1 / 79

Sosialisasi Pendidikan yang Responsif Gender di SMA 5 Kota Bogor

Sosialisasi Pendidikan yang Responsif Gender di SMA 5 Kota Bogor. Agustina M . Purnomo, SP., MSi sma 5mars sma 5.128.mp3. Gender dalam PUG. Apa itu PUG ?.

armina
Télécharger la présentation

Sosialisasi Pendidikan yang Responsif Gender di SMA 5 Kota Bogor

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Sosialisasi Pendidikan yang Responsif Gender di SMA 5 Kota Bogor Agustina M. Purnomo, SP., MSi sma 5\mars sma 5.128.mp3

  2. Gender dalam PUG

  3. Apa itu PUG ?

  4. Pug adalah anjing ras dengan wajah yang keriput dan tubuh berukuran sedang. Kata "pug" berasal dari bahasa Latin pugnus yang artinya kepalan tangan, seperti wajah pug yang kelihatan seperti kepalan tangan.

  5. PUG di sini adalah Pengarusutamaan Gender

  6. Suatu strategi pembangunan • Sifatnya terbuka • Mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan laki-laki dan perempuan ke dalam seluruh proses/tahapan pembangunan. • Bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses pembangunan. • Tujuan akhir  mewujudkan kesamaan kesempatan dan manfaat antara laki-laki dan perempuan.

  7. APA MANFAAT PUG? • Pekerjaanlebihefektifdanefisienkarenasasaran program lebihtepat • Potensi SDM dapatdimanfaatkansecaraefektif (perempuandanlaki-laki) • Prosespencapaian KKG lebihcepat(Akses, Partisipasi, Kontrol, Manfaat yang sama antara laki-laki dan perempuan) 2

  8. BAGAIMANA MELAKSANAKAN PUG? Permasalahan, kebutuhan, kepentingan, aspirasilaki-lakidanperempuan Apa yang diintegrasikan? Kebijakan, program, kegiatan, monitoring danevaluasi Kemana RPJPN,RPJMN,RPJPD,RPJMD, RENSTRA & RENJA SKPD Dimana

  9. Apa itu Gender? Gender Perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. JenisKelamin/Seks Perbedaan organ biologis antara laki-laki dan perempuan terutama bagian-bagian reproduksi.

  10. PERBEDAAN JENIS KELAMIN DAN GENDER JENIS KELAMIN (SEX) Perbeaan organ biologis laki-laki dan perempuan khususnya pada bagian reproduksi GENDER Perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab Laki-laki dan perempuan Hasil konstruksi sosial • Buatan manusia • Tidak bersifat kodrat • Dapat berubah • Dapat ditukar • Tergantung waktu dan budaya setempat • Ciptaan Tuhan • Bersifat kodrat • Tidak dapat berubah • Tidak dapat ditukar • Berlaku sepanjang zamandan dimana saja Perempuan : Menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui Laki-laki : Membuahi

  11. Contoh-contoh ekstrim • Poliandri • Ibu menikahi anaknya • Istri yang sangat banyak

  12. Gender dalam PUG • Temu kenali isu gender • Isu gender terjadi apabila ada kesenjangan • Apabila: • salahsatujeniskelamindirugikan • salahsatujeniskelamindibedakanderajatnya • salahsatujeniskelamindianggaptidakmampu • salahsatujeniskelamindiperlakukanlebihrendah • salahsatujeniskelaminmengalamiketidakadilan gender • Atau lihat keseimbangan akses, kontrol, partisipasi dan manfaat

  13. Isu yang ada diselesaikan oleh kebijakan, program dan kegiatan • Sensitif terhadap isu-isu tersebut dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, pendanaan.

  14. Kategori “melek” gender

  15. BIAS GENDER kebijakan /program/ kegiatanataukondisi yang menguntungkanpadasalahsatujeniskelamin yang berakibatmunculnyapermasalahan gender NETRAL GENDER kebijakan /program/ kegiatan atau kondisi yang tidak memihak pada salah satu jenis kelamin BUTA GENDER kondisi/keadaan seseorang yang belum atau tidak memahami pengertian, konsep dan permasalahan gender SENSITIF GENDER kemampuandankepekaanseseorangdalammelihat, menilaihasilpembangunansertaaspekkehidupanlainnyadariperspektif gender RESPONSIF GENDER kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang sudah memperhatikan berbagai pertimbangan bagi KKG pada berbagai aspek kehidupan (laki-laki & perempuan)

  16. Buta Gender • Gender dianggap urusan perempuan • Menganggap gender adalah gerakan untuk menghilangkan peran laki-laki • Merasa cukup menuliskan kata masyarakat, siswa, guru tanpa memisahkannya dalam kategori berdasarkan jenis kelaminnya

  17. Bias Gender • Menganggap suatu program hanya untuk laki-laki dan perempuan tanpa pengkajian lebih dalam • Streotipe • Menganggap P/L lebih baik tanpa kajian lebih lanjut

  18. Netral Gender • L dan P dianggap sama persis • Tidak membedakan L dan P sesuai kebutuhannya

  19. Sensitif Gender • Mulai memperhatikan adanya perbedaan kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan • Kegiatan dirancang berdasarkan kesadaran atas perbedaan kebutuhan tersebut

  20. Responsif Gender • Memperhatikan seluruh aspek yang berkaitan sehingga tercipta kondisi yang nyaman untuk P dan L • Bahkan untuk kondisi yang sepertinya tidak berhubungan seperti meja belajar yang tertutup bagian depannya untuk siswa perempuan

  21. KONSEP PENDIDIKAN SEKOLAH BERWAWASAN GENDER (PSBG)

  22. Sekolah responsif gender adalah sekolah yang aspek akademik, sosial, dan lingkungan fisiknya serta masyarakat sekitarnya memperhatikan kebutuhan spesifik baik anak laki-laki maupun perempuan. • Pertisipasi masyarakat yang mendukung. • Dengan demikian guru, orangtua, tokoh dan anggota masyarakat di sekitarnya, serta siswa laki-laki dan perempuan menyadari dan mempraktekkan keadilan dan kesetaraan gender. • Sistem manajemen sekolah, kebijakan dan praktik-praktik juga mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang berbasis gender dari anak laki-laki dan perempuan.

  23. Aspek akademik mencakup metodologi mengajar, materi pembelajaran; interaksi dalam ruang kelas, dan proses manajemen akademik yang responsif gender. • Peserta didik, baik laki-laki maupun perempuan, didorong untuk menjalankan kesetaraan gender dan melindungi hak azazi manusia bagi kedua jenis kelamin. • Lingkungan fisik mencakup bangunan, furniture, dan peralatan yang ramah gender (gender friendly).

  24. PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH YANG RESPONSIF GENDER

  25. PEMBELAJARAN YANG RESPONSIF GENDER Pembelajaran yang responsif gender mengacu pada proses pembelajaran yang memberikan perhatian pada kebutuhan khusus anak laki-laki dan perempuan.

  26. Meliputi: • Perencanaan pembelajaran • Metodelogi pembelajaran • Aktivitas belajar • Tata ruang kelas dan interaksi

  27. PERENCANAAN PEMBELAJARAN YANG RESPONSIF GENDER

  28. Guru mengulas materi pembelajaran agar menjadi responsif gender. Telitilah : Apakah materi yang ada mengandung stereotipi gender? Jika ya, apakah teknik yang harus digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut?

  29. MetodologiMengajar

  30. Guru memilihmetodemengajar yang dapatmemastikanpartisipasi yang seimbangantarasiswalaki-lakidanperempuan. Beberapa metodologimengajarsepertikerjakelompok, diskusikelompok, permainanperan, studikasus, eksplorasidanprakteksangatefektifuntukmendorongsiswaterutamasiswaperempuanuntukberpartisipasiaktif.

  31. Aktivitas Belajar

  32. Rencana mengajar harus menjamin semua siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Setiap siswa memilikikesempatan untuk menggunakan peralatan dan bahan-bahan yang digunakan. Kesempatan dan partisipasi yang seimbang untuk mepresentasikan hasilnya Kesempatan yang sama untuk memimpin dan mendorong untuk memimpin bagi yang tidak berani

  33. Tata letak Ruang Kelas dan Interaksi

  34. Guru harus merencanakan tata letak ruang kelas dan interaksi dengan siswa dengan teliti untuk mendorong partisipasi yang seimbang antara anak laki-laki dan perempuan. Tata ruang dan interaksi optimum untuk interaksi secara proses belajar bukan fisik Tidak selalu harus berarti laki-laki duduk bersama dengan anak perempuan Kursi yang bersekat bagian depannya tepat untuk anak perempuan yang mengenakan rok

  35. Perencanaan untuk Mengelola Masalah Gender yang Lain dalam Ruang Kelas

  36. Guru perlu menyediakan waktu untuk membicarakan mengenai masalah gender yang lain, yang khusus atau yang memerlukan tanggapan. Misanya pada kasus adanya anak laki-laki yang tertinggal pelajaran, menstruasi pertama, ejekan dan kecenderungan pelecehan seksual atau masalah-masalah keluarga yang dihadapi anak

  37. Umpan balik dan Penilaian Guru harus merencanakan bagaimana mereka menjamin adanya umpan balik dari siswa laki-laki dan perempauan dan mengetahui bagaimana siswa-siswa memahami pelajaran yang diberikan.

  38. Indikator Model Pembelajaran

  39. Peserta didik perempuan dan laki-laki memperoleh akses, partisipasi, dan manfaat yang sama dari kegiatan belajar di sekolah, dengan mengakomodasikan perbedaan konstruksi gender mereka dalam proses pembelajaran di sekolah. Peserta didik perempuan dan laki-laki memperoleh hak dan kewajiban yang sama dalam belajar di sekolah, misalnya sama-sama dapat belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan cara yang efektif untuk berbagi pengalaman hidup yang cenderung memiliki pengalaman yang berbeda.

  40. Berkurangnya pola-pola dan perilaku sekolah yang dapat memarginalkan salah satu jenis kelamin; misalnya adanya kebebasan yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam memilih pelajaran sesuai minat dan bakat. • Peserta didik laki-laki dan perempuan yang memiliki kesulitan belajar memperoleh pelayanan yang baik dan bermutu dari tenaga pendidik.

  41. Peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki pilihan peran yang beragam dibandingkan dengan peran-peran tradisional mereka dengan tanpa hambatan budaya dalam kehidupan mereka melalui pembel-ajaran di sekolah. • Bahan ajar yang ada di sekolah seperti buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku bacaan, serta bahan dan alat peraga pengajaran terbebas dari materi yang memuat ‘gender stereotype’ .

  42. MEWUJUDKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH YANG RESPONSIF GENDER

  43. PSBG diimplementasikan dalam aspek manajemen sekolah • Peningkatan Hubungan antara Kepala sekolah, Guru, Karyawan dan Siswa: • Iklim sekolah lebih kondusif mendukung proses belajar mengajar • Pengambilan Keputusan lebih Partisipatif • Budaya Mutu: • Peningkatan Komitmen Kerja Sekolah terhadap Mutu Sekolah • Orientasi kerja yang lebih mengedepankan kearah kualitas kinerja • Kepemimpinan Kepala Sekolah lebih transparan dan akuntabel • Komitmen kearah pengembangan Budaya Kinerja

  44. Indikator Manajemen Sekolah

  45. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peran yang yang sama atau setara dalam mengendalikan sistem pendidikan di sekolah; Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peran yang sama atau setara dalam membina, mengarahkan dan melaksanakan pelayanan pendidikan di sekolah dan dapat memperoleh manfaat yang sama dari kesempatan dan peran tersebut; Sekolah menghargai adanya karakter kerja, kesempatan dan tugas kultur yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan tugas kedinasan;

  46. Data dan informasi yang digunakan oleh guru dan kepala sekolah terpilah antara laki-laki dan perempuan, dan digunakan untuk analisis pendidikan yang berpihak pada laki-laki dan perempuan secara seimbang; • Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk menempati jabatan struktural dan/atau jabatan fungsional di sekolah, melakukan pengendalian terhadap program serta memperoleh manfaat yang sama; • Sekolah memiliki sarana-parasarana yang dapat diakses oleh serta memenuhi kebutuhan khusus laki-laki dan perempuan, seperti: kamar mandi, lapangan olahraga, alat-alat olahraga, pakaian olahraga, kamar ganti, bangsa, dsb.

  47. Tupoksi Sekolah untuk menerapkan MBS Responsif Gender

  48. Kesetaraan dan keadilan gender dapat diintegrasikan melalui tugas dan fungsi (tupoksi) sekolah dalam menerapkan MBS yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut: • pengelolaanprosesbelajarmengajar • perencanaan, evaluasi, dan supervisi • pengelolaan kurikulum dan pembelajaran • pengelolaan ketenagaan • pengelolaan fasilitas • pengelolaan keuangan • pelayanan siswa • peran serta masyarakat • pengelolaanbudayasekolah.

  49. Hasil MBS Responsif gender

More Related