3.25k likes | 7.92k Vues
AGROWISATA. Muhammad Yunus Karim (15408026) Ali Akbar Fadallah (15408040). Outline. Definisi Agrowisata Sejarah Agrowisata Dasar Filosofis Pengembangan Agrowisata di Dunia Kontribusi Agrowisata Terhadap Pariwisata Dunia Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dinamika Agrowisata
E N D
AGROWISATA Muhammad Yunus Karim (15408026) Ali Akbar Fadallah (15408040)
Outline • Definisi Agrowisata • Sejarah Agrowisata • Dasar Filosofis Pengembangan Agrowisata di Dunia • Kontribusi Agrowisata Terhadap Pariwisata Dunia • Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dinamika Agrowisata • Sisi Positif dan Negatif Agrowisata • Potensi Pengembangan Agrowisata Indonesia • Aspek Keberlanjutan Agrowisata • Contoh Agrowisata di Dunia dan Indonesia • Referensi
Definisi • Menurut Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH • Agrowisata adalah bentuk pariwisata yang menjadikan budaya pedesaan sebagai objek wisata. Hal ini mirip dengan ekowisata kecualidaya tarik utama bukan pemandangan alam tetapi pemandangan budaya. Jika atraksi yang ditawarkan untuk wisatawan berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan penduduk daerah, agrowisata dapat mempromosikan pembangunan daerah.
Di Indonesia, Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. • Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (http://database.deptan.go.id)
Agrowisata Ruang Terbuka Alami • Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. • Sementara fasilitas pendukung untuk kenyamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas. • Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.
Agrowisata Ruang Terbuka Buatan • Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. • Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan.
Sejarah • Agritourismbermula dari ecotourism. Ecotourism adalah yang paling cepat bertumbuh diantara model pengembangan pariwisata yang lainnya di seluruh dunia, dan memperoleh sambutan yang sangat serius. • Ecotourismdikembangkan di negara berkembang sebagai sebuah model pengembangan yang potensial untuk memelihara sumber daya alam dan mendukung proses perbaikan ekonomi masyarakat lokal. Ecotourism dapat menyediakan alternatif perbaikan ekonomi ke aktivitas pengelolaan sumber daya, dan untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat lokal ( U.S. Konggres OTA 1992). • Agritourism telah berhasil dikembangkan di Switzerland, Selandia Baru, Australia, dan Austria. Sedangkan di USA baru tahap permulaan, dan baru dikembangkan di California. Beberapa Keluarga petani sedang merasakan bahwa mereka dapat menambah pendapatan mereka dengan menawarkan pemondokan bermalam, menerima manfaat dari kunjungan wisatawan, (Rilla 1999). • Pengembangan agritourism merupakan kombinasi antara pertanian dan dunia wisata untuk liburan di desa. Atraksi dari agritourism adalah pengalaman bertani dan menikmati produk kebun bersama dengan jasa yang disediakan.
Dasar Filosofis Pengembangan Agrowisata • Motivasi agritourism adalah untuk menghasilkan pendapatan tambahan bagi petani. Bagaimanapun, agritourism juga merupakan kesempatan untuk mendidik orang banyak/masyarakat tentang pertanian dan ecosystems. Pemain Kunci didalam agritourism adalah petani, pengunjung/wisatawan, dan pemerintah atau institusi. Peran mereka bersama dengan interaksi mereka adalah penting untuk menuju sukses dalam pengembangan agritourism. • Keuntungan dari pengembangan agritourism bagi petani local dapat dirinci sebagai berikut (Lobo dkk, 1999): • Agriturism dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta kelangsungan operasi mereka; • Menjadi sarana yang baik untuk mendidik orang banyak/masyarakat tentang pentingnya pertanian dan kontribusinya untuk perekoniman secara luas dan meningkatkan mutu hidup; • Mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat telah mampu mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di desa (agritourism) • Agritourism dapat menjadi media promosi untuk produk lokal, dan membantu perkembangan regional dalam memasarkan usaha dan menciptakan nilai tambah dan “direct-marking” merangsang kegiatan ekonomi dan memberikan manfaat kepada masyarakat di daerah dimana agrotourism dikembangkan.
Sedangkan Manfaat Agritourism bagi pengunjung (Rilla, 1999) adalah sebagai berikut: • Menjalin hubungan kekeluargaan dengan petani atau masyarakat lokal. • Meningkatkan kesehatan dan kesegaran tubuh • Beristirahat dan menghilangkan kejenuhan • Mendapatkan petualangan yang mengagumkan • Mendapatkan makanan yang benar-benar alami (organic food) • Mendapatkan suasana yang benar-benar berbeda • Biaya yang murah karena agrowisata relatif lebih murah dari wisata yang lainnya.
KontribusiAgrowisataTerhadapPariwisataDunia • Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat didunia (WTO, 2000), melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun 1999 dengan US $ 455 Milyar penerimaan ke seluruh dunia. Apabila kondisi tetap stabil, pada tahun 2010 jumlah kunjungan antar negara ini diperkirakan meningkat mencapai 937 juta. • Pertumbuhan kunjungan wisatawan akan berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian suatu daerah yang menjadi destinasi pariwisata. Agrowisata tentu saja akan memberikan kontribusi lebih luas lagi, tidak hanya pada sektor pariwisata saja namun juga memberikan kontribusi terhdap sektor pertanian, sangat berbeda dengan model pariwisata yang lainnya. Jika Agrowisata dapat dikembangkan lebih luas lagi di Indonesia (Indonesia adalah negara agraris) niscaya semakin banyak juga kontribusi agrowisata dapat dirasakan oleh masyarakat bawah “Petani”
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dinamika Agrowisata Upaya pengembangan Agrowisata secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana dan kelembagaan (http://database.deptan.go.id). Selanjutnya aspek-aspek tersebut dapat dirinci sebagai berikut: • Sumberdaya Manusia • Promosi • Sumberdaya Alam dan Lingkungan • Dukungan Sarana dan Prasarana • Kelembagaan
Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan suatu agrowisata dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata, Syamsu dkk, (2001) mengindentifikasikan faktor-faktor tersebut sebagai berikut: • Kelangkaan • Kealamiahan • Keunikan • Pelibatan Tenaga Kerja • Optimalisasi Penggunaan Lahan • Keadilan dan Pertimbangan Pemerataan • Penataan Kawasan
Sedangkanuntukpemilihanlokasiwilayahpertanian yang akandijadikanobjekagrowisataperludipertimbangkan, diantaranyamempertimbangkankemudahanmencapailokasi, karakteristikalam, sentraproduksipertanian, danadanyakegiatanagroindustri. Pemilihanlokasijugadapatdilihatberdasarkankarakteristikalam, apakahmerupakandataranrendahataudatarantinggi, pantai, dandanau/waduk. Pemilihanjugadapatdilakukandenganmelihatpotensidaerahsepertisentraproduksipertanian, letakdaerah yang strategis, sejarahdanbudayaataupunpemilihandilakukandenganmelihatpotensiagroindustrisuatuwilayah (http://lampungpost.com)
PersiapanSejumlah persyaratan harus dipenuhi untuk memungkinkan pengembangan (agro) pariwisata. Termasuk:- Sebuah pemandangan alam yang asli sebagian besar atau skala-kecil, budaya kaya terstruktur. Daya tarik monokultur skala besar agak terbatas.- Selain keindahan pemandangan itu sendiri, adalah penting untuk memiliki atraksi budaya, sejarah atau alam lainnya.- jaringan transportasi yang baik, karena bahkan daerah menarik hampir mustahil untuk pasar pariwisata jika mereka tidak mudah diakses dari pusat-pusat populasi.- sebuah tingkat tertentu infrastruktur harus ada: misalnya transportasi,fasilitas akomodasi dan katering.- kondisi politik stabil: ini sangat penting untuk pemasaran.- penerimaan di kalangan penduduk: masyarakat lokal harus mendukung pariwisata.
Sisi Positif dan Negatif Agrowisata • Untuk menilai dampak potensial kegiatan pariwisata, Gree dan Hunter, 1993 (dalam Aryanto, 2003) meneliti tentang dampak negatif pada lingkungan budaya yang dibagi dalam 6 komponen lingkungan yang akan rusak/berubah, yaitu : (1) nilai dan kepercayaan, (2) moral, (3) perilaku, (4) seni dan kerajinan, (5) hukum dan ketertiban, dan (6) sejarah. • Hartanto (1997), menambahkan daftar dampak negatif lainnya yang akan terjadi pada Lingkungan Binaan dan Lingkungan Alam, yaitu pada: (1) flora dan fauna, (2) polusi, (3) erosi, (4) sumber daya alam, (5) pemandangan. • Keuntungan ini termasuk perluasan kesempatan berusaha bagi masyarakat lokal (diversification of local community), kesempatan investasi kesadaran akan konservasi lingkungan. Lebih lanjut sisi positif dari pengembangan agrowisata dapat dijabarkan sebagai berikut (Deptan, 2005): • Melestarikan Sumber Daya Alam • Mengkonversi Teknologi Lokal • Meningkatkan Pendapatan Petani dan Masyarakat Sekitar • Atraksi wisata pertanian juga dapat menarik pihak lain untuk belajar atau magang
Laporan yang dikeluarkan World Tourism Organization (WTO) tahun 1990 (dalam Ariyanto, 2003) menunjukkan adanya kecenderungan dan perkembangan baru dalam dunia kepariwisataan yang mulai muncul pada tahun 1990-an. Kecenderungan ini ditandai oleh berkembangnya gaya hidup dan kesadaran baru akan penghargaan yang lebih dalam terhadap nilai-nilai hubungan antar manusia dengan lingkungan alamnya. Perkebangan baru tersebut secara khusus ditunjukkan melalui bentuk- bentuk keterlibatan wistawan dalam kegiatankegiatan di luar lapangan (out-door), keperdulian akan permasalah ekologi dan kelestarian alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan, penekanan dan penghargaan akan nilai-nilai masyarakat. • Perubahan kecenderungan wisatawan asing untuk mengunjungi Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) alam ini sesuai dengan The International Ecotourism Society (2000) yang memprediksikan bahwa pada tahun 1999 terdapat lebih dari 633 juta wisatawan di seluruh dunia dan bahwa hingga 2 (dua) dekade ke depan, pertumbuhan jumlah wisatawan ini rata-rata 4,1% tiap tahunnya. Dari pertumbuhan jumlah wisatawan tersebut di atas, pertumbuhan dari ekowisata (termasuk agrowisata) berkisar antara 10-30%.\
Potensi Pengembangan Agrowisata Indonesia • Perkebunan • Tanaman pangan dan Hortikultura • Peternakan • Perikanan Potensi Agrowisata yang sangat tinggi ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah kebijakan yang konkrit dan operasional guna tercapainya kemantapan pengelolaan Objek Agrowisata di era globalisasi dan otonomi daerah. Sesuai dengan keunikan kekayaan spesifik lokasi yang dimiliki, setiap daerah dan setiap objek wisata dapat menentukan sasaran dan bidang garapan pasar yang dapat dituju. Dalam pengembangan Agrowisata dibutuhkan kerjasama sinergis diantara pelaku yang teribat dalam pengelolaan Agrowisata, yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah.
Objek Agrowisata tidak hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik. Cara-cara bertanam tebu, acara panen tebu, pembuatan gula pasir tebu, serta cara cara penciptaan varietas baru tebu merupakan salah satu contoh objek yang kaya dengan muatan pendidikan. Cara pembuatan gula merah kelapa juga merupakan salah satu contoh lain dari kegiatan yang dapat dijual kepada wisatawan yang disamping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga dapat menjadi media promosi, karena dipastikan pengunjung akan tertarik untuk membeli gula merah yang dihasilkan pengrajin. Dengan datangnya masyarakat mendatangi objek wisata juga terbuka peluang pasar tidak hanya bagi produk dan objek Agrowisata yang bersangkutan, namun pasar dan segala kebutuhan masyarakat.
Aspek Keberlanjutan Pariwisata • Jamieson dan Noble (2000) menuliskan beberapa prinsip penting dari pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu: (1) Pariwisata tersebut mempunyai prakarsa untuk membantu masyarakat agar dapat mempertahankan kontrol/ pengawasan terhadap perkembangan pariwisata tersebut; (2) Pariwisata ini mampu menyediakan tenaga kerja yang berkualitas kepada dan dari masyarakat setempat dan terdapat pertalian yang erat (yang harus dijaga) antara usaha lokal dan pariwisata; (3) Terdapat peraturan tentang perilaku yang disusun untuk wisatawan pada semua tingkatan (nasional, regional dan setempat) yang didasarkan pada standar kesepakatan internasional. Pedoman tentang operasi pariwisata, taksiran penilaian dampak pariwisata, pengawasan dari dampak komulatif pariwisata, dan ambang batas perubahan yang dapat diterima merupakan contoh peraturan yang harus disusun; (4) Terdapat program-program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan serta menjaga warisan budaya dan sumber daya alam yang ada.
Kecenderungan yang berkembang dalam sektor kepariwisataan maupun pembangunan melahirkan konsep pariwisata yang tepat dan secara aktif membantu menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara berkelanjutan dengan memperhatikan apa yang disebut sebagai pilar dari pariwisata berkelanjutan yaitu ekonomi masyarakat, lingkungan dan sosial budaya. Pembangunan pariwisata berkelanjutan, dapat dikatakan sebagai pembangunan yang mendukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
Untuk itu maka perlu diperhatikan bahwa faktor yang menjadi penentu keberhasilan penyelenggaraan pariwisata berkelanjutan. Penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif secara seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Selanjutnya berdasarkan konteks pembangunan berkelanjutan di atas, pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai: pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian dan memberi peluang bagi generasi muda untuk memanfaatkan dan mengembangkannya.
Fasilitas :resortshopping centerikut proses penanamanhingga menjadi produk
Fasilitas :kolam renang, tea corner, lapangan tenis, dsb sehingga anda dapat melakukan berbagai macam aktivitas seperti tea walk, paralayang, berkuda, flying fox, dan lain sebagainya.
Referensi • I GUSTI BAGUS RAI UTAMA • AGROWISATA SEBAGAI PARIWISATA ALTERNATIF • BAMBANG PAMULARDI • PENGEMBANGAN AGROWISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN • NYOMAN UTARI VIPRIYANTI • DAMPAK PENGEMBANGAN AGROWISATA TERHADAP EKONOMI DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARANGASEM, BALI.
SEKIAN TERIMA KASIH