1 / 34

MEMAHAMI PERSPEKTIF GENDER : Membangun Relasi yang Adil Antara Laki-laki dan Perempuan

MEMAHAMI PERSPEKTIF GENDER : Membangun Relasi yang Adil Antara Laki-laki dan Perempuan. Veronika Gunartati. GENDER. ISTILAH GENDER.

ardara
Télécharger la présentation

MEMAHAMI PERSPEKTIF GENDER : Membangun Relasi yang Adil Antara Laki-laki dan Perempuan

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MEMAHAMI PERSPEKTIF GENDER : Membangun Relasi yang Adil Antara Laki-laki dan Perempuan Veronika Gunartati

  2. GENDER

  3. ISTILAH GENDER • Pertama kali diperkenalkanolehRobert Stoller (1968) untukmemisahkanpencirianmanusia yang didasarkanpadapendefinisian yang bersifatsosialbudayadenganciri-cirifisikbiologis. • Dalam Ilmu Sosial orang yang sangat berjasa dalam mengembangkan istilah dan pengertian gender adalah Ann Oakley (1972) yang mengartikan gender sebagai konstruksi sosialatau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan.

  4. PERBEDAAN JENIS KELAMIN - GENDER JENIS KELAMIN (SEKS) Perbedaan organ biologis laki-lakidanperempuan khususnyapada bagianreproduksi. G E N D E R Perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan hasil konstruksi sosial • Ciptaan Tuhan • Bersifat kodrat • Tidak dapat berubah • Tidak dapat ditukar • Berlaku sepanjang zaman & di mana saja • Buatan manusia • Tidak bersifat kodrat • Dapat berubah • Dapat ditukar • Tergantung waktu dan budaya setempat

  5. PERBEDAAN SEKS Perempuan Laki-laki • payudara • vagina • ovarium • menstruasi • sel telur • (kodrat) • penis • testis • sperma • (kodrat) Bukan kodrat tapi pilihan: Perempuan : Bisa Hamil, Melahirkan & Menyusui (Peran isteri / Ibu). Laki-laki : Bisa Membuahi sel telur (Peran suami / ayah).

  6. PERBEDAAN PERAN GENDER Laki-laki Perempuan Maskulin : kuat, gagah, perkasa, pemberani, tegas, rasional, terus terang, suka menantang, agresif, dst Feminin : lembut , perhatian, perasa , emosional, mengalah, beraninya di belakang, bergantung, submisif, dst Harus berkerja di luar rumah untuk kerja produksi / menghasilkan uang Diberi tempat di dalam rumah untuk kerja domestik dan reproduksi Karena harus menanggung beban keluarga maka harus diupah secara utuh Tidak perlu bekerja mencari nafkah, kalaupun bekerja dianggap sbg pelengkap Melahirkan KETIDAKADILAN GENDER karena oleh masyarakat sering disalahartikan sebagai “kodrat”

  7. PEMBEDAAN SIFAT, FUNGSI, RUANG DAN PERAN GENDER DALAM MASYARAKAT

  8. Pembangunan Manusia Berprespektif Gender • Konferensi Wanita Sedunia ke-4 di Beijing Tahun 1995menghasilkan Beijing Platform for Action yang isinya tentang 12 Critical Area bagi perempuan. • Selanjutnya ke seluruh dunia digaungkanKesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dengan strategi Gender Mainstreaming (Pengarusutamaan Gender) yang berarti : sebuah strategi yang mengintegrasikan kepedulian gender dalam segala aspek kehidupan sehingga tercapai relasi yang adil dan setara bagi semua pihak.

  9. BENTUK-BENTUK KETIDAKADILAN GENDER • Marginalisasi • Subordinasi • Pelabelan/Citra Baku/Stereotype • Beban Ganda/Double Burden • Tindak Kekerasan/Violence

  10. MARJINALISASI PROSES PEMINGGIRAN AKIBAT PERBEDAAN JENIS KELAMIN YANG MENGAKIBATKAN KEMISKINAN • Kerja domestik tidak dihargai setara dengan pekerjaan publik • Perempuan sering tidak mempunyai akses terhadap sumber daya ekonomi, waktu luang dan pengambilan keputusan . • Perempuan kurang didorong / atau memiliki kebebasan kultural untuk memilih karir daripada rumah tangga atau akan mendapat sanksi sosial. • Perempuan sering mendapat upah yang lebih kecil dibanding lelaki untuk jenis pekerjaan yang setara

  11. MARGINALISASI / PEMINGGIRAN • Perempuan sering menjadi korban pertama jika terjadi PHK • Izin usaha perempuan harusdiketahui ayah (jika masih lajang& suami jika sudah menikah, permohonan kredit harus seizin suami • Pembatasan kesempatan dibidang pekerjaan tertentu terhadap perempuan • Ada beberapa pasal hukum dantradisiyang memperlakukan perempuan tidak setara dengan laki-laki : harta waris, gono-gini, dst. • Kemajuan teknologi sering meminggirkan peranserta perempuan

  12. SUBORDINASI /PENOMORDUAAN • Masih sedikit perempuan yang berperan dalam level pengambil keputusan dalam organisasi / pekerjaan • Perempuan yang tidak menikah atau tidak punya anak dianggap lebih rendah secara sosial sehingga ada alasan untuk poligami. • Perempuan dibayar sebagai pekerja lajang atau bahkan dikeluarkan karena alasan menikah atau hamil, • Ada aturan pajak penghasilan perempuan lebih tinggi dari laki-laki karena perempuan dianggap lajang. • Beberapa pasal hukum tidak menganggap perempuan setara dengan laki-laki misalnya : pendirian izin usaha, pengelolaan harta (suami wajib mengemudikan harta pribadi isteri)

  13. STEREOTIPE (PELABELAN NEGATIF) • Perempuan : sumur - dapur– kasur - macak - masak– manak : “sekedar ibu rumah tangga” dan dianggap sebagai pengangguran, kalaupun bekerja dianggap sebagai perpanjangan peran domestik : guru TK, sekretaris, bagian penjualan, dst. • Perempuan emosional, tidak rasional dan tidak mandiri sehingga tidak berhak pada fungsi perwakilan dan pemimpin. • Perempuan tidak mampu mengendalikan syahwat jika diberi kekebasan : tradisi sunat perempuan, perda tentang larangan keluar malam bagi perempuan, janda dianggap sebagai berpotensi mengganggu rumah tangga orang. • Pria: tulang punggung keluarga dan pencari nafkah tidak peduli seperti apapun kondisinya, jika gagal dicap sbg “tidak bertanggungjawab”. • Pria : Kehebatannya dilekatkan padakemampuan seksual dan karirnya, menganggap “wajar” jika laki-laki menggoda perempuan, selingkuh, poligami, dst.

  14. DOUBLE BURDEN (BEBAN GANDA) Contoh: a. Bebanpekerjaandirumahtidakberkurangdenganadanyaperanpublikdanperanpengelolaankomunitas (walaupun perempuantelahmasukdalamperanpublik/menitikarierperandalamrumahtanggamasihbesar); b. Pekerjaandalamrumahtangga, sebagian besardikerjakanibu dan anak perempuan sedangkan ayah dan anak lelaki terbebas dari pekerjaan domestik.

  15. DOUBLE BURDEN (BEBAN GANDA) • Perempuan sebagai perawat, pendidik anak, pendamping suami, juga pencari nafkah tambahan, • Perempuan pencarinafkah utama masih harus mengerjakan tugas domestik, • Lelaki meski bekerja sebagai mencari nafkah, tetap harus terlibat dalam peran sosial kemasyarakatan, karena tidak dapat diwakili oleh perempuan.

  16. KONDISI PEREMPUAN

  17. VIOLENCE / KEKERASAN THD PEREMPUAN FISIK& NON FISIK • Larangan untuk belajar atau mengembangkan karir • Penggunaan istilah yang menyebut ciri fisik atau status sosial : bahenol, janda kembang, perawan tua, nenek lincah, dst, • Tindakan yang diasosiasikan sebagai pernyataan hasrat seksual : kerdipan, suitan, rangkulan, green jokes, • Pemaksaan atau sebaliknya pengabaian penggunaan kontrasepsi, • Pencabulan, perkosaan, inses, • Pembatasan atau pengabaian pemberian nafkah • Penggunaan genitalitas perempuan sbg alat penaklukan baik pada masa damai ataupun perang,

  18. VIOLENCE (Kekerasan) FISIK MAUPUN NON FISIK • Perselingkuhan atau poligami tanpa izin isteri, • Pemukulan atau penyiksaan fisik lain, • Pengurungan di dalam rumah, • Pemasungan hak-hak politik • Pemaksaan perkawinan • Pemaksaan pindah agama mengikuti agama pasangan, • Perendahanmartabatlaki-lakidanperempuansemata-mata sebagaiobjekseksdalamiklan, • Pria yang tidak “macho” ataumaskulinataugagal dibidang karirdianggapkurang laki-laki,danakandilecehkan dalam masyarakat.

  19. KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER Keadilan dan kesetaraan adalah gagasan dasar, tujuan dan misi utama peradaban manusia untuk mencapai kesejahteraan, Membangunkeharmonisankehidupanbermasyarakat, bernegaradanmembangunkeluargaberkualitas, Jumlahpendudukperempuanhampirsetengah (49,9%) dariseluruhpenduduk Indonesia danmerupakanpotensi yang sangatbesardalam mencapai kemajuan dan kehidupan yang lebih berkualitas

  20. KESETARAAN GENDER Kesamaankondisibagilaki-lakidanperempuanuntukmemperolehkesempatansertahak-haknyasebagaimanusia, agar mampuberperandanberpartisipasidalamkegiatanpolitik, hukum, ekonomi, sosialbudaya, pendidikandanpertahanan & keamanannasional (hankamnas) sertakesamaandalammenikmatihasilpembangunan

  21. KEADILAN GENDER Suatu perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Perbedaan biologis tidak bisa dijadikan dasar untuk terjadinya diskriminasi mengenai hak sosial, budaya, hukum dan politik terhadap satu jenis kelamin tertentu. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

  22. TERWUJUDNYA KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER Ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dan dengan demikian mereka memiliki akses,kesempatan berpartisipasi dan kontrolatas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan

  23. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KETIDAKADILAN GENDER • Nilaisosialdanbudayapatriarkhi = pranata kehidupan yang berdasarkan pandangan laki-laki. • Produkdanperaturanperundang-undangan yang masih bias gender; • Pemahamanajaran agama yang tidakkomprehensifdancenderungparsial;..\..\EAPI\Paradigm\paradigm shifts\Church fathers.ppt • Kelemahankurangpercayadiri, tekad & inkonsistensikaumperempuansendiridlmmemperjuangkannasibnya; • Pemahamanparapemimpin dan pengambilkeputusanterhadapmaknaKesetaraan dan Keadilan Gender yang belum mendalam.

  24. WOMEN EMPOWERMENT (PEMBERDAYAAN PEREMPUAN) Usaha sistematisdanterencanauntukmemperbaikikondisidanposisiperempuandalamkehidupanberkeluargadanbermasyarakat

  25. MENGAPA PERANAN PEREMPUAN PENTING • Diskriminasi berdasarkan Gender terjadi pada seluruh aspek kehidupan di seluruh dunia • Kesenjangan Gender dalam kesempatan dan kontrol atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan dan politik terjadi dimana-mana • Perempuan dan anak perempuan menanggung beban paling berat akibat ketidak setaraan yang terjadi

  26. MAKA • Kesetaraan Gender menjadi persoalan pokok pembangunan • Kesetaraan Gender memperkuat negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif • Mempromosikan kesetaraan gender adalah bagian utama pembangunan

  27. Keberhasilan pembangunan nasional di Indonesia, baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sangat tergantung dari peran serta laki-laki dan perempuan sebagai pelaku dan pemanfaat pembangunan • Hingga saat ini peran perempuan belum dioptimalkan, oleh karena itu program pemberdayaan perempuan menjadi agenda bangsa dan memerlukan dukungan semua pihak

  28. ISU-ISU PEREMPUAN..\..\EAPI\LEADERSHIP\Amelia Vasquez, RSCJ\violence against women facts and figures.doc • Masalah kemiskinan • Trafiking perempuan dan anak • KDRT • TKW Luar Negeri • HIV/Aids • Narkoba dan pornografi

  29. STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN 1. Pengarusutamaan Gender (PUG/GMS) 2. Penyadaran gender di masyarakat 3. Pembaharuan dan Pengembangan Hukum dan Peraturan Perundang-undangan yang memberikan perlindungan terhadap perempuan 4. Advokasi, Fasilitasi dan Mediasi 5. Pengembangan Kemitrasejajaran Harmonis 6. Sistem Informasi Gender 7. Pengembangan Sistem Penghargaan

  30. RANGKUMAN • Ketidakadilan berbasis gender terjadi padalaki-lakidanperempuan. • Laki-lakidanperempuanhendaknyasaling mendukung dan tidak saling mendiskriminasiuntukmewujudkankepenuhanmartabatmanusia (the fullness of human dignity) • Prosespenyadaran gender harusdimulaidengan mengubah paradigma/ pola pikir tiap individu, dilanjutkan pada keluarga dan tingkat sosial yang lebih tinggi. • Prosespenyadaranmasyarakattentang gender membutuhkanperjuangan yang panjang dan konsisten.

  31. RANGKUMAN • Sebagai Gereja sikap kita hendaknya meneladan Yesus yang inklusif (terbuka) dan visioner : • Sadar dan terbuka terhadap pranata baru yang egaliter, saling menghargai, kosmopolit dan lintas budaya, • Tidak berhenti pada tingkat wacana tetapi menerapkan dalam kehidupan sehari-hari pada tingkat personal, keluarga dan tingkat sosial yang lebih tinggi. • Menjadi bagian dari masyarakat (civil society) yang bergerak perlahan dan bertahap.

More Related