1 / 42

PENYALURAN (TRANSMISI) TENAGA LISTRIK

PENYALURAN (TRANSMISI) TENAGA LISTRIK. 3.1. DEFINISI/PENGERTIAN. Pengertian penyaluran energi listrik :

Télécharger la présentation

PENYALURAN (TRANSMISI) TENAGA LISTRIK

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENYALURAN (TRANSMISI) TENAGA LISTRIK

  2. 3.1. DEFINISI/PENGERTIAN • Pengertianpenyaluranenergilistrik : • Prosesdancaramenyalurkanenergilistrikpadajarak yang berjauhandarisatutempatketempatlainnya (daripembangkitlistrikkegarduindukdandarisatugarduindukkegarduinduklainnya), yang terdiridarikonduktor yang direntangkanantaratiang-tiang (tower), melalui isolator-isolator, dengansistemtegangantinggi/ekstratinggi. • RuanglingkupnyadimulaidariGarduIndukdiPembangkitansampaidenganGarduInduk (sisi primer) yang adapusat-pusatbeban. 22

  3. 3.2. BESARAN TEGANGAN DAN JENIS PENYALURAN (TRANSMISI) • Besarantegangan : 66 KV, 70 KV, 132 KV, 150 KV, 245 KV, 275 KV, 350 KV, 500 KV, 1.100 KV, 1300 KV, 1.500 KV, dan lain-lain • Jenisarus : arussearah (DC) danarusbolak-balik (AC). • Jenisdanruanglingkuppenyaluran : • Saluranudara (Overhead Line). • Saluranbawahtanah (Underground Cable). • Salurankabelbawahlaut (Sub Marine Cable). • GarduIndukTegangan Ultra Tinggi. • GarduIndukTeganganEkstraTinggi. • GarduInduk. • GarduHubung. • PusatPengaturBeban. • Unit PengaturBeban. 23

  4. 3.3. SISTEM PENYALURAN (TRANSMISI) DI INDONESIA • Besarantegangan : 70 KV, 150 KV, 275 KV dan 500 KV. • Jenisarus : arusbolak-balik (AC). • Jenisdanruanglingkuppenyaluran : • SaluranUdaraTeganganTinggi (SUTT). • SaluranKabel Tanah TeganganTinggi (SKTT). • SaluranKabelBawahLautTeganganTinggi (Sub Marine Cable). • SaluranUdaraTeganganEkstraTinggi (SUTET). • GarduInduk (GI). • GarduIndukTeganganEkstraTinggi (GITET). • PusatPengaturBeban (UPB). • Unit PengaturBeban. • Sisteminterkoneksi (Interconnection System) : • TelahterpasangdiPulauJawa-Madura-Bali (Jamali) danPulau Sumatera. • Sebagiandaerahdi Sumatera masihterjadibottle neck. 24

  5. Lanjutan 3.3 • Tingkat pengembangansistem (menujukeinterkoneksi) : • Sistempenyalurandariparsialmenujukeinterkoneksi. • TerpasangdiPulau Kalimantan danPulau Sulawesi. • Tingkat perintisan : • Padaumumnyadidaerah-daerah yang ratio elektrifikasinyarendah (NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan lain-lain). • Penyediaanlistrikbersifatparsial. • Saluranudara (Overhead Line) dipasangdidaerah-daerah yang keadaan ROW-nyamemungkinkan, padaumumnyadidaerahpinggirankotadandiluarkota. • Salurankabelbawahtanah (Underground cable) dipasangdidaerah yang ROW-nyatidakmemungkinkan, padaumumnyadidaerahtengahkota, kota-kotabesar yang padatpemukimandanbebanlistriknyabesar. 25

  6. Lanjutan 3.3 • GarduInduk : • Untukdaerah-daerah yang masihmemungkinkanmendapatkanlahan/space tanah yang luas, dipasangGarduIndukKonvesional, padaumumnyadipinggirankotaataudikota-kotakecil. • Untukdaerah-daerahperkotaan (Kota Besar) yang padatpemukiman, dipasang Gas Insulated Switchgear SF6 (GIS SF6). • PusatPengaturBeban (P2B) dan Unit PengaturBeban (UPB) : • Dipasangdidaerah-daerah yang jaringannyatelahterinterkoneksi, area pelayananluasdanbeban yang dilayanibesar, contoh : P3B & UPB yang adadiSistemJawa-Madura-Bali (Jamali). • Tujuannyaadalahuntukpengaturanbebanmaupunmelakukanmanuverbebanjikaterjadimasalahdisistem, misal : jikaterjadigangguandisistempembangkitataudisistemtransmisi. 26

  7. 3.4. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PENYALURAN (TRANSMISI) • Secarateknis, pembangunandanpengembangansistempenyalurantenagalistrik, tidakadamasalahdantidakadakesulitan. • Masalah-masalah yang seringtimbuldalampembangunansistempenyaluran (transmisi) adalahmasalah non teknis, antara lain : • Kesulitanmendapatkanlahanuntuktapak tower. • Hargatanah yang sangat (terlalu) mahal. • Prosesperijinan yang sulitdanberbelit. • Reaksidarimasyarakat yang tidakmaudilaluijalurtransmisi. • Beberapawaktuterakhirini, munculfenomenabaru, masyarakatmintakompensasi (gantirugi) disepanjang ROW jalurtransmisi. • Biayagantirugikerusakanbangunan, tanamandan lain-lain yang mahal, bahkanterkadangjauhmelampauihargastandar. • Koordinasidenganberbagaipihak / instansiterkait, yang merupakankesulitantersendiridantakjarangmembutuhkanbiayabesar. • Isuelingkunganhidup. • Dan berbagaihambatan/kendalalainnya. 27

  8. Lanjutan 3.4 • Berbagaipermasalahantersebutmengakibatkanprosespembangunandanpengembangansistempenyaluranmenjaditerhambat, bahkanadapembangunantransmisi yang terhenti/tertundabertahun-tahun. • Mengingatdariwaktukewaktubebanakanterusberkembang (mengalamipertumbuhan), sedangkandisisi lain untukmembanguntransmisidangarduindukbanyakmenghadapimasalah, perludipikirkandandicarikansolusidalampengembangansistempenyalurandi Indonesia. • Harusdicermatibahwapenambahanpembangkittanpadiimbangipenambahansistemtransmisiakantimbulmasalahtersendiri. 28

  9. 3.5. UP-RATING SISTEM PENYALURAN (TRANSMISI) • Up-rating berartimenaikkan rate/menaikkankemampuan/menaikkankapasitas. • Up-rating sistempenyaluran, berartimenaikkan rate/menaikkankemampuan/menaikkankapasitaspenyaluran, antara lain : • Dari SUTT 70 KV menjadi 150 KV. • SUTT 150 KV yang ditingkatkankemampuannyadalammenyalurkanenergilistrik. • SUTT single circuit ditingkatkanmenjadi double circuit. • Garduinduk yang berkapasitas 10 MVA dinaikkanmenjadi 30 MVA, dari 1 trafomenjadi 2 trafo, dari 30 MVA menjadi 60 MVA atau 100 MVA. • Dan lain sebagainya. • Up-rating bisadilakukandengancara : • Membangun SUTT baru, membangun (memperluas) GarduIndukEksisting. • Menggantikonduktor (re-conductoring) SUTT eksisting, menggantitrafopadaGarduIndukEksisting, darikapasitaskecildigantidengankapasitas yang lebihbesar. • Menambahjumlahsirkit SUTT eksisting, menambahjumlahtrafodanperalatanpadaGarduIndukeksisting. 29

  10. DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

  11. 4.1. DEFINISI/PENGERTIAN • Pengertiandanfungsidistribusitenagalistrik : • Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengirimanenergilistrikdariinstalasipenyediaan (pemasok) keinstalasipemanfaatan (pelanggan). • Merupakan sub sistemtenagalistrik yang langsungberhubungandenganpelanggan, karenacatudayapadapusat-pusatbeban (pelanggan) dilayanilangsungmelaluijaringandistribusi. • RuanglingkupnyadimulaidarisisisekundertrafotenagadiGarduInduksampaidenganAlatPembatasdanPengukur (APP). 30

  12. 4.2. BESARAN TEGANGAN BERDASARKAN PEMANFAATAN (JENIS PELANGGAN) • Jaringdistribusiteganganrendah, untukmelayani : • Pelangganrumahtangga (instalasidomestik). • Pelangganbisnis, sosialdanpublik (instalasibangunan/non domestik) dengandayasampaidengan 197 KVA. • Jaringdistribusiteganganmenengah (20 KV), untukmelayani : • Pelangganbisnis, sosialdanpublik (instalasibangunan/non domestik) dengandayadiatas 197 KVA sampaidengan 30 MVA. • Pelangganindustri (instalasiindustri), dengandayadiatas 197 KVA sampaidengan 30 MVA. • Jaringdistribusitegangantegangantinggi (70 KV, 150 KV), untukmelayani : • Pelangganindustri (instalasiindustri), dengandayadiatas 30 MVA. 31

  13. Lanjutan 4.3 • Ruanglingkup : • Saluranudarateganganmenengah (SUTM) 20 KV. • Salurankabeltanahteganganmenengah (SKTM) 20 KV. • Salurankabelbawah air sungai/laut 20 KV. • Saluranudarateganganrendah (SUTR) 220 Volt. • Salurankabeltanahteganganrendah (SKTR) 220 Volt. • GarduDistribusi. • Saluranluarpelayanan/SaluranmasukpelayananSambunganrumah (SLP/SMP/SR). • Alatpembatasdanpengukur (APP). • Unit pengaturdistribusi. 33

  14. 4.4. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN JARING DISTRIBUSI • Padaumumnyadalampembangunandanmengembangkanjaringdistribusi, tidakbanyakmenghadapimasalah/kendala, karenajaringdistribusilangsungmelayanipelanggan (dibutuhkanpelanggansecaralangsung). • Jikaterjadimasalah/kendala, padaumumnyaadalah : • Untuk SUTM menyangkutmasalah ROW, karenadidaerah/kotatertentumelakukanpemotongan/pemaprasanpohontanpakoordinasidenganDinasPertamanan, bisamenjadimasalahbesar, bahkanbisadipidanakan. • Untuk SKTM menyangkutmasalahkoordinasidenganberbagaipihakterkait (Pemkot/Pemkab, PDAM, PT. Telkom, Perum Gas, Polri, DinasPerhubungandan lain-lain. • Padaumumnyajaringdistribusidi Indonesia menggunakanpenghantarudara (Overhead Line). Khususdi DKI Jakarta, karenapertimbangantertentu (ROW danestetika), menggunakankabeltanah (Underground Cable). 34

  15. Klasifikasi menurut nilai tegangannya: • a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi. \ • b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar)

  16. Klasifikasi menurut Jenis Konduktornya: • Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan perlengkapannya, dan dibedakan atas: - Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi. • Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground cable). • Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut (submarine cable)

  17. Sal Konfigurasi Horisontal Sal Konfigurasi Vertikal Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:

  18. - Saluran konfigurasi Delta

  19. - Menurut Susunan Rangkaiannya • Rangkaian Jaringan Sistem Distribusi Primer, yaitu:- Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian phase area.- Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk Close loop.- Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)- Jaringan distribusi spindle- Saluran Radial Interkoneksi • Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi

  20. 4.3. SISTEM DAN RUANG LINGKUP • Sistemjaringan : • Radial. • Loop. • Spindle. • Mesh/Grid • Gardudistribusi : • Gardutrafotiang type portal. • Gardutrafotiang type cantol. • Gardubeton 32

  21. Jaringan Sistem Distribusi Primer A. Jaringan Distribusi Radial. • Bila antara titik sumber dan titik bebannya hanya terdapat satu saluran (line), tidak ada alternatif saluran lainnya. Bentuk Jaringan ini merupakan bentuk dasar, paling sederhana dan paling banyak digunakan. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber dari jaringan itu,dan dicabang-cabang ke titik-titik beban yang dilayani. • Spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah: a). Bentuknya sederhana.(+) b). Biaya investasinya relatip murah.(+) c). Kualitas pelayanan dayanya relatip jelek, karena rugi tegangan dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatip besar.(-) d). Kontinyuitas pelayanan daya tidak terjamin, sebab antara titik sumber dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran sehingga bila saluran tersebut mengalami gangguan, maka seluruh rangkaian sesudah titik gangguan akan mengalami "black out“ secara total.(-) • Jaringan distribusi radial ini memiliki beberapa bentuk modifikasi, antara lain: (1). Radial tipe pohon. (2). Radial dengan tie dan switch pemisah. (3). Radial dengan pusat beban. (4). Radial dengan pembagian phase area.

  22. Jaringan Radial tipe Pohon • Bentuk ini merupakan bentuk yang paling dasar. Satu saluran utama dibentang menurut kebutuhannya, selanjutnya dicabangkan dengan saluran cabang (lateral penyulang) dan lateral penyulang ini dicabang-cabang lagi dengan sublateral penyulang (anak cabang). Sesuai dengan kerapatan arus yang ditanggung masing-masing saluran, ukuran penyulang utama adalah yang terbesar, ukuran lateral adalah lebih kecil dari penyulang utama, dan ukuran sub lateral adalah yang terkecil.

  23. Jaringan radial dengan tie dan switch pemisah. • Bentuk ini merupakan modifikasi bentuk dasar dengan menambahkan tie dan switch pemisah, yang diperlukan untuk mempercepat pemulihan pelayanan bagi konsumen, dengan cara menghubungkan area-area yang tidak terganggu pada penyulang yang bersangkutan, dengan penyulang di sekitarnya. Dengan demikian bagian penyulang yang terganggu dilokalisir, dan bagian penyulang lainnya yang "sehat" segera dapat dioperasikan kembali, dengan cara melepas switch yang terhubung ke titik gangguan, dan menghubungkan bagian penyulang yang sehat ke penyulang di sekitarnya.

  24. Jaringan radial tipe pusat beban. • Bentuk ini mencatu daya dengan menggunakan penyulang utama (main feeder) yang disebut "express feeder" langsung ke pusat beban, dan dari titik pusat beban ini disebar dengan menggunakan "back feeder" secara radial.

  25. Jaringan radial dengan phase area • Pada bentuk ini masing-masing fasa dari jaringan bertugas melayani daerah beban yang berlainan. Bentuk ini akan dapat menimbulkan akibat kondisi sistem 3 fasa yang tidak seimbang (simetris), bila digunakan pada daerah beban yang baru dan belum mantap pembagian bebannya. Karenanya hanya cocok untuk daerah beban yang stabil dan penambahan maupun pembagian bebannya dapat diatur merata dan simetris pada setiap fasanya

  26. B. Jaringan distribusi ring (loop). • Bila pada titik beban terdapat dua alternatip saluran berasal lebih dari satu sumber. Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan "loop". Susunan rangkaian penyulang membentuk ring, yang memungkinkan titik beban dilayani dari dua arah penyulang, sehingga kontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih kecil.

  27. C. Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET) • Merupakan gabungan dari beberapa saluran mesh, dimana terdapat lebih satu sumber sehingga berbentuk saluran interkoneksi. Jaringan ini berbentuk jaring-jaring, kombinasi antara radial dan loop.

  28. Titik beban memiliki lebih banyak alternatip saluran/penyulang, sehingga bila salah satu penyulang terganggu, dengan segera dapat digantikan oleh penyulang yang lain. Dengan demikian kontinyuitas penyaluran daya sangat terjamin. • Spesifikasi Jaringan NET ini adalah: 1). Kontinyuitas penyaluran daya paling terjamin.(+) 2). Kualitas tegangannya baik, rugi daya pada saluran amat kecil.(+) 3). Dibanding dengan bentuk lain, paling flexible (luwes) dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan beban. (+} 4). Sebelum pelaksanaannya, memerlukan koordinasi perencanaan yang teliti dan rumit. (-) 5). Memerlukan biaya investasi yang besar (mahal) (-) 6). Memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam pengoperasiannya.(-) • Dengan spesifikasi tersebut, bentuk ini hanya layak (feasible) untuk melayani daerah beban yang benar-benar memerlukan tingkat keandalan dan kontinyuitas yang tinggi, antara lain: instalasi militer, pusat sarana komunikasi dan perhubungan, rumah sakit, dan sebagainya. Karena bentuk ini merupakan jaringan yang menghubungkan beberapa sumber, maka bentuk jaringan NET atau jaring-jaring disebut juga jaringan "interkoneksi".

  29. Selain bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi yang telah ada, maka dikembangkan pula bentuk-bentuk modifikasi, yang bertujuan meningkatkan keandalan dan kualitas sistem. Salah satu bentuk modifikasi yang populer adalah bentuk spindle, yang biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Fungsi "express feeder" dalam hal ini selain sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan pada salah satu "working feeder", juga berfungsi untuk memperkecil terjadinya drop tegangan pada sistem distribusi bersangkutan pada keadaan operasi normal. Dalam keadaan normal memang "express feeder" ini sengaja dioperasikan tanpa beban. D. Jaringan distribusi spindle.

  30. Secara umum, baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi tenaga listrik terutama adalah ditinjau dari hal-hal berikut ini: 1). Kontinyuitas Pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik karena gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan. Biasanya, kontinyuitas pelayanan terbaik diprioritaskan pada beban-beban yang dianggap vital dan sama sekali tidak dikehendaki mengalami pemadaman, misalnya: instalasi militer, pusat pelayanan komunikasi, rumah sakit, dll. 2). Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi: - kapasitas daya yang memenuhi. - tegangan yang selalu konstan dan nominal. - frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC). Catatan: Tegangan nominal di sini dapat pula diartikan kerugian tegangan yang terjadi pada saluran relatif kecil sekali. 3). Perluasan dan Penyebaran daerah beban yang dilayani seimbang.

  31. Lanjutan: 4). Fleksibel dalam pengembangan dan perluaan daerah beban. Perencanaan sistem distribusi yang baik, tidak hanya bertitik tolak pada kebutuhan beban sesaat, tetapi perlu diperhatikan pula secara teliti mengenai pengembangan beban yang harus dilayani, bukan saja dalam hal penambahan kapasitas dayanya, tetapi juga dalam hal perluasan daerah beban yang harus dilayani. 5). Kondisi dan Situasi Lingkungan. Faktor ini merupakan pertimbangan dalam perencanaan untuk menentukan tipe-tipe atau macam sistem distribusi mana yang sesuai untuk lingkungan bersangkutan, misalnya tentang konduktornya, konfigurasinya, tata letaknya, dsb. Termasuk pertimbangan segi estetika (keindahan) nya. 6). Pertimbangan Ekonomis. Faktor ini menyangkut perhitungan untung rugi ditinjau dari segi ekonomis, baik secara komersiil maupun dalam rangka penghematan anggaran yang tersedia.

  32. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder • Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sbb: 1) Papan pembagi pada trafo distribusi, 2) Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder). 3) Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai) 4) Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.

  33. Komponen saluran distribusi sekunder seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

  34. Tegangan Sistem Distribusi Sekunder • Sebagai anggota, IEC (International Electrotechnical Comission), Indonesia memakai sistem tegangan 220/380 Volt

More Related