1 / 20

URGENSI TERUJUDNYA UKHUWAH ISLAMIYAH

URGENSI TERUJUDNYA UKHUWAH ISLAMIYAH. Tidak ada kemenangan tanpa kekuatan; tidak ada kekuatan tanpa kebersamaan; tidak ada kebersamaan tanpa persaudaraan islam (ukhuwah islamiyah). Masalah Ujian Nasional. Pengantar Berbicara mengenai ukhuwah, mengapa sulit diwujudkan ? Buktinya?

alvaro
Télécharger la présentation

URGENSI TERUJUDNYA UKHUWAH ISLAMIYAH

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. URGENSI TERUJUDNYA UKHUWAH ISLAMIYAH Tidak ada kemenangan tanpa kekuatan; tidak ada kekuatan tanpa kebersamaan; tidak ada kebersamaan tanpa persaudaraan islam (ukhuwah islamiyah)

  2. Masalah Ujian Nasional

  3. Pengantar • Berbicara mengenai ukhuwah, mengapa sulit diwujudkan? Buktinya? • Muslim mayoritas di Indonesia, mengapa banyak muslim yang sengsara? • Apa sebenarnya ukhuwah itu? • Bagaimana konsep Islam tentang ukhuwah? • Bagaimana implementasinya? • Bagaimana realitanya? • Bagaimana mewujudkannya?

  4. Dalam era globalisasi saat ini, dimana dunia terasa semakin mengecil ibarat hanya sebuah kota kecil (apa yang terjadi di belahan dunia lain dapat dengan mudah dan dalam waktu yang cukup cepat dapat kita akses), ada kecenderungan nilai-nilai ukhuwah islamiyah sebagai perekat persaudaraan semakin memudar. • Orientasi materi lebih dominan sebagai motivator banyak aktivitas, menambah renggangnya silaturahmi dan persaudaraan

  5. Upaya pengembangan persaudaraan muslim, hanya dalam batas kelompok-kelompok kecil saja, yang pada akhirnya terperosok ke dalam lingkup sektarianisme ekslusif yang dapat merugikan masa depan pengembangan ukhuwah islamiyah. • Padahal secara makro, ukhuwah, persaudaraan Islam sangat diperlukan untuk mensukseskan misi muslim di dunia: misi kehambaan dan misi kekhalifahan: berbuat kesejahteraan di muka bumi. (“rohmatan lil’alamin”)

  6. Inilah tantangan yang berada di hadapan umat Islam, bagaimana menciptakan dan memberdayakan prinsip ukhuwah islamiyah ini agar membumi untuk mengantisipasi berkembangnya ukhuwah jahiliyah yang bertentangan dengan fitrah manusia.

  7. Pengertian Ukhuwah Islamiyah • Menurut Imam Hasan Al-Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah. Ada beberapa tingkat/tahap menuju ukhuwah • 1.Ta’aruf (saling mengenal). Saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT (Q.S. Al Hujurat: 13)

  8. “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

  9. 2. Tafahum (saling memahami). saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. • Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim)

  10. 3. Ta’awun (saling menolong). Setiap orang tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri, pasti memerlukan pertolongan orang lain. Apalagi untuk ummat. • “Ta’awwanu ‘alal-birri wattaqwa wa laa ‘alal itsmi wal-‘udwan ........” “tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. • 4. Takaful (saling menanggung). Inilah tingkat paling tinggi perujudan ukhuwah islamiyah. Kemauan menanggung orang lain, bukan saja secara materiil, tetapi lebih dari itu, risiko raga dan jiwa hanya mungkin kalau benar-benar ada komitmen persaudaraan dan kecintaa kepada saudaranya (kisah korban perang zaman nabi).

  11. Bagaimana realitanya? • Dalam praktek kehidupan apa yang diajarkan untuk membina ukhuwah Islamiyah itu tidaklah semudah seperti yang diharapkan. karena banyaknya perbedaan kepentingan begitu mudahnya terjadi perselisihan dan pertengkaran antara sesama manusia. • Berikut beberapa ilustrasi • [1]. Kita ini selalu rela dan ridho dengan kesuksesan yang diraih oleh orang non-muslim. Tapi ketika tetangga/teman/kerabat kita yang sesama muslim sukses melebihi diri kita, kita sering iri dan dengki dengannya. Benarkah? Mengapa bukan saya? Masya Allah… • Salah satu terapinya: “Apabila ada seseorang yang sukses usahanya, perusahaannya banyak, mobilnya mewah, istrinya cantik, anaknya sholeh. Lebih ridho mana hati anda? dia seorang muslim atau dia seorang non-muslim”.

  12. [2]. Kita ini sangat bertoleransi kepada umat agama lain. Tapi kepada sesama muslim, beda qunut dan tidak qunut saja sudah tidak saling menyapa. beda 11 dan 23 rakaat saja sudah tidak akur. Beda tahlilan dan tidak tahlilan saja sudah menuduh saudaranya kafir. Masya Allah…........ padahal yang terpenting adalah menjaga ukhuwah islamiyah sesama muslim. • Alkisah, ketika akan melaksanakan sholat taraweh. Ada dua kelompok yang saling berbeda pendapat, kelompok pertama ingin melakukan dengan 23 rakaat sedangkan kelompok ke 2 ingin melakukan dengan 11 rakaat. Kemudian kedua kelompok itu menanyakan ke syeih Hasan Al-bana, dan beliau menjawab “pulanglah kerumah kalian masing-masing, sesungguhnya sholat tarawih itu hukumnya sunnatsedangkan menjaga kerukunan (ukhuwah islamiyah) hukumnya wajib“

  13. [3]. Sekarang ini banyak penceramah/dai/kyai/ustad yang lebih sering mengungkapkan perbedaan dari pada beribu-ribu persamaan antar sesama muslim. Dan orang yang senang mengungkit-ungkit perbedaan itu akan selalu ada sepanjang zaman. [4]. Ada 2 hal utama yang memecah ukhuwah islamiyah adalah dengki dan merasa paling benar. Oleh karena itu, sikap rendah hati merupakan langkah yang sangat penting dalam mengatasi perbedaan pendapat, dengan pemikiran bahwa “apa yang kita ketahui jauh lebih sedikit dibanding yang tidak kita ketahui” – “sebanyak-banyak yang kita pelajari, jauh lebih sedikit dibanding yang belum/tidak kita pelajari”!Berapa kitab Hadits dan Tafsir yang kita baca? Ternyata sangat dibanding yang ditulis para ulama!

  14. [5]. Perbedaan-perbedaan itu sudah ada sejak 14 abad yang lalu.Saat dimana islam dipuncak kejayaannya, andai saja itu suatu hal yang kecil. sudah dari dulu bisa di hilangkan oleh sahabat-sahabat nabi serta imam-imam besar islam. Maka adalah suatu hal yang lucu apabila saat ini ada seseorang yang berkata hanya ajaranku yang benar sedang yang lain salah.

  15. Alkisah Iman Assyafi’i dikenal berqunut saat sholat shubuh, sedang Imam Hanafi tidak. Suatu saat Iman Syafi’i berkunjung ke tempat Imam Hanafi, saat sholat shubuh semua murid Imam Hanafi sudah siap akan melakukan qunut karena Imam Syafi’i yang bertindak sebagai Imam. Namun Imam Syafi’i tahu dia sedang berada di tempat yang biasa tidak berqunut, maka Imam Syafi’i menghormatinya dan tidak melakukan qunut saat sholat shubuh tersebut. • Di Indonesia sering diceritakan Buya Hamka di pondok

  16. [6]. Siapa yang berani mengatakan mushaf Alqur’an yang kita baca sehari-hari adalah bid’ah? padahal jelas-jelas mushaf Alqur’an tidak ada dijaman Rasulullah. Mushaf Alqur’an baru dibukukan saat Kholifah Utsman bin Affan. • [7]Siapa pula yang berani mengatakan jam penunjuk waktu yang kita gunakan sehari-hari penentuan waktu shalat fardhu adalah bid’ah? padahal jelas-jelas jam diciptakan ilmuwan muslim di abad ke IV H. • Masih banyak contoh lain yang sejenis.

  17. Bagaimana mewujudkannya? • Muslim mesti berilmu dan berwawasan luas, baik secara internal maupun eksternal. • Muslim mesti bergaul/berkomunikasi dengan muslim lain dari tempat lain. Perubahan sikap hanya mungkin dengan bertambahnya ilmu dan pengalaman yang diperoleh dari pergaulan

  18. Muslim mesti mempraktekkan ajaran rendah hati (tawadhuk) tetapi tidak rendah diri • Meningkatkan kualitas ibadah mahdhoh agar berpengaruh positif pada perilaku keseharian (ukhuwah)

  19. Pengalaman di FORUM UKHUWAH ISLAMIYAH) (FUI) • Tidak banyak/ada yang bersedia menjadi pengurus, apalagi ketua • Tidak semulus seperti harapan • “Merasa paling benar” sering muncul • Terasa sangat “dibutuhkan” sewaktu ada masalah pemurtadan • Diperlukan kesediaan generasi muda yang cerdas, sabar, wawasan luas, dan istiqomah.

More Related