1 / 30

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA: Perkembangan, Arah Kebijakan, dan Prospek

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA: Perkembangan, Arah Kebijakan, dan Prospek. DR. Endy Dwi Tjahjono Kepala Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik - Departemen Statistik. D ISAJIKAN PADA ACARA EVALUASI KURIKULUM DAN TRAINING FOR TRAINERS PENGAYAAN KEBANKSENTRALAN

Télécharger la présentation

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA: Perkembangan, Arah Kebijakan, dan Prospek

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. NERACA PEMBAYARAN INDONESIA:Perkembangan, Arah Kebijakan, dan Prospek DR. Endy Dwi Tjahjono KepalaGrupNeracaPembayarandanPengembanganStatistik - Departemen Statistik DISAJIKAN PADA ACARA EVALUASI KURIKULUM DAN TRAINING FOR TRAINERS PENGAYAAN KEBANKSENTRALAN Yogyakarta, 20 Maret 2014

  2. AGENDA • Teori Keseimbangan Eksternal • Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia • Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia • Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi Berjalan • Prospek dan Arah Kebijakan

  3. I. Teori Keseimbangan Eksternal + • Transaksi berjalan ditentukan oleh level disposable income dan besarnya konsumsi. • Di sisi lain, kondisi transaksi berjalan merupakan hasil dari saving-investment gap yang terjadi pada sektor swasta dan pemerintah. • Transaksi berjalan akandefisitbilakonsumsi lebih tinggi dari disposable income atau level investasi melebihi tabungan.

  4. II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia • Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pd Tw. IV’13 kembali mencatat surplus $4,4 miliar setelah selama tiga triwulansebelumnyamengalami defisit. • Perbaikan ini disumbang oleh penurunan tajam pada defisit transaksi berjalan menjadi $4,0 miliar (1,98% PDB) darisebelumnya $8,5 miliar (3,85% PDB) dan surplus transaksi modal & finansial ygmeningkatmenjadisebesar$9,2 miliar. • Denganperkembangantsb, cadangandevisameningkatdari $95,7 miliarpdakhir Sept’13 menjadi $99,4 miliarpdakhir Des’13, setaradgn 5,5 bulanimpordanpembayaranutangluarnegeriPemerintah.

  5. II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia • Penurunandefisittransaksiberjalanpd Tw. IV’13 terutamadidukungolehnaiknya surplus neracaperdaganganbarang. • Surplus neracaperdagangannonmigasmeningkatkrn ekspor nonmigas mulai tumbuh positif (3,8% yoy) seiring pemulihan ekonomi global dan koreksiharga komoditas yg semakinterbatas. Sementaraitu, impor nonmigasterkontraksi (6,6% yoy) sejalan dg moderasi perekonomian domestikdandepresiasi rupiah. • Defisitneracaperdaganganmigasmenyempitakibatturunnyaimpormigas di saatekspormigasmasihtumbuhpositif. Transaksi Berjalan & Komponennya Transaksi Berjalan & Neraca Perdagangan Nonmigas Neraca Perdagangan Migas

  6. II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia • Setelahsejak Tw. II’12 terusterkontraksi, ekspor nonmigas Tw. IV’13 tumbuh 3,8% (yoy), didorongolehpeningkatanpermintaanekspor. • Di sisi lain, hargakomoditasrelatiflebihbaikdibandingtriwulansebelumnya, meskimasihmengalamipenurunan.

  7. II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia • Volume ekspor 10 komoditasutamapd Tw. IV’13 tumbuhpositifterutamadipengaruhiolehnaiknyapermintaaneksporminyaknabati, alatlistrik, karetdankayuolahan, serta TPT. • Turunnyapermintaanbatubaradanhargakomoditasygmasihtumbuhnegatifmenahanperbaikankinerjaeksporkomoditasutamanonmigaslebihlanjut. Perkembangan Ekspor 10 Komoditas Utama Nonmigas

  8. II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia • Perbaikankinerjaekspornonmigas Tw. IV’13 didukungolehakselerasieksporke China (karetmentah, bauksit, dankertas; total pangsa 17,3%), AS (alatlistrik, alas kaki, makananolahan, udangsegar; total pangsa 25,3%), India (minyakkelapasawit, bijihtembaga, karet; pangsa 43,5%). Perkembangan Ekspor Nonmigas ke 10 Negara Tujuan Utama

  9. II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia • Impornonmigas Tw. IV’13 terkontraksilebihdalamdibandingtriwulansebelumnyaterutamakrnturunnya volume imporbarang modal. Penurunanimpornonmigasterjadipdkelompokbahanbakudanbarang modal, sementaraimporbrgkonsumsimasihterakselerasi.

  10. II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia ...terutamaakibat penarikan pinjamanLN swasta & penarikan simpanan perbankan domestik di LN, yg sebagian ditempatkan pd beberapa instrumen yg disediakan Bank Indonesia. Transaksi modal & finansial Tw. IV’13 mencatat surplus $9,2 miliar, meningkat dibandingkan surplus $5,6 miliarpdtriwulansebelumnya. Arus modal investasi portofolio mengalami penyusutan akibat ketidakpastian global pasca rencana pengurangan stimulus ekonomi di Amerika Serikat. Aliran modal FDI juga tetap kuat dan secara struktur semakin kuatdlm membiayai defisit transaksi berjalan sehingga kondisi eksternal Indonesia semakin sustainable.

  11. III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia • Defisit Transaksi Berjalan terjadi sejak Tw. IV’11 akibat menyusutnya surplus neraca perdagangan barang di tengahdefisitneracajasadanpendapatanygpersisten. • Pada Tw. IV’13, defisit Transaksi Berjalan mengecil seiring meningkatnyasurplus neraca perdagangan barang.

  12. III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia • Berkurangnya surplus neracaperdagangan nonmigas di satusisidipengaruhiolehekspor yg terus menurun akibatmelambatnya permintaan eksternal dan menurunnyaharga komoditas. • Di sisi lain, imporpd akhirnya menurunseiringpermintaandomestikyang termoderasi. Impor Nonmigas dan Perkembangan Harga Ekspor Nonmigas dan Permintaan Dunia

  13. III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia • Produksi minyak ygterusmenurun di tengahtrenpeningkatan konsumsi BBM mendorong tingginyaimporminyakshgdefisit neraca migas melebar. • Komposisi penggunaan BBM terbesar dari sektor transportasi (72%), diikuti oleh sektor layanan umum (12%), dan sektor kelistrikan (11%). Komposisi Konsumsi BBM Lifting Minyak dan Konsumsi BBM

  14. III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia • Tingginyaketergantunganthdppenyediajasaasing (nonresiden), terutamajasa angkutan barang (freight) impor,menyebabkanneracajasapersistenmengalamidefisit. • Jasa travel merupakansatu-satunyakomponenjasapenyumbang surplus. Namundemikian, meningkatnyajumlahpenduduk Indonesia ygbepergianke LN seiringbertambahnyamidle income class dan low cost carrier di tengahlambatnyapertumbuhaninfrastukturpariwisata Indonesia mengakibatkan surplus jasa travel relatifstabil. • Derasnyaaliranmasukmodal asingke Indonesiaselainmencerminkanpersepsipositif investor asingthdp fundamental ekonomi Indonesia, ygdisertaidgntingkatprofitabilitasperusahaanygmasihtinggi, jugaberimplikasipadabesarnyaimbalhasilygditerima investor asingshg defisit neraca pendapatan tetap tinggi. Defisit Neraca Jasa Defisit Neraca Pendapatan

  15. IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi Berjalan Pemerintah dan Bank Indonesia melakukan beberapa kebijakan untuk menurunkan defisit Transaksi Berjalan ke level yang sustainable. • Kebijakan Terkait Nonmigas: • Demand Restraining • Peningkatan rasio GWM – LDR • Kenaikan BI Rate • Penurunan pertumbuhan kredit perbankan • Penerapan LTV sektor properti dan otomotif • Penyesuaian nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya • Shifting to domestic goods consumption / imports restaining • Penerapan pajak impor barang mewah • Penyesuaian nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya

  16. IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi Berjalan Pemerintah dan Bank Indonesia melakukan beberapa kebijakan untuk menurunkan defisit Transaksi Berjalan ke level yang sustainable. • Kebijakan Terkait Migas: • Penyesuaian harga BBM subsidi (memperbaiki struktur APBN) • Kebijakan bauran energi dan penggunaan biofuel • Kebijakan Terkait Transaksi Finansial: • Capital Flows Management • Pelonggaran Month Holding Period • TD Valas • Currency Swap • Financial Deepening • Mini MRA • TD Valas

  17. V. Prospek dan Arah Kebijakan • Pemulihanekonomiduniamasihberlanjut, terutamaditopangolehperbaikanekonominegaramaju. • Perbaikanekonominegaramajuakanmendorongperbaikanpermintaanprodukekspor Indonesia terutamaprodukmanufaktur. Peningkatanpermintaanduniajugaakanmemperbaikihargaekspor Indonesia. Di sisi lain, pertumbuhanekonomi China ygtermoderasiolehkebijakan rebalancing negaratsbakanmempengaruhiperkembanganeksporkomoditas primer pd level yglebihterbatas. • Moderasipertumbuhanekonomi Indonesia masihakanberlanjutdengankomposisi yang lebihseimbang. • Penyesuaiankonsumsidomestik, baikdarirumahtanggamaupunindustri, diperkirakanmasihakanberlanjutpadatahun 2014 sbgdampakkebijakanstabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia danPemerintahselama 2013. • Kedepan, BI tetapfokuspadapengendalianinflasisesuaitarget 4,5 ± 1% dandefisittransaksiberjalanpadakisaran -0,25 – 2,5% PDB. • Dengankombinasiperkembangan global dandomestiksertabeberaparisikokedepanygmasihmewarnaiperkembanganperekonomian, a.l. pergantianpemerintahan, kebijakantapperingAmerikaSerikat, Bank Indonesia akankonsistenmelanjutkankebijakanekonomiketatuntukmenjagatercapainyainflasidankeseimbanganeksternalyg sustainable melaluibaurankebijakanmoneterdanmakroprudential.

  18. Terima Kasih www.bi.go.id

  19. I. Teori Keseimbangan Eksternal • Keterangan: • GDP : gross domestic products • C : private consumption • G : gov’t expenditure • I : gross domestic investment • X : exports • M : imports • CA : current account • NY : net income from abroad • NCT : net current transfers • GNDY : gross national disposable income • Y : GNDY • A : absorption • S : gross saving

  20. II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia Perkembangan Ekspor Nonmigas

  21. II. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia Perkembangan Impor Nonmigas

  22. III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia • Nilaitukarmemilikipengaruh yang lebihsensitifterhadapimpordibandingkanterhadapekspor, sebagaimanaditunjukkanolehelastisitas NT terhadapekspornonmigasdanimpornonmigasmasing-masingsebesar +0,11% dan -0,29%. • Setiapdepresiasisebesar Rp1,000/USD dalam satu tahun akanmeningkatkanekspornonmigassebesarUSD1,4 miliardanmenurunkanimpornonmigassebesarUSD2,8 miliar, sehingganeracaperdagangannonmigasmembaiksebesarUSD4,2miliar , danscr total transaksiberjalanmembaik USD5,4 miliar.

  23. III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia • Ekspor nonmigas lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan luar negeri (WTV) dan faktor harga komoditi dibanding faktor nilai tukar. • Impor nonmigas dipengaruhi oleh faktor nilai tukar, permintaan dalam negeri (domestic demand) dan faktor ekspor nonmigas.

  24. III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia Faktor Determinan Konsumsi BBM • Konsumsi BBM dipengaruhi oleh faktor permintaan dalam negeri (PDB domestik) dan harga BBM dengan elastisitas masing-masing 0,87 dan -0,17. • Dari hasil simulasi, kenaikan harga BBM sebesar Rp1000/liter akan berdampak pada penurunan konsumsi BBM sebesar 9,21 juta barel dalam satu tahun, sehingga mendorong perbaikan neraca perdagangan minyak sebesar USD1,0 miliar.

  25. III. Faktor Determinan Defisit Transaksi Berjalan di Indonesia Transmisi Skenario Fixed Subsidy Terhadap NPI • Fixed Subsidy/kenaikan harga BBM berdampak pada penurunan konsumsi BBM. Trade Balance Migas membaik sehingga mendorong penurunan defisit Transaksi Berjalan. • Peningkatan harga (inflasi) juga mendorong turunnya konsumsi dan investasi yang menyebabkan FDI dan investasi lainnya turun. Namun defisit fiskal yg membaik akibat penurunansubsidi dan BI rate yg meningkat mampu menarikaliranmasukinvestasi portofolio yglebihbesarsehingga TMF membaik. • Secara keseluruhan, penerapan fixed subsidy/kenaikan BBM akan memperbaiki overall balance NPI sehingga mendorong peningkatan cadangan devisa dan menurunkan beban intervensi.

  26. IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi Berjalan Bank Indonesia Sempurnakan Ketentuan Transaksi Swap Lindung Nilai (30 Desember 2013) Bank Indonesia (BI) melakukan penyempurnaan ketentuan terkait Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia dengan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.15/17/PBI/2013 yang akan berlaku tanggal 3 Februari 2014. Transaksi Swap Lindung Nilai kepada BI adalah transaksi swap beli bank dalam valuta asing terhadap Rupiah, dalam rangka lindung nilai yang dilakukan antara bank dengan BI. Penyediaan instrumen swap lindung nilai bagi pelaku pasar domestik tersebut merupakan upaya BI dalam memperdalam pasar valas domestik dimana instrumen swap jangka menengah-panjang masih terbatas. Hal ini ditujukan untuk meminimalkan risiko nilai tukar dan meningkatkan kegiatan investasi di Indonesia. Beberapa penyempurnaan yang diatur dalam PBI tersebut antara lain mengenai perluasan cakupan underlying transaksi, perpanjangan tenor transaksi dan setelmen secara netting, pricing, mekanisme transaksi dan dokumentasi transaksi. Dengan penyempurnaan ini, kontrak lindung nilai dapat dilakukan dengan jangka waktu hingga 3 (tiga) tahun yang dilaksanakan melalui Transaksi Swap Lindung Nilai kepada BI dengan tenor 3 (tiga), 6 (enam), atau 12 (dua belas) bulan. Transaksi tersebut dapat diperpanjang dengan penyelesaian secara netting. Melalui transaksi tersebut, bank dapat melakukan aktivitas lindung nilai atas kegiatan ekonomi baik atas nama nasabah maupun atas nama Bank. PBI ini mencabut PBI No.7/36/PBI/2005 dan akan direview dari waktu ke waktu menyesuaikan perkembangan pasar valas domestik.

  27. IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi Berjalan Penyempurnakan Aturan Rasio LTV/FTV Untuk Stabilitas Sistem Keuangan dan Ketahanan Perbankan (25 September 2013)

  28. IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi Berjalan Langkah-Langkah Lanjutan Penguatan Bauran Kebijakan Bank Indonesia untuk Pengendalian Inflasi, Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah, dan Penurunan Defisit Transaksi Berjalan (29 Agustus 2013) Untuk menambah keragaman tenor dan memenuhi kebutuhan pengelolaan liquiditas valas, lelang Term Deposit (TD) valas dengan tenor overnight (o/n) sudah dimulai sejak hari ini, di samping tenor 7, 14, dan 30 hari yang selama ini telah ada. Bank Indonesia melakukan lelang Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dengan tenor 1 dan 3 bulan. Seperti diumumkan sebelumnya, SDBI adalah instrumen moneter Bank Indonesia dapat diperdagangkan antar-bank di dalam negeri. Selain itu, Bank Indonesia juga mempunyai instrumen term-repo dengan underlying SBI dan SBN yang sewaktu-waktu dapat dilakukan untuk mengantisipasi risiko kemungkinan terjadinya tekanan dan keketatan likuiditas di pasar uang secara industri perbankan. Memperkuat kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan kredit dan manajemen risiko perbankan. Sebagai tindak lanjut keputusan RDG sebelumnya, penguatan ketentuan Loan-to-Value (LTV) terhadap tipe-tipe tertentu kredit kepemilikan rumah dan apartemen akan diberlakukan dalam waktu dekat. Langkah-langkah pengawasan (supervisory action) terhadap bank-bank yang penyaluran kreditnya masih tinggi juga dilakukan. Untuk memperkuat manajemen risiko likuiditas perbankan, dilakukan penguatan ketentuan GWM-LDR dan GWM Sekunder. Bank Indonesia juga akan memperhitungkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) sebagai komponen Giro Wajib Minimum (GWM) Sekunder.

  29. IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi Berjalan • Kebijakan Untuk Meningkatkan Pasokan Valas Secara Lebih Efektif dan Dalam Rangka Pendalaman Pasar Keuangan (23 Agustus 2013). • Memperluas jangka waktu Term Deposit Valas yang saat ini 7, 14, dan 30 hari menjadi 1 hari s.d. 12 bulan. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan keragaman tenor penempatan devisa oleh bank umum di Bank Indonesia. • Merelaksasi ketentuan pembelian valas bagi eksportir yang telah melakukan penjualan Devisa Hasil Ekspor (DHE). Kebijakan ini bertujuan memberikan kemudahan bagi eksportir melakukan pembelian valas dengan menggunakan underlying dokumen penjualan valas. • Menyesuaikan ketentuan transaksi forex Swap bank dengan Bank Indonesia yang diperlakukan sebagai pass-on transaksi bank dengan pihak terkait. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan kedalaman transaksi derivatif. • Merelaksasi ketentuan utang luar negeri (ULN), dengan menambah jenis pengecualian ULN jangka pendek bank, berupa giro rupiah (VOSTRO) milik bukan penduduk yang menampung dana hasil divestasi yang berasal dari hasil penyertaan langsung, pembelian saham dan/atau obligasi korporasi Indonesia serta Surat Berharga Negara (SBN). Kebijakan ini bertujuan mengelola permintaan valas oleh nonresiden tanpa mengurangi aspek kehati-hatian bank dalam melakukan pinjaman luar negeri. • Menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI). Kebijakan ini bertujuan memberikan ruang yang lebih luas bagi perbankan untuk mengelola likuiditas rupiah melalui instrumen yang dapat diperdagangkan, yang pada gilirannya dapat mendorong pendalaman pasar uang.

  30. IV. Kebijakan untuk Menurunkan Defisit Transaksi Berjalan FX Swap SuratEdaran No. 15/24/DPM tanggal 5 Juli 2013 PerihalPerubahanKelimaAtasSuratEdaran Bank Indonesia No.12/18/DPM PerihalOperasiPasarTerbuka Tujuan : FX swap merupakanbagianpenguatanoperasimoneter Bank Indonesia untukpengelolaanlikuiditasvalasdan rupiah di pasar. Dimaksudkansebagaiinstrumenlindungnilai (hedging) bagi investor maupunpengusahaterhadaprisikopergerakannilaitukar Rupiah ataskebutuhanlikuiditasvalasdanrupiahnya. Merupakansalahsatuupaya Bank Indonesia dalammendorongpendalamanpasarmelaluipembentukanharga yang lebihefisiendantransparan, sertapengayaaninstrumen, sehinggapelakupasartidakhanyabergantungpadainstrumencash market dalampengelolaanlikuiditasnya.” Lelang Perdana pada tanggal 18 Juli 2013

More Related