lingkungan TUHAN TELAH MENAKULKAN ATAU MEMUDAHKAN ALAM RAYA UNTUK DIOLAH OLEH MANUSIA (GS 14:32-33)

  12. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN • Pembangunan atau perkembangan yang memenuhi • kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan • kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi • Kebutuhannya • TERKANDUNG DUA GAGASAN : • Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial • kaum miskin sedunia, yang harus diberi prioritas utama; • dan • Gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi • teknologi dan organisasi sosial terhadap kemamupuan • lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan

  13. INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN EKOLOGI TEKNOLOGI EKONOMI SOSIAL

  14. INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN LINGKUNGAN KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN DGN MENERAPKAN KONSERVASI ATAU DIVERSIFIKASI PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM, DAN KESELAMATAN MASYARAKAT LOKAL • Terjaganya keberlanjutan fungsi-fungsi ekologis • Tidak melebihi ambang batas baku mutu lingkungan yang berlaku, • nasional dan lokal (tidak menimbulkan pencemaran udara, air, • tanah) • Terjaganya keanekaragaman hayati (genetik, spesies, dan • ekosistem) dan tidak terjadi pencemaran genetika • Dipatuhinya peraturan tata guna lahan atau tata ruang • Tidak menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan • Dipatuhinya peraturan keselamatan kerja • Adanya prosedur yang terdokumentasi yang menjelaskan • usaha-usaha yang memadai untuk mencegah kecelakaan dan • mengatasi bila terjadi kecelakaan

  15. INDIKATOR EKONOMI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT LOKAL • Tidak menurunkan pendapatan masyarakat lokal • Adanya kesepakatan dari pihak-pihak yang terkait • untuk menyelesaikan masalah-masalah PHK sesuai • dengan peraturan perundangan yang berlaku • Adanya upaya-upaya untuk mengatasi kemungkinan • dampak penurunan pendapatan bagi sekolompok • masyarakat • Tidak menurunkan kualitas pelayanan umum untuk • masyarakat local

  16. INDIKATOR SOSIAL Partisipasi masyarakat DAN Proyek tidak merusak integritas sosial masyarakat • Adanya proses konsultasi ke masyarakat lokal • Adanya tanggapan dan tindak lanjut terhadap • komentar, keluhan masyarakat lokal • Tidak menyebabkan konflik di tengah masyarakat • lokal

  17. INDIKATOR TEKNOLOGI Terjadi Alih Teknologi • Tidak menimbulkan ketergantungan pada pihak • asing dalam hal pengetahuan dan pengoperasian • alat (know-how) • Tidak menggunakan teknologi yang masih • bersifat percobaan dan teknologi usang • Mengupayakan peningkatan kemampuan dan • pemanfaatan teknologi lokal

  18. AGENDA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN AGENDA 1. PENGENTASAN KEMISKINAN • Pengentasan kemiskinan merupakan suatu tantangan global terbesar yang sedang • dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini dan merupakan syarat mutlak bagi • pembangunan berkelanjutan, khususnya bagi negara-negara berkembang. • Jika dicermati sudah jelas bahwa Indonesia sebagai negara berkembang harus • benar- benar memperhatikan persoalan pengentasan kemiskinan ini. • Pada tahun 2002 penduduk indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan • sudah mencapai 40 %, dan mungkin hampir sebahagian besar berdomisi di • wilayah pesisir. • Dengan demikian pengentasan kemiskinan bagi penduduk miskin di di wilayah • pesisir harus menjadi program prioritas dalam pembangunan masyarakat pesisir. • Sebagai indikator bagaimana mengurangi sepaRuh dari penduduk miskin di • wilayah pesisir yang berpenghasilan 1 US$ per hari, proporsi jumlah penduduk • yang menderita kelaparan, dan meningkatkan tingkat pendidikan dan kesehatan.

  19. AGENDA 2. PERUBAHAN POLA KONSUMSI DAN PRODUKSI YANG TIDAK BERKELANJUTAN • Perubahan-perubahan mendasar dalam cara-cara konsumsi dan produksi • masyarakat merupakan hal yangsangat penting dalam meuwujudkan • pembangunan berkelanjutan golbal. • Jika dikaitkan dengan pola konsumsi masyarkat pesisir yang cenderung • konsumtif, maka yang tidaklah berlebihan jika agenda ini sangat berat untuk • diimplementasikan pada masyrakat pesisir, khususnya nelayan. • Pada penghidupan nelayan, maka akan berupaya memproduksi sebanyak- • banyaknya pada musim ikan tanpa memperhatikan keberlanjutan dari • sumberdaya ikan itu sendiri, bahkan kadangkala hasil tangkapan yang • sedemikian banyak tidak dimbanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan • nilai guna produksi. • Disamping itu sudah menjadi rahasia umum, bahwa nelayan bila mendapat • pendapatan yang melimpah akan cenderung untuk mengeluarkannya secara • cepat tanpa memperhatikan jangka panjang, bahkan sangat sedikit nelayan • yang memikirka untuk ditabung sebagian dari pendapatnya.

  20. AGENDA 3. PERLINDUNGAN & PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BAGI PEMBANGUNAN EKONOMI & SOSIAL • Kegiatan-kegiatan manusia memiliki dampak yang semakin meningkat terhadap • integritas ekosistem-ekosistem yang menyediakan sumberdaya penting dan • pelayanan-pelayanan (services) bagi kesejahteraan manusia dan kegiatan- • kegiatan ekonomi. • Bila dikaitkan dengan eosistem yang terdapat di wilayah pesisir dan laut, maka • dapat dikatakan merupakan ekosistem yang sangat menderita, bahkan selama • ini dinggap sebagai “keranjang sampah”. • Tidak jarang kita temua rusaknya mangrove, padang lamun, terumbu karang • bahkan ekossitem di laut dalam akibat tidak arifnya manusia dalam • memanfaatkan lingkungan dan sumberdaya alam laut yang terkandung di • dalamnya. • Jika hal ini dibiarkan terus-menerus terjadi, maka suatu ketika manusia hanya • bisa mendengar dongeng bahwa dulu di dalam terdapat ikan yang • beraneka ragam. • Dengan demikian pengelolaan sumberdaya alam laut secara terpadu dan • berkelanjutan dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam hal untuk • mengembalikan kondisi lingkungan laut yang sudah terdegradasi perlu • dilakukan upaya-upaya signifikan untuk mencegah SDAL dan lingkungan • diambang kehancuran.

  21. IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DLM PENGELOLAAN SDAL LINGKUNGAN BIOFISIK LINGKUNGAN BIOFISIK DINAMIKA MODALI EKOSISTEM EKOSISTEM SDI KAPAL NELAYAN DINAMIKA BURUH DINAMIKA POPULASI PENANG- KAPAN PASCA PANEN PASAR KONDISI PASAR • BENEFIT • SOSIAL • BUDAYA • EKONOMI • BIODIV. SISTEM PERIKANAN TANGKAP (CHARLES, 2001)

  22. ECOLOGICAL SUSTAINABILITY INTITUTIONAL SUSTAINABILITY SOCIOECONOMIC SUSTAINABILITY COMMUNITY SUSTAINABILITY SEGITIGA KEBERLANJUTAN BERDASARKAN EMPAT KOMPONEN DASAR : EKOLOGI, SOSIAL EKONOMI, MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN (CHARLES, 2001)

  23. PILAR-PILAR KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERIKANAN DAN KELAUTAN Ocean Policy Membangun Perikanan & Kelautan Berkelanjutan Ocean- omic Ocean Gover- nance

  24. ARAH PEMBANGUNAN PERIKANAN DAN KELAUTAN • Rekonstruksi sosial (social enginering) kelembagaan pola patron-klien • untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; • Mengarahkan pengelolaan sumberdaya perikanan yang bertumpu pada • kekuatan lokal dan berbasis masyarakat lokal; • Memperkuat industri perkapalan nasional untuk menunjang kegiatan tranportasi • Laut dan penangkapan; • Menyoal masalah masuknya komoditi perikanan dalam list Word Trade • Organization (WTO); • Rehabilitasi lingkungan pesisir yang rusak untuk menunjang produksi perikanan; • Pengembangan industri penunjang perikanan untuk membuka lapangan • kerja baru; • Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang mengelola kegiatan perikanan; • Mengembangkan teknologi kelautan untuk menunjang pengolahan hasil; • Mengembangkan strategi ekonomi nasional pembangunan perikanan; • Mengelola pulau-pulau kecil yang terletak di perbatasan; • Mempertegas yuridiksi nasional tentang perbatasan wilayah laut Indonesia • Pengawasan dan akuntabilitas publik dana konpensasi BBM yang diperuntukkan • dengan untuk nelayan; • Meningkatkan posisi tawar politik dalam struktur politik nasional; • Penataan pengelolaan perikanan dalam rangka otonomi daerah.

  25. TERIMA KASIH

More Related