1 / 69

Interaksi obat-obat sistem syaraf pusat

Interaksi obat-obat sistem syaraf pusat. Obat-obat Antiepilepsi. Epilepsi adalah gangguan neurologik kronik yang ditandai dengan kejang berulang. Insiden epilepsi banyak terjadi pada neonatus dan anak-anak serta pasien diatas 65 tahun

benito
Télécharger la présentation

Interaksi obat-obat sistem syaraf pusat

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Interaksi obat-obat sistem syaraf pusat

  2. Obat-obat Antiepilepsi • Epilepsi adalah gangguan neurologik kronik yang ditandai dengan kejang berulang. • Insiden epilepsi banyak terjadi pada neonatus dan anak-anak serta pasien diatas 65 tahun • Epilepsi merupakan gejala gangguan aktivitas elektrik di otak yang dapat disebabkan berbagai stimulus. • Gangguan aktivitas elektrik ini menyebabkan terjadinya kejang

  3. Obat-obat Antiepilepsi • Obat antiepilepsi bekerja di SSP dengan mengurangi gangguan elektrik yang patologis atau menghambat perkembangan aktivitas elektrik yang menyimpang. • Hal ini dapat terjadi melalui efek spesifik terhadap kanal ion, inhibisi atau induksi neurotransmiter.

  4. Fenitoin • Fenitoin adalah suatu antikonvulsan hidantoin yang strukturnya mirip dengan barbiturat tetapi lebih lemah keasamannya sehingga lebih sukar larut dalam air. • Fenitoin efektif mengurangi frekuensi dan keparahan kejang, tanpa menyebabkan depresi SSP.

  5. Farmakokinetika fenitoin • Farmakokinetika fenitoin sangat dipengaruhi oleh kelarutannya dalam air yang kecil dan metabolismeny aoleh enzim sitokrom P450 • Fenitoin hanya sedikit diabsorpsi di lambung karena walaupun berada dalam bentuk takterion tapi kelarutannya sangat rendah. Absorpsi terjadi di duodenum

  6. Farmakokinetika fenitoin • Fenitoin terikat plasma 90% terutama dengan albumin. • Ikatan dengan plasma tergantung kadar albumin dan dapat dipengaruhi berbagai kondisi klinis seperti kadar serum albumin yang rendah, gagal ginjal, penggunaan bersama obat lain yang juga terikat protein. • Dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 • ± 95% diekskresi lewat urin atau feses dalam bentuk metabolit.

  7. Interaksi Fenitoin + amiodaron Kadar plasma fenitoin meningkat  terjadi toksisitas bila dosis fenitoin tidak dikurangi. Sebaliknya kadar plasma amiodaron menurun. Kasus klinis : 3 pasien menunjukkan peningkatan kadar fenitoin saat mendapat amiodaron (400-1200mg/hari). Satu pasien mengalami intoksikasi fenitoin (ataxia, lesu dan vertigo) selama 4 minggu pemakaian amiodaron. Kadar fenitoin meningkat 3x lipat. Kondisinya kembalinormal setelah dosis fenitoin dikurangi dari 400 menjadi 200 mg/hari.

  8. Interaksi Fenitoin + amiodaron Studi terhadap 5 pasien yang mendapat 200 mg amiodaron/hari, setelah 5 minggu terjadi peningkatan kadar plasma. Saat diberikan fenitoin (3-4mg/ kg/hari) selama 2 minggu kadar amiodaron 32-48%. Mekanisme : Amiodaron menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme fenitoin sehingga terjadi peningkatan kadar plasma. Amiodaron juga terikat plasma sehingga terjadi pergeseran ikatan dengan protein. Fenitoin adalah penginduksi enzim  meningkatkan metabolisme  menurunkan kadar amiodaron.

  9. Interaksi Fenitoin + antasida • Antasid mengurangi kadar serum fenitoin  gagalnya kontrol kejang pada beberapa pasien. • Kasus klinis : 3 pasien yang mendapat fenitoin diketahui kadar plasma fenitoin turun bila antasid diberikan bersama. Bila antasid diberikan setelah 2-3 jam, kadar fenitoin tidak terpengaruh.

  10. Interaksi Fenitoin + antasida • Mekanisme : Diduga diare dan peningkatan peristaltik saluran cerna karena antasid menyebabkan berkurangnya absorpsi fenitoin. Antasid juga dapat mengubah sekresi asam lambung sehingga mempengaruhi kelarutan fenitoin.

  11. Interaksi Fenitoin + antikoagulan • Kadar serum fenitoin ditingkatkan oleh dikoumarol dan warfarin. • Fenitoin mengurangi efek antikoagulan dikoumarol tapi meningkatkan efek warfarin.

  12. Interaksi Fenitoin + antikoagulan Kasus klinis : • 6 subjek mendapat 300 mg fenitoin/hari setelah ditambah dikoumarol kadar fenitoin meningkat. Intoksikasi fenitoin tampak setelah hari ke-6 pemakaian dikoumarol. • Seorang pasien yang mendapat 300mg fenitoin/hari menunjukkan intoksikasi segera setelah mendapat warfarin

  13. Interaksi Fenitoin + antikoagulan Kasus klinis : • 6 subjek yang diterapi konstan dikoumarol (40-160mg/hari) diberikan 300mg fenitoin/hr selama 1 minggu. Kadar dikoumarol turun pada hari ke-5 & meningkat lagi setelah warfarin dihentikan. • Waktu pembekuan darah seorang pasien yang mendapat warfarin meningkat setelah diterapi fenitoin 300mg/hari, sehingga perlu penurunan dosis warfarin hingga 25%.

  14. Interaksi Fenitoin + antikoagulan Mekanisme : • Mekanisme interaksi kompleks. • Dikoumarol menghambat metabolisme fenitoin di hati  mengurangi ekskresi. • Fenitoin meningkatkan metabolisme dikoumarol, mengurangi metabolisme warfarin. • Fenitoin juga mempunyai efek depresi pada hati yang menurunkan produksi faktor pembekuan darah.

  15. Interaksi Fenitoin + barbiturat • Perubahan kadar plasma fenitoin (meningkat atau menurun) dapat terjadi bila digunakan fenobarbital, tapi kontrol kejang baisanya tidak terlalu terpengaruh. • Intoksikasi fenitoin tampak setelah pemutusan fenobarbital. • Peningkatan kadar fenobarbital dapat terjadi bila ditambahkan fenitoin pada terapi dengan fenobarbital.

  16. Interaksi Fenitoin + barbiturat Data klinis : • Terapi fenitoin bila ditambahkan fenobarbital : Pada 12 pasien epilepsi yang diterapi dengan fenitoin, saat mendapat fenobarbital kadar plasma fenitoin turun. • Pada hampir semua kasus, kadar fenitoin kembali meningkat setelah fenobarbital dihentikan.

  17. Interaksi Fenitoin + barbiturat Data klinis : • Terapi fenobarbital bila ditambahkan fenitoin : Peningkatan kadar fenobarbital terjadi pada 40 pasien epilepsi saat ditambah fenitoin. Pada 5 pasien peningkatan kadar plasma fenobarbital hingga 2x lipat.

  18. Interaksi Fenitoin + barbiturat Mekanisme : Fenobarbital mempunyai 2 efek terhadap metabolisme fenitoin : • Menginduksi enzim sehingga meningkatkan klirens fenitoin • Pada dosis tinggi dapat menghambat metabolisme melalui kompetisi sistem enzim. Total efek yang terjadi tergantung keseimbangan antara kedua mekanisme ini.

  19. Interaksi Fenitoin + benzodiazepin • Benzodiazepin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar plasma fenitoin. • Fenitoin dapat menurunkan kadar plasma benzodiazepin. • Mekanisme : Inkonsistensi ini belum diketahui mekanismenya. Benzodiazepin menginduksi atau meng-inhibisi enzim yang memetabolisme fenitoin. Selain itu benzodiazepin mengubah volume distribusi fenitoin.

  20. Interaksi Fenitoin + H2-bloker • Kadar plasma fenitoin meningkat oleh simetidin. • Toksisitas bisa terjadi kalau dosis fenitoin tidak diturunkan. • Mekanisme : Simetidin adalah inhibitor enzim yang poten  akumulasi kadar fenitoin  mencapai MTC. Tapi famotidin, ranitidin dan nizatidin tidak. Simetidin juga menunda disolusi tablet fenitoin karena peningkatan pH lambung. • Manifestasi : aganulositosis & trombositopenia (karena depresi sumsum tulang).

  21. Interaksi antar obat-obat antiepilepsi

  22. Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain FENITOIN Obat yang mempengaruhi : • Antasid : menurunkan absorpsi Fenitoin • Simetidin : >> FNT (fenitoin) • Kloramfenikol : >> FNT • Disulfiram : >> FNT • Flukonazol : >> FNT • INH : >> FNT • Warfarin : >> FNT

  23. Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain FENITOIN Obat yang dipengaruhi : • Kontraseosi oral : penurunan efektivitas kontrasepsi oral • Bishidroksikumarin : penurunan efek antikoagulan • Asam folat : penurunan efek asam folat • Kuinidin : penurunan efek kuinidin • Vitamin D : penurunan efek vit. D

  24. Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain Karbamazepin : Obat yang mempengaruhi : • Simetidin : >> CBZ (karbamazepin) • Eritromisin : >> CBZ • INH : >> CBZ

  25. Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain KARBAMAZEPIN Obat yang dipengaruhi : • Kontrasepsi oral : penurunan efektivitas kontrasepsi oral • Doksisiklin : << doksisiklin • Teofilin : << teofilin • Warfarin : << warfarin

  26. Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain ASAM VALPROAT : Obat yang mempengaruhi : • Simetidin : >> asam valproat • Salisilat : >> asam valproat bebas

  27. Interaksi Obat antiepilepsi dengan obat lain ASAM VALPROAT Obat yang dipengaruhi : • Kontrasepsi oral : penurunan efektivitas kontrasepsi oral

  28. INTERAKSI BENZODIAZEPIN • Benzodiazepin (BDZ) merupakan inhibitor reseptor GABA(gamma-aminobutyric acid). • Pengikatan GABA pada reseptornya  pembukaan kanal Cl-  memungkinkan masuknya ion Cl melewati membran sel syaraf  meningkatkan potensial elektrik sepanjang membran sel  sel sukar tereksitasi.

  29. INTERAKSI BENZODIAZEPIN • Sedangkan ikatan BDZ dengan reseptor GABA  tidak menyebabkan terbukanya kanal Cl  menghambat neuron  efek depresi. • Efek depresi SSP BDZ meliputi : ansiolitik, relaksan otot, antiamnesia, antikonvulsan, dan sedatif.

  30. INTERAKSI BENZODIAZEPIN • Interaksi BDZ meliputi interaksi farmakokinetik maupun farmakodinamik. • Interaksi farmakokinetik terutama melalui inhibisi atau induksi enzim sitokrom P450 yang memetabolisme BDZ. • Interaksi farmakodinamik terutama terjadi dengan obat-obat SSP yang lain (etanol, opiat, barbiturat, dll)

  31. BDZ + Antasida • Absorpsi klordiazepoksid ditunda pada pemakaian bersama antasid. Klordiazepoksida adalah suatu prodrug yang butuh suasana asam di lambung untuk dikonversi (melalui hidrolisis & dekarboksilasi) menjadi bentuk aktif  antasida menghambat konversi ini dengan meningkatkan pH lambung. • Absorpsi diazepam juga ditunda pada pemakaian bersama antasida yang mengandung Al dan Mg.

  32. BDZ + Antikonvulsan • Klirens diazepam meningkat pada pemakaian bersama karbamazepin dan fenitoin, tapi tidak dengan fenobarbital. • Efek hipnotik midazolam dikurangi oleh karbamazepin dan fenitoin  perlu dosis midazolam yang lebih besar. • Mekanisme : berbeda-beda. Sebagian besar karena induksi dan inhibisi enzim.

  33. BDZ + Antifungsi golongan azol • Flukonazol, itrakonazol & ketokonazol secara bermakna meningkatkan serum midazolam & triazolam per oral  meningkatkan efek sedasi perlu penyesuaian dosis. • Ketokonazol tidak merubah efek klinik klordiazepoksida secara signifikan, tapi meningkatkan efek alprazolam dan midazolam. • Mekanisme : inhibisi enzim metabolisem oleh golongan azol  meningkatkan kadar plasma BDZ. • Pemberian BDZ secara bolus iv dengan adanya itrakonazol atau flukonazol tidak meningkatkan efek sedasi pada dosis normal.

  34. BDZ + penghambat kanal Ca • Kadar serum dan efek midazolam dan triazolam meningkat oleh diltiazem atau verapamil  dosis BDZ perlu dikurangi hingga 50% • Tidak ada interaksi bermakna antara diazepam-diltiazem,felodipin atau nimodipin, antara temazepam-diltiazem. • Mekanisme : diltiazem & verapamil menghambat enzim sitokrom sehingga menghambat metabolisme dan meningkatkan kadar midazolam dan triazolam.

  35. BDZ + Antagonis H2 • Kadar serum alprazolam, klordiazepoksid, klobazam, diazepam, flurazepam, nitrazepam, triazolam ditingkatkan oleh simetidin, tapi secara klinis tidak bermakna (hanya pada beberapa pasien tampak peningkatan efek sedasi). • Famotidin dan ranitidin tidak berinteraksi dengan sebagian besar BZD kecuali midazolam & triazolam. • Mekanisme : simetidin menghambat enzim yang memetabolisme (N-dealkilasi) berbagai BDZ  mengurangi klirens & meningkatkan kadar.

  36. BDZ + kontrasepsi oral • Kontrasepsi oral dapat meningkatkan efek alprazolam, klordiazepoksid, diazepam, nitrazepam dan triazolam serta menurunkan efek oxazepam, lorazepam & temazepam  belum ada studi perlu/tidaknya penyesuaian dosis. • Mekanisme : kontrasepsi oral mempengaruhi metabolisme BDZ melalui : mengurangi metabolisme oksidatif (untuk alprazolam, klordiazepoksid, dsb) dan meningkatkan metabolisme konjugasi glukuronida (untuk lorazepam, oxazepam, dsb)

  37. BDZ + antibiotik makrolida • Kadar serum dan efek midazolam & triazolam secara bermakna meningkat & diperpanjang pada pemakaian bersama eritromisin. Begitu juga antara midazolam – klaritromisin  perlu penyesuaian dosis. • Roxitromisin memberikan efek yang lemah terhadap midazolam & triazolam, sedang eritromisin efeknya lemah terhadap diazepam, nitrazepam dan temazepam. Azitromisin tidak berinteraksi dengan midazolam. • Mekanisme : antibiotik makrolida mengurangi metabolisme berbagai BDZ di hati dan/atau dinding saluran cerna  menurunkan klirens & meningkatkan kadar serum.

  38. BDZ + Probenesid • Probenesid mengurangi ekskresi lorazepam & nitrazepam (tapi tidak temazepam)  meningkatkan efek terapetik dan toksisitas. • Probenesid menghambat klirens banyak obat dan metabolitnya di tubulus ginjal (termasuk BDZ). Probenesid juga menghambat metabolisme (glukuronidasi) nitrazepam dan lorazepam di hati  akumulasi BDZ  peningkatan efek  perlu penurunan dosis.

  39. BDZ + Rifampisin • Rifampisin meningkatkan secara bermakna ekskresi diazepam, midazolam, nitazepam dan triazolam (tapi temazepam tidak)  perlu peningkatan dosis BDZ. • Mekanisme : rifampisin merupakan induktor enzim hati yang poten  meningkatkan metabolisme hati  meningkatkan ekskresi.

  40. INTERAKSI OPIAT • Opioid adalah senyawa baik endogen maupun sintetik yang menghasilkan efek mirip morfin. • Morfin & sebagian besar opiat menunjukkan berbagai efek stimulasi atau inhibisi, dengan tempat kerja utama di otak dan saluran cerna. • Alkaloid opioid (mis. Morfin) menghasilkan efek analgesik melalui aksi pada daerah di otak yang mengandung peptid mempunyai sifat farmakologi mirip opioid, yaitu endorfin (morfin endogen).

  41. INTERAKSI OPIAT • Ada 3 reseptor opioid (μ, δ, Ќ) dengan efek yang berbeda-beda berupa efek analgesik, depresi pernafasan, penurunan motilitas saluran cerna, kontriksi pupil, euforia, sedasi dan ketergantungan fisik.

  42. INTERAKSI OPIAT

  43. INTERAKSI OPIAT

  44. INTERAKSI OPIAT

  45. OBAT-OBAT ANTIDIABETIK • Obat antidiabetik (senyawa hipoglikemik) digunakan untuk mengontrol diabetes melitus, • DM : suatu penyakit dimana terjadi kegagalan total atau parsial dari sel beta pankreas untuk mensekresi ke dalam sirkulasi sejumlah cukup insulin. • Insulin : hormon yang berfungsi untuk memetabolisme glukosa

  46. INTERAKSI dengan ACE inhibitor • Pada sebagian pemakai insulin atau sulfonilurea yang diterapi juga dengan captopril, enalapril, lisinopril  terjadi hipoglikemia  bisa diatasi dengan menurunkan dosis antidiabet. • Mekanisme : tidak diketahui, diduga terjadi peningkatan utilisasi glukosa & sensitivitas insulin.

  47. INTERAKSI dengan ALOPURINOL • Terjadi peningkatan t ½ klorpropamid dan penurunan t ½ tolbutamid selama pemakaian bersama alopurinol  tapi efek terhadap rspon hipoglikemia bervariasi pada tiap pasien. • Terjadi hipoglikemia yang bermakna hingga koma pada pasien yang mendapat glicazida. • Mekanisme belum diketahui. Pada kasus klorpropamid melibatkan kompetisi pada mekanisme tubular ginjal.

  48. INTERAKSI dengan ANTIKOAGULAN • Dikoumarol dan tolbutamid berinteraksi  peningkatan hipoglikemia (resiko koma) dan peningkatan efek antikoagulan (resiko perdarahan). • Dikoumarol juga meningkatkan efek hipoglikemia klorpropamid. • Peningkatan efek warfarin terjadi pada pasien yang mendapat glibenklamid.

  49. INTERAKSI dengan ANTIKOAGULAN Mekanisme : • Dikoumarol meningkatkan efek tolbutamid melalui penghambatan metabolismenya di hati, demikian juga pada klorpropamid. • Peningkatan efek antikoagulan dikoumarol oleh tolbutamid disebabkan interaksi pada ikatan protein - plasma

  50. INTERAKSI dengan kloramfenikol • Efek hipoglikemia dari tolbutamid & klorpropamid dapat ditingkatkan bila dipakai bersama kloramfenikol  dapat terjadi hipoglikemia akut. • Mekanisme : Kloramfenikol menghambat enzim hepatik yang terlibat dalam metabolisme tolbutamid & klorpropamid  akumulasi dalam darah  kadar glukosa <<  hipoglikemia.

More Related