1 / 34

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته. Suku sakai riau. Dipresentasikan oleh : Chairul Umam 108032100006. Nama dan Bahasa Suku Sakai.

aurora
Télécharger la présentation

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

  2. Sukusakairiau • Dipresentasikanoleh: • ChairulUmam • 108032100006

  3. NamadanBahasaSuku Sakai Sebenarnyatidaksatu pun penjelasan yang menjelaskantentangasaldannamasukusakai, BoecharyHasmy (1970), mantanKepalaKecamatan Mandau, mengatakanbahwanama Sakai berasaldarigabunganhurufdarikata-kata S-ungai, K-ampung, A-nak, i-kan. Hal inimencerminkanpolakehidupanmerekasehari-hari. Sedangkan Loeb (1935) danMozkowski (1911) menyatakanbahwakata Sakai mempunyaikonotasimerendahkandanmenghinakarenamempunyaiarti yang kira-kirasamadenganorang yang tidakberadabdanbudak, dankarenaitumenurutkeduaahlitersebutorang Sakai lebihsenangdisebutdanmenyebutdirinyasebagai "orangBatin". Untukberhubungansatusama lain masyarakatsuku Sakai menggunakanbahasa Sakai. yang merupakanperpaduanantarabahasaMelayudanbahasaMinangkabau. Sejumlahkosakata Sakai tidakmempunyaipadanandalambahasaMelayumaupunbahasaMinangkabau, kosakatainimungkinmerupakankosakata yang lebihtuadaripadakosakatabahasaMelayumaupunbahasaMinangkabau.

  4. LokasiSuku Sakai Propinsi Riau terletakmelintangdiantara 1°5' LS - 2°25' LU danmembujurdiantara 100° -105° 45' BT. OrangsakaihidupdalamwilayahkebupatenBengkalis, jumlahorangsakaiterbanyakberadadikecamatan Mandau, sebagiankecillainnyaberadadikecamatan Bukit Batu, dansebagianlagididaerahpedesaan yang terpencil, yaitudihulusungai, mata air, danrawa-rawa. Satudiantara lima kabupaten yang termasukdalamwilayahPropinsi Riau, yang disebelahutaraberbatasandenganPropinsi Sumatra Utara danbagianselatandariSelatMalaka, disebelahselatandenganPropinsi Jambi, disebelahtimurdenganbagianselatandariLautCina Selatan, dandibagianbaratdenganPropinsi Sumatra Barat sertabagianbaratdayadariPropinsi Sumatra Utara.

  5. AsalMuasalOrang Sakai MenurutMoszkowski(1908), orangsakaiadalahorangVeddoid yang bercampurdenganorang-orangMinangkabau yang datangbermigrasipadasekitarabadke 14 kedaerah Riau, yaitutepatnyadiGasib, ditepisungaiGasibdihulusungaiRokan. Kemudiandihancurkanolehkerajaan Aceh danmerekamelarikandirikehutan-hutandidaerahsungaiGasib, Rokan, dan Mandau. Dan adajuga yang berpendapatbahwaorangsakaiberasaldariPagarruyung, BatuSangkar, danMentawai.

  6. Perbatinan Lima Negeri Pagaruyung sangat padat penduduknya. Raja berusaha mencari wilayah-wilayah pemukiman baru untuk menampung kepadatan penduduknyaa. Yang dipilih adalah wilayah-wilayah di sebelah timur Pagaruyung karena tampaknya masih kosong penduduk dan hanya dipenuhi rimba belantara. Sebuah rombongan yang jumlahnya 190 orang terdiri dari 189 orang janda dan seorang hulubalang atau prajurit laki-laki sebagai kepalanya dikirim oleh raja untuk berangkat ke arah timur. Mereka menembus hutan rimba belantara dan akhirnya mereka sampai di tepi sebuah anak sungai yang mereka namakan sungai Biduando, yang artinya sungai dari rombongan 189 orang janda yang dipimpin oleh seorang kepala rombongan (bidu = kepala rombongan, dan Ando = janda). Nama Biduondo kemudian berubah menjadi Mandau.

  7. PerbatinanDelapan SetelahkeberangkatanrombonganterakhirmeninggalkanPagaruyung, kerajaanitu pun mulaiterasapadathinggasusahmencarinafkah. Dan akhirnyasebagiandarimasyarakat yang terdiridarisuami-istridanhulubalangpergisecaradiam-diamuntukmencaritempatpemukimanbaru. Dan akhirnyamerekamenemukantempat, yaitu hulu sungai Syam-syam, di Mandau. Dan merekapunhidupdisanaselamabeberapatahun. Dan hinggaakhirnyamerekahamil, saatngidammerekamintaseekorbayirusajantan yang masihberadadalamkandunganibunya, akantetapi sang suamitidakmenemukannya, hinggaakhirnyaistri yang mengandung pun tidakkuatdanberniatuntukmeninggalkantempattersebut.

  8. Setelahsekian lama akhirnyaistritersebutmelahirkananaklaki-laki. SetelahmerekatumbuhbesarmerekkembalikePagaruyungdanmemberitahuakankejadintersebut, hinggaakhirnya sang raja mengirimlaki-laki dan keluarga untuk menjemput rombongan yang dipimpin oleh Batin Sangkar. Jadi dari sejarah asal muasal orang sakai khususnya sejarah terbentuknya perbatinan lima dan delapan, dapat dilihat bahwa orang sakai menurut penelitian ini mereka berasal dari Minangkabau (Pagaruyung dan Mentawai). Dan mereka adalah orang belian (setengah budak). Yang menarik untuk diperhatikan adalah unsur perempuan yang mayoritas dan dominan dalam legenda asal-muasal tersebut.

  9. Sistem Kekerabatan dan Kelompok Kekerabatan Sistem kekerabatan masyarakat suku Sakai memperlihatkan gabungan antara sistem parental dan sistem matrilineal. Hubungan antara sesama saudara kandung yang membedakan tingkat generasi berdasarkan waktu kelahiran tercermin dalam sistem kekerabatan yang generatif. Di samping itu, peranan saudara tua laki-laki dari ibu sangat penting dalam masalah-masalah perkawinan, warisan, dan hubungan tanggung jawab kesejahteraan hidup dan penghonnatan (hampir sama dengan hubungan antara mamak-kemenakctn dalam kebudayaanMinangkabau).

  10. KonsepKetuhanan Salah satu ciri masyarakat suku Sakai sebagaimana dilihat oleh orang Melayu adalah agama mereka bersifat animistik. Agama asli masyarakat suku Sakai memang berdasarkan kepercayaan pada berbagai mahluk halus, ruh, dan berbagai kekuatan gaib dalam alam semesta, khususnya dalam lingkungan hidup manusia mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan hidup mereka. Mahluk gaib ini mereka namakan hantu. merekasangatmempercayaibahwasannyahantulah yang menentukankehidupanmereka, makadaripadaitumerekasangatmengagungkanhantu. merekapercayabahwasannyahantuinijuga yang memberikankeselamatandankecelakaandalamhidupmereka.

  11. Mata PencaharianSuku Sakai Mata pencaharianmerekaadalah: Mencaridanmengumpulkanhasilhutanuntukdijualketengkulak. Berladangyang berpindah-pindah. Menangkapikandisungaidandirawa-rawasertamemburuhewandihutan.

  12. Tahapantempatberladang Memilihtempat yang akandijadikanladang Menebangpepohonandansemakbelukar, danmembakarnya, laluditaburkannya agar menjadipupuk. Menanambenih Menanamubimanggalo UbiManggalo

  13. PanenPadi Panen padi merupakan puncak kebahagiaan masyarakat suku Sakai setelah mereka dengan susah payah menjaga dari gangguan hama dan hewan-hewan liar. Panen padi dilakukan dengan cara bergotong royong dengan sistem bagi hasil. Para pemanen adalah tetangga, kerabat, dan mereka yang tinggal dalam satu perbatinan atau desa. Sebelummerekapanen, merekamengadakanupacara yang manaupacarainidutujukanuntukmenghindarakan keluarga dari segala malapetaka.

  14. Selama masa pantangan tersebut mereka dilarang menerima tamu di rumahnya, danapabilaada yang melanggarnyamakadiaakanmenerimadenda. Pelaksanaan hukuman ini dilakukan oleh Batin dengan mengatasnamakan Sultan Siak dan tardisi nenek moyang serta para antu yang ada di sekeliling kehidupan manusia. Batin memperoleh bagian sepersepuluh dari hasil panen padi, yang menurut keterangan setengahnya diserahkan kepada pemerintah Sultan Siak. Setelah panen hari pertama selesai, keluarga pemilik ladang dipantangkan untuk memanen padinya selama tiga hari.

  15. Rumahsukusakai Secaratradisionalrumahorangsakaidibangundiatasladangmereka. Rumahmerekadibangundiatastiang-tiangkira-kira 130 cm sampai 180 cm Tiangnyaterbuatdarikayu-kayugelondonganbesardankecil. Lantaidandindingnyaterbuatdarikulitkayu. Ataprumahnyaterbuatdarijalinandaunkapau Rumahmerekatidakberjendela, danpintunyahanyasatu, danpintuiniditutupdaridalamdenganpalangkayu, untukmasuknkedalamrumah, merekamenggunakantangga

  16. Rumahmerekadibuattanpamenggunakanpaku, semua yang tersambungdiikatdengantalidarirotan. Rumahmerekatidakmemilikikamar-kamar, hanyaterdiridaribagiandapurdanbagiantempattidurmereka. Dapurmerekaterletakdekatpinturumah, dandekatpintutersebutdibuattungkuuntukmemasak, danditempayinijjugamerekamakan. Di dalamrumahnyaterdapatpara, dansetiaprumahorangsakaimempunyaipara, halinidigunakansebagaitempatpenyimpananbarang-barangberhargamereka( bajubagus, senjataberburu,dll) danjugasebagaitempatpenyimpananpersediaanmakanan.

  17. Dan didalamrumahmerekajugaterdapatpeti, yang kuranglebihpanjangnyasekitar 70 cm, lebar 35 cm, dantinggisekitar 30 cmmdanpetiinidigembok. Dihalamanrumahmerekaterdapatkayu-kayu, ranting-ranting, cabang-cabangataujugabelahan-belahankayu. Ukuranluasrumahmerekaada yang luasnya 4 m x 6 m, danadajuga yang 6 m x 10 m.

  18. LingkaranDaurHidup Hamildanmelahirkanbayi Menikah Kematian Tahapan-tahapantersebutmerupakanpuncak-puncakperistiwakehidupanbagimereka.

  19. Perkawinan Merekabolehmenikahdengansiapasaja, kecualidengananggotakeluarganya, yang termasukkeluargaialah: Ibu Ibutiri Ibuangkat Bapak Bapakangkat Bapaktiri Saudarakandung Dan anak Zamansekarang

  20. PerkawinanSuku Sakai Uniknya, perkawinan yang terjadi di masyarakat Sakai biasanya hanya dilakukan oleh seorang perjaka dengan seorang gadis dan seorang duda dengan seorang janda. Jarang ditemukan perkawinan antara seorang laki-laki beristri dengan perempuan lain alias poligami.Alasan di balik keputusan tersebut semata-mata didasarkan atas pertimbangan praktis, yaitu menghindari pembiayaan hidup yang mahal karena menanggung kehidupan lebih dari satu istri . Perkawinan dalam masyarakat Sakai biasanya didahului oleh sebuah hubungan personal yang dekat dan mendalam. Hubungan ini lahir dari interaksi sosial yang intensif di antara keduanya, yang bisanya terjalin melalui kegiatan-kegiatan sosial ekonomi yang melibatkan keduanya.

  21. Namun, hubungan ini selalu melibatkan peran orang tua, terutama dalam konteks pengawasan dan kontrol agar hubungan tersebut tidak berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya hamil di luar nikah. Pengawasan yang ketat biasanya berasal dari pihak orang tua dan keluarga besar si gadis. Bahkan, masyarakat pun turut serta mengontrol hubungan tersebut, karena secara adat hubungan seks di luar nikah juga merupakan sebuah larangan. Ketika kedua belah pihak merasa bahwa hubungan antara di perjaka dan si gadis sudah nampak semakin serius dan mendalam, maka biasanya orang tua si perjaka menyuruh anaknya untuk segera melamar si gadis. Jika lamaran tersebut diterima, maka kedua orang tua bersepakat mencari hari yang tepat untuk melangsungkan upacara perkawinan tersebut. Bisanya upacara perkawinan diselenggarakan setelah satu bulan hingga dua bulan semenjak prosesi lamaran.

  22. BahanuntukMelamar Terdapat perbedaan antara masyarakat Sakai dahulu dan sekarang dalam mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk keperluan lamaran. Pada zaman dulu, bahan-bahan yang dibutuhkan meliputi: Sirih pinang selengkapnya. Kain dan baju sepersalinan. Gelang dan cincin yang terbuat dari perak. Sebuah mata uang riyah yang terbuat dari perak. Sebuah beling. dansebuahtombak.

  23. Sementara bahan-bahan yang biasanya diberikan oleh calon mempelai laki-laki kepada calon mempelai perempuan pada masa sekarang ini meliputi: Ranjang yang terbuat dari besi, yang dilengkapi dengan kasur, seprai, bantal, guling, serta kelambu. Gelang dan cincin yang terbuat dari perak; dan Radio atau tape recorder. Beliung, tombak, dan mata uang riyal, tidak menjadi keharusan dalam prosesi lamaran saat ini.

  24. Bahan-bahan untuk upacara Perkawinan Barang-barang yang diberikan oleh keluarga mempelai laki-laki adalah seperangkat mas kawin yang terdiri dari: Sebuah mata uang riyal (jika dalam lamaran pemberian mata uang ini tidak bersifat wajib, maka untuk keperluan mas kawin sifatnya wajib). Baju sepersalinan lengkap. Sepotong pakaian untuk dipakai sehari-hari. Sebuah cincin dan gelang yang terbuat dari perak.

  25. Tata Cara Pelaksanaannya Menurut Suparlan (1995: 179-183), perkawinan pada masyarakat Sakai dapat dikatakan sah ketika memenuhi tahapan-tahapan sebagai berikut: Prosesi Lamaran. Penyerahan Mas Kawin. Upacara Pengesahan Perkawinan. Pesta.

  26. Upacara-upacaraSuku Sakai UpacaraPanenPadi Upacarapanen, yaituupacara yang diadakanpadawaktumasapanen. Upacarainidilakukansebelumpanendimulai, diawalidenganmembaca doa yang bunyinya tidak jauh berbeda dengan upacara menanam benih padi. Upacara panen itu bertujuan untuk menghindarakan keluarga dari segala malapetaka dimulai dengan.

  27. UPACARA DIKIR “ Dikir, menurut pengamatan Parsudi Suparlan adalah metodepengobatan asli orang Sakai yang dilakukan jika si sakit tidak sembuh juga walaupun telah diobati . “ PERLENGKAPAN Tetabuhan (kendang besar dan kecil), untuk mengiringi mantra yang dinyanyikan dukun. Sebuah gong kecil. Miniaturrumah adat Melayu yang berasal dari batang pohon belubi,Menurut salah seorang warga yang mengukir hiasan, rumah adat itu adalah simbol dari rumah ‘antu’ yang menempel pada si sakit. Umumnya dalam miniatur rumah itu juga ditaruh dekorasi lainnya seperti boneka kecil, dan pada hari tertentu rmah beserta isinya dibawa keluar dan diletakkan di daerah yang ditengarai sebagai asal dari sumber penyakit. Harapannya adalah antu pergi setelah memiliki tempat tinggal, dan penderita sembuh. Obor kecil yang dinyalakan di sisi belakang miniatur rumah, beras, lilin.

  28. PROSES PELAKSANAAN UPACARA DIKIR Di tengah ruangan rumah tempat upacara akan berlangsung,laki-laki dan perempuanberkumpul, semuanya kurang lebih dua belas orang duduk bersila merangkai sejenis daun yang tampaknya seperti daun kelapa, disebut lembia sebagai dekorasi dari miniatur rumah adat Melayu yang diminta oleh dukun upacara Dikir. Ibu-ibu merangkai lembaran lembia menjadi hiasan burung-burungan, bunga, yang diselingi dengan kertas emas berwarna merah atau hijau, lalu dirangkai dan diletakkan di sisi kanan dan kiri, serta bagian depan dari miniatur rumah adat Melayu.Miniatur rumah adat ini,adalah simbol dari rumah ‘antu’ yang menempel pada si sakit. Umumnya dalam miniatur rumah itu juga ditaruh dekorasi lainnya seperti boneka kecil, dan pada hari tertentu rmah beserta isinya dibawa keluar dan diletakkan di daerah yang ditengarai sebagai asal dari sumber penyakit. Harapannya adalah antu pergi setelah memiliki tempat tinggal, dan penderita sembuh. ibu-ibu telah berkumpul di sisi kanan ruangan ke arah teras belakang, di dekat pintu masuk duduk para bapak dan di tengah ruangan terletak miniatur rumah adat Melayu yang bersinar terang dengan hiasan bungan-bunga di kanan kirinya.

  29. ibu-ibu telah berkumpul di sisi kanan ruangan ke arah teras belakang, di dekat pintu masuk duduk para bapak dan di tengah ruangan terletak miniatur rumah adat Melayu yang bersinar terang dengan hiasan bungan-bunga di kanan kirinya. Gong dan satu buah kendang disediakan di belakang dan sisi kiri miniatur rumah. Upacara dimulai dengan menyalakan lilin dan obor, dimana Pak Dukun ambil duduk bersila di hadapan miniatur rumah, lalu mengenakan atribut upacara: ikat kepala berwarna merah, selempang berwarna merah, dan bertelanjang dada. Dukun pun mulai membacakan mantranya dan dia pun berdiri mengambil sejumput campuran beras antara lain beras putih dan kuning, yang disebar-sebarkan ke seluruh sudut ruangan. Proses ini diulang kurang lebih tiga kali. Dukun mendekati si sakit untuk membacakan mantra seraya menari-nari dengan iringan tetabuhan kendang yang sesuai dengan ritme mantranya yang dinyanyikan dengan lantang. Suara tetabuhan yang dilakukan oleh satu orang terdengar ritmis, dan magis. Poses pengobatan berlangsung kurang lebih satu setengah jam.

  30. Dukundalamsukusakai Kemampuan seorang dukun diwariskan dan diperoleh secara turun temurun.Tapitidak semua keturunannya mempunyai bakat untuk menjadi dukun. Dalam tulisan Parsudi Suparlan, seseorang menjadi dukun karena tiga hal : Melalui wangsit dari ‘antu’ bahwa dia haru menjadi dukun. Mewarisi keahlian bapaknya atau pamannya. Menuntut ilmu dari dukun lain. Padaumumnyadukunyang masih menjalankan upacara tradisional Dikir adalah laki-laki, tapi ada juga dukun perempuan.

  31. TARI ADAT SUKU SAKAI A. Tari Makan Sirih Tarian Makan Sirih selalu ditampilkan pada acara awal kegiatan. Tari ini yang kini menjadi tari persembahan yang diciptakan oleh seniman-seniman. Jumlah penari bisa 8 atau 10 orang, tergantung kepada tempat yang mau ditampilkan.

  32. kematian Apabilaadasalahsatudarimereka yang meninggal, makamayatnyadiletakkanditenga-tengahrumah, kemudiankeningsimayatdilukaihinggakeluardarah, laludarahtersebutdipercikkanataudiusapkankewajahdan dada simayattersebut. Selama 3 hari 3 malammayatnyadisemayamkanditengah-tenganrumah, haliniditujukanuntukmenungguanggotakeluargamereka yang darijauh yang maudatanguntukmelayatnya. Saatinijugasaudaraperempuansimayatharusmenangisdipojokrumah. Dan padaharikeempatnyamayattersebutdimakamkanditempatpemakaman. Dan ketikamayatmaudikebumikanseluruhkeluargasimayatharusmemakaiikatkepalaberwarnaputih.

  33. Terimakasihatasperhatiannya…!!! والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

More Related