1 / 31

ANALISIS KEKAYAAN BIOTA (terumbu karang, mangrove dan padang lamun)

ANALISIS KEKAYAAN BIOTA (terumbu karang, mangrove dan padang lamun). Aunurohim Program Studi Biologi FMIPA ITS. Analisis Kekayaan Biota. Langkah lanjut dari kegiatan pengambilan data adalah melakukan analisis

cortez
Télécharger la présentation

ANALISIS KEKAYAAN BIOTA (terumbu karang, mangrove dan padang lamun)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. ANALISIS KEKAYAAN BIOTA (terumbu karang, mangrove dan padang lamun) Aunurohim Program Studi Biologi FMIPA ITS

  2. Analisis Kekayaan Biota Langkah lanjut dari kegiatan pengambilan data adalah melakukan analisis Analisis dilakukan agar diperoleh hasil, dan nantinya hasil analisis digunakan sebagai data base kegiatan lainnya (zonasi konservasi, rehabilitasi, ataupun konversi) Memberikan data potensi dari masing-masing lokasi sebagai aset atau komoditi

  3. Analisis Kekayaan Biota TERUMBU KARANG (coral reef) Metode : Transek Garis (line transect)

  4. Terumbu Karang_line transect Mengacu pada contoh pengukuran dibawah ini :

  5. Terumbu Karang_line transect Maka, • Hasil data yang diperoleh adalah intersep atau panjang dari titik transisi yang telah dicatat sepanjang transek, sehingga persentase penutupan dapat diukur sebagai berikut : Persen penutupan = total panjang suatu kategori (life form) x 100 (1) panjang transek Sehingga dengan mengacu pada gambar diatas : persen penutupan lifeform 1 = I1 + I3 + I5 + I7 x 100 Y persen penutupan lifeform 2 = I2 + I4 + I6 x 100 • Y Analisis diatas memberikan data kuantitatif dari struktur komunitas suatu lokasi sampling. Suksesif sampling dapat dijelaskan apabila sampling dilakukan secara kontinu dan rutin.

  6. TerumbuKarang_linetransect Contohkasus : Gambardisampingadalahsuatucontohtransek garis denganperhitungan garis transisiantarlifeform. Panjang garis transisimasing-masinglifeformdihitung dan dimasukkandalamtabeldisebelahnya. Dan total panjangtransekadalah 272 cm

  7. TerumbuKarang_linetransect Contohkasus : Berapakah total panjanglifeform CS ? 57 + 20 = 77 cm Dg menggunakanrumus(1), maka • cover CF = 77 x 100 = 28,3 % 272 Demikianjuga dg CM, 11+ 2+25+7 = 45 cm Dg menggunakanrumus(1), maka • cover CM = 45 x 100 = 16,5 % 272

  8. TerumbuKarang_linetransect Contohkasus : Hasilperhitungantransek garis dibuatdalambentuktabelisasiberdasarpersentasepenutupanterbesar. Dari hasilperhitungantersebut, dapatdibuatjugaurutanfrekuensiketerdapatan dari masing-masinglifeform CF = 2 Dan CM = 4 - padaumumnyapanjangtransekberkisarantara 50 – 100 m’ -

  9. Analisis Kekayaan Biota MANGROVE Metode : Analisis Vegetasi_INP

  10. Mangrove_analisis vegetasi (INP) Dalam analisis mangrove, data yang perlu diambil adalah : - INP = Fr + Kr + Dr (maksimal 300 %) - Dari data diatas maka dapat diketahui indeks nilai penting (INP) tiap-tiap spesies. Semakin tinggi nilai INP maka semakin tinggi pula nilai esensial dari spesies tersebut di lokasi penelitian.

  11. Mangrove_analisis vegetasi (INP) Berikut adalah contoh kasus analisis vegetasi di hutan Cibodas 1977 dg plot 20 x 20 m dan total plot per transek adalah 5 • 1 m2 = 10.000 cm2 • WYATT – SMITH (1963) • SEEDLING (SEMAI) • Kecambah s/d 1,5 m • (0-30 ; 30 – 150 cm) • SAPLING (sapihan, pancang) • > 1,5 m Ø < 10 cm (uk tinggi 1,5-3 m ; 3-5 m ; Ø 5-10 cm) • POLES (tihang) • Ø 10 – 35 cm • POHON • Ø > 35 cm

  12. KERAPATAN Altingia excelsa 4 ditemukan di plot 1, plot 2, plot 4 dan plot 5 @ satu pohon 0,2 ha diperoleh dari 20 x 20 x 5 = 2000 m2 Atau ~ 0,2 ha 20 x 20 adl luasan plot 5 adl ∑ plot

  13. KERAPATAN Altingia excelsa 20 / 135 x 100% 20 adl nilai Kerapatan Absolut (Ka) 135 adl nilai total Ka

  14. FREKUENSI Altingia excelsa 4 / 5 4 adl ∑ plot ditemukannya A.excelsa (di plot 1, 2, 4 dan 5) 5 adl ∑ total plot dalam satu transek

  15. FREKUENSI Altingia excelsa 0,8 / 4,4 x 100% 0,8 adl nilai Frekuensi Absolut (Fa) 4,4 adl nilai total Fa

  16. DOMINANSI Altingia excelsa 2,4389 / 0,2 2,4389 adl ∑ total BA A.excelsa Plot 1 : 0,3957 Plot 2 : 0,1589 Plot 4 : 0,7539 Plot 5 : 1,1304 5 adl ∑ total plot dalam satu transek

  17. DOMINANSI Altingia excelsa 12,2 / 43,3 x 100% 12,2 adl nilai Dominansi Absolut (Da) 43,3 adl nilai total Da

  18. INDEKS NILAI PENTING (INP) • Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis Altingia excelsa mempunyai indeks nilai penting tertinggi yaitu 61,2 % dan jenis Ficus sp dengan indeks nilai penting terendah 8,7 %.

  19. Mangrove_analisis vegetasi Dengan menggunakan cara yang sama, analisis vegetasi hutan mangrove dapat dipantau dan dianalisis jenis, frekuensi, dominansi dan kerapatannya untuk mendapatkan database termasuk diantaranya zonasi mangrove itu sendiri. Tapi yang perlu diingat adalah perbedaan dalam penentuan besar diameter antara hutan hujan primer dan hutan mangrove BERBEDA.

  20. Hutan Hujan Tropis Pohon  Ø 35 cm Poles atau Tihang  Ø 10 – 35 cm Sapling  > 1,5 m Ø < 10 cm (uk tinggi 1,5-3 m ; 3-5 m ; Ø 5-10 cm) Seedling  Kecambah s/d 1,5 m (0-30 ; 30 – 150 cm) Hutan Mangrove Pohon  Ø 4 cm Poles atau Tihang tidak terdefinisi Sapling Ø < 4 cm dan tinggi > 1 m - Seedling  tinggi < 1 m Perbedaan penentuan tegakanantara hutan hujan tropis dg hutan mangrove

  21. Analisis Kekayaan Biota LAMUN (sea grass communities) Metode : Cover Penutupan

  22. Lamun_Cover Penutupan Estimasi penutupan substrat oleh spesies lamun diadopsi dari Saito dan Atobe (1970) Langkah awal, menempatkan kotak sampling 50 x 50 cm pada substrat, dimana pada kotak sampling tersebut terbagi atas subsampling 10 x 10 cm Total subsampling 25 sektor

  23. Lamun_Cover Penutupan

  24. Lamun_Cover Penutupan Kemudian, mencatat dominansi tiap spesies pada setiap sektor (25 sektor) dg menggunakan klasifikasi dibawah ini Tabel. Klas dominansi penutupan substrat oleh lamun

  25. Lamun_Cover Penutupan Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka penutupan (C) dari tiap spesies pada tiap 50 x 50 cm² dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : C = ∑ (Mi x fi) ∑ f Dimana Mi = persentase mid point untuk klas i f = frekuensi (∑ subsampling yg sama dg dominansi klas i)

  26. Lamun_Cover Penutupan Contoh perhitungan Berikut adalah cover penutupan oleh spesies Thalassia pada lokasi sampling TN Nasional Baluran, Banyuwangi

  27. Lamun_Cover Penutupan Dengan menggunakan data tersebut, maka dapat dibuat tabel seperti dibawah ini :

  28. Lamun_Cover Penutupan Dengan menggunakan rumus seperti tersebut sebelumnya, maka persentase penutupan substrat oleh spesies Thalassia adalah C = ∑ 687,55 = 27,5 % 25 Berarti, persentase penutupan spesies Thalassia untuk satu plot dalam satu transek adalah 27,5 %. Untuk spesies lainnya, juga dilakukan hal serupa. *maksimum perhitungan penutupan yg dpt dilakukan utk suatu spesies adl 75%, bila lebih, maka metode ini menjadi dianggap underestimate atau tidak valuable.

  29. Kelebihan Alat relatif sederhana. Sumberdaya manusia yang dibutuhkan sedikit (minimal 2 orang). Cover penutupan memberikan data jenis spesies yang hidup dilokasi. Kekurangan Membutuhkan waktu yang relatif lama. Skill identifikasi lamun yang tinggi. Kelebihan dan kekuranganmetode cover penutupan

  30. Terima Kasih

More Related