1 / 49

ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN (Pertemuan 2)

ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN (Pertemuan 2). Dosen : Ellysa, ST, MT. Pekerjaan Survey. Titik Kontrol Titik kontrol adalah sejumlah titik yang diketahui koordinatnya ( absis , ordinat , tinggi ) dalam satu sistem koordinat tertentu . Fungsi khusus : Kerangka Dasar Acuan Pengikatan

gerard
Télécharger la présentation

ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN (Pertemuan 2)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN(Pertemuan 2) Dosen : Ellysa, ST, MT

  2. Pekerjaan Survey • TitikKontrol • Titikkontroladalahsejumlahtitik yang diketahuikoordinatnya (absis, ordinat, tinggi) dalamsatusistemkoordinattertentu. • Fungsikhusus : • KerangkaDasar • AcuanPengikatan • KontrolUkuran

  3. Pekerjaan Survey • Titik Triangulasi adalah titik-titik yang tersebar cukup merata dengan kerapatan tertentu, yang meliputi seluruh daerah yang dipetakan. • Titik triangulasi dinyatakan secara fisik dilapangan dengan pilar-pilar beton. • Titik triangulasi merupakan titik kontrol horizontal.

  4. Pekerjaan Survey • Titik kontrol vertikal yaitu titik-titik kontrol tinggi teliti. • Titik kontrol vertikal dikenal sebagai N.W.P. (Nauwkeurigheid Waterpas Peil). • Titik kontrol vertikal dapat dinyatakan dalam sistem umum tehadap muka air laut rata-rata (MSL/Mean Sea Level), dan dalam sistem lokal terhadap tinggi satu titik referensi (BM/Bench Mark).

  5. Pekerjaan Survey • Prinsip-prinsip Pengukuran • Penentuan Posisi Horizontal Posisi horizontal suatu titik dapat ditentukan minimal dari 2 (dua) buah titik yang telah diketahui posisi horizontalnya. • Penentuan Posisi Vertikal Posisi vertikal suatu titik dapat ditentukan minimal dari satu titik lain yang diketahui posisi vertikalnya.

  6. Pekerjaan Survey • Penentuan Kerangka Dasar Pemetaan • Pekerjaan Pemetaan • Pekerjaan Lapangan - Penyuluhan - Pengukuran • Pekerjaan Kantor - Menghitung posisi horizontal dan posisi vertikal untuk keperluan plotting. - Melakukan penggambaran - Melakukan perencanaan/Desain

  7. Pengukuran Jarak • Cara Langsung • Pengukuran jarak cara langsung dapat dilakukan dengan jenis peralatan pita ukur/rantai ukur. • Bila jarak yang diukur tidak panjang, maka dapat dilakukan dengan sekali pengukuran. • Bila jarak yang diukur panjang sekali, sehingga tidak memungkinkan untuk sekali pengukuran, maka dilakukan dengan pengukuran bertahap.

  8. Pengukuran Jarak • Kesalahan-kesalahanPengukuranJarakDengan Pita Ukur/RantaiUkur • Kesalahanpadapengukuranjarakdengan pita ukur/rantaiukurbiasanyabersumberdari: • Surveyor (manusia) • AlatUkur (Pita ukur/rantaiukur) • Alam (temperaturudara)

  9. Pengukuran Jarak • Kesalahanpengukuranjarakdenganalatinidibagimenjadi : • KesalahanTeratur • Panjangalatukur yang digunakan. • Padasaatmendatarkanalatukur. • Perubahantegangan yang diberikanpada alatukur. • Melengkungnyaalatukur. • Penempatanalatukurtidakdigaris yang akandiukur. • Perubahantemperatur.

  10. Pengukuran Jarak • KesalahanTidakTeratur • Tidaktepatnyamenghimpitkankeduaujungalatukur. • Pembacaanskalaalatukur. • Kesalahanmencatat data hasilukuran. • Ketelitianpengukuranjarakdengan pita ukur/rantaiukurtergantungdaribeberapafaktorantara lain: • Kecermatan surveyor, alatukur yang digunakan, • Keadaandaerahtopografi yang diukur, cuaca.

  11. Pengukuran Jarak • ToleransiPengukuranJarak • Untukmedan yang mudah (datar) ti = 0,008√D + 0,0003D + 0,005 • Untukmedan yang agaksukar (lereng) ti = 0,010√D + 0,0004D + 0,005 • Untukmedan yang sangatsukar (curam) ti = 0,012√D + 0,0005D + 0,005 Dimana : ti = toleransi (kesalahan yang diperbolehkan) D = jarak yang diukur (m)

  12. Pengukuran Jarak • Cara TidakLangsung • Pengukuran jarak cara tidak langsung dapat dilakukan dengan jenis peralatan Theodolit dan EDM (Electronic Distance Measurement) • Peralatan Theodolit • Jarak Optis Pengukuran jarak secara optis dilakukan dengan peralatan theodolit dan rambu ukur, dimana bacaan pada rambu masih terbaca.

  13. Pengukuran Jarak • Jarak Basis Tegak Pengukuranjarak basis tegakdilakukandenganperalatantheodolitdanrambuukurbesertaduabuah target. Kegunaandaridua target tersebutadalahuntukmenentukannilaibasisnyakarenapadapengukurancarainibacaanrambuukurtidakterbaca, sehingga yang dibidikadalah target-targetnya.

  14. Pengukuran Sudut • PengukuranSudut • Alat yang dipergunakanuntukmelakukanpengukuransudutadalahTheodolit. • Sudut yang diukurmeliputi : • SudutJurusan/Azimut • SudutVertikal • Sudut Horizontal

  15. Pengukuran Sudut • SudutJurusan/Azimut • Sudutjurusandarisuatutitikadalahsudut yang diukursearahjarum jam darisembarang meridian acuan. • Sudutjurusanbiasanyaberputarmulaidariarah Utara kearahTujuan. • Sudutjurusandarisuatutitik A searahJarum jam ketitik B dinyatakandenganφA-B. • Sudutjurusandarisuatutitik B searahJarum jam ketitik A dinyatakandenganφB-A.

  16. Pengukuran Sudut • SudutJurusan/Azimut

  17. Sistem Koordinat • PengukuranMenentukanKoordinat • DasarPerhitunganKoordinat Hal yang harusdiperhitungkandalamhitungankoordinat : • SudutJurusan • Jarak • Koordinattitikawal

  18. Sistem Koordinat • Mengetahuikoordinattitikawal (A) Xb = Xa + dAB.sin φA-B Yb = Ya + dAB.cos φA-B Dalam I. U. T

  19. Pengukuran Beda Tinggi • SipatDatar • Menentukanbedatinggiberdasarkangarisbidik yang telahmendatardarialatukursipatdatar, dangarisbidik yang telahmendatartersebutdiarahkankerambu yang didirikandisuatutitik yang hendakditentukanbedatingginyadengantitik lain yang jugadidirikanrambu.

  20. Pengukuran Beda Tinggi • MetodaPengukuranSipatDatar • SipatDatarMemanjang • SipatDatarProfil • Sipatdatarprofilmemanjang • Sipatdatarprofilmelintang • Sipatdatarluas (Spot Levelling) • Sipatdatarpenyeberangan (Reciprocal Levelling) • SipatDatarTeliti (Precise Levelling)

  21. Pengukuran Beda Tinggi • Trigonometris • Pengukuranbedatinggisecaratidaklangsung, sebabbedatinggitidaklangsungdidapatkandarihasilpengukurantetapidarihasilhitungan. • Barometris • Pengukuran yang didasarkanpadapenentuan/pengukurantekananudarapadalapisan-lapisanatmosfir.

  22. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • PengukuranSudutVertikal • Tujuan : • Menentukanbesarnyasuduttegak yang terbentukantara 2 titikterhadaparahmendataratauarahvertikal. • Menentukanjarakmendatarantara 2 titik (JarakOptis) • Menentukanjaraktegakantara 2 titik (Beda Tinggi = Δh)

  23. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • SistemDasarPengukuranSudutVertikal • Sudut yang dihitungterhadaparahmendatar pada skalalingkaranvertikal yang disebutSudutMiring (helling = h) • Artinya : Bilateropongdalamkeadaanmendatar, bacaansudutvertikal = 0o • Untukjenistheodolit yang menggunakanhellingsebagaisudutvertikal h : • Besarnyasudutmiringdenganbatasan -90o h  90º • h  0obila target lebihtinggidari pada teropongtheodolit • h  0obilalebihrendahdari pada teropongtheodolit

  24. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • Sudut yang dihitungterhadaparahvertikal (tegak) pada skalalingkaranvertikal yang disebutSudut Zenit (Z) • Artinya : Bilateropongdalamkeadaanmendatar, bacaansudutvertikal = 90o • Untukjenistheodolit yang menggunakan zenit sebagaisudutvertikal Z : • Besarnyasudut zenit denganbatasan 0o, Z, 180o dan 180o Z  360º • Z  90oatau270o Z  270ºbila target bidiklebihtinggidari pada teropongtheodolit • Hubungan antara sudutmiringhelling (h) dan sudut zenit (Z) adalah : h + Z = 90o

  25. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)

  26. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • Keterangan : A, B = Nama titik / patok Dm = Jarak miring D = Jarak Datar Δh = Jarak vertikal / Beda tinggi Z = Sudut Zenit Ti = Tinggi alat P = Jarak vertikal / Garis mendatar terhadap bacaan tengah benang

  27. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • Jarak Miring • Jarak miring dengansudutZenit : Dm = (Ba – Bb) x 100.sin Z • Jarak miring dengansuduthelling : Dm = (Ba – Bb) x 100.cos h • JarakDatar • JarakdatardengansudutZenit : Dm = Dm x sin Z Dm = (Ba – Bb) x 100.sin2 Z

  28. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • Jarakdatardengansuduthelling : Dm = Dm x cos h Dm = (Ba – Bb) x 100.cos2 h • Beda tinggiantaratitik A dantitik B : Δh = (P + Ti) – Bt P = D x Ctg Z P = D x 1/tan Z

  29. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • SipatDatarMemanjang • Dilakukanapabilajarakantaraduabuahtitik yang akanditentukanbedatingginyaterlalujauh. • Jarakantaraduabuahtitikdibagimenjadijarak-jarak yang lebihpendek.

  30. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • Syaratpengukuransipatdatarmemanjang • Banyaknya slag tiapseksiharusgenap • Sebelumdansesudahpengukuranharusdilakukanpemeriksaangarisbidik • Pengukuranbedatinggidilakukanpergi-pulang • Masing-masingpengukurantiap slag dilakukan “double stand” • Pengukuransatuseksiharusselesaidalamsatuhari

  31. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • Diusahakan tiap seksi memenuhi syarat jumlah jarak belakang sama dengan jumlah jarak muka • Pembacaan selalu dilakukan ke rambu belakang baru ke rambu muka • Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang, dan sebaliknya untuk slag berikutnya • Selisih stand I dan stan II tidak boleh lebih dari 2 mm

  32. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • Jarak antara rambu denganalat ukur dihitung secara optis, yaitu : Jarak belakang : Db = (Ba blk – Bb blk) Jarak muka Dm = (Ba mk – Bb mk) • Rambu harus diletakkan tegak lurud di atas titik/pilar atau tatakan rambu • Beda Tinggi dihitung dengan rumus Δh = Bt blk – Bt mk

  33. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • SipatDatarProfil • SipatDatarProfilMemanjang TeknikPengukuran : • Pengukuranbedatinggidilakukanpadasetiaptempat yang mengalamiperbedaan relief ketinggiandanpadatitik/pilartetap. • Pengukuranjarakdilakukandengan pita ukur/rantaiukur, setiappanjang 50 meter diberitandauntukkeperluanprofilmelintang.

  34. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • SipatDatarProfilMelintang TeknikPengukuran : • Pengukuranprofilmelintangdilakukansetiapjarak 50 m danpadasetiaptitik/pilar yang dilewati. • Pengukuranprofilmelintangberjarak 25 m kesebelahkiridankanansumbuprofilmemanjang, dimanapadasetiap 5 m diukurketinggiannya.

  35. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) • SipatDatarProfilMelintang TeknikPengukuran : • Padatitik/pilartetap yang membentuksudut, profilmelintangnyadibuatdalamarahmembagisudutsamabesar. • Bilajarakantaratitik/pilartetapkurangdari 50 m, makapadasisitersebutujungdanpangkalnyadibuatprofilmelintangnya.

  36. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Pengukuran Poligon • Pengertian : • Poligonberasaldarikata polygon yang berarti poly : banyakdangon (gone) : titik. • Poligondigunakansebagaikerangkadasarpemetaan yang memilikititik-titikdimanatitiktersebutmempunyaisebuahkoordinat X & Y.

  37. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • JenisPoligon • PoligonTertutup • Poligon Terbuka TerikatSempurna • Poligon Terbuka TidakTerikatSempurna • Poligon Terbuka TidakTerikat • PoligonDengan 2 atauLebihTitikReferensi

  38. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Satuan Yang Digunakan • Satuanjarak yang dipakaiadalah meter, dimana 1m = 100cm = 1000mm. • Satuansudutadalahderajat, dimana 1derajat samadengan 60 menitatau 3600 detik, dan 1 putaranpenuhmemilikibesaran 360 derajat. • Contoh : 126º50’30” dibaca : 126 derajat, 50 menit, 30 detik

  39. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • MetodePengukuranJarak Jarak yang digunakandalampoligonadalahjarakdatar yang dapatdihasilkandariberbagaicaradiantaranya : • Dari pengamatansebuah pita ukur. • Dari pengamatanrambuukurdengantheodolite. • Dari penghitungan data jarak miring danbesaransudutvertikal. • Dari hasilpenghitungan instant oleh Total Station.

  40. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Contoh Soal 1: Dari gambar di samping : ba = 04.50 dmbt = 04.25 dmbb = 04.00 dmV = 30º00’20” (V adalah hasil pengurangan dari 90˚-bacaan vertikal, karena pada keadaan datar bacaan vertikal pada angka 90˚)

  41. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Jawaban : • d (slope distance) dapatdihitung :d = 100*(ba-bb) *catatan (ba-bt=bt-bb)d = 100*(4.50-04.00)d = 100*0.50d = 50 dmd = 5m • Menghitungjarakdatar : hd = d*cosVhd = 5*cos30º00’20”hd = 4.33 m

  42. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Pengukuran Sudut Horizontal • Dalam pengukuran poligon, sudut yang digunakan adalah sudut yang mempunyai putaran searah jarum jam, jika anda membuat sudut 90º berlawanan arah jarum jam maka sudut yang dihasilkan adalah 270º (sesuai dengan arah jarum jam).

  43. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Cara pengukuran sudut dilakukan seperti gambar di bawah ini :

  44. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Pertama bidik target 1,Set 0º pada bacaan horizontalnya. • Setelah itu bidik target 2Catat bacaan horisontalnya. • Sudut yang dibentuk dari gambar di atas adalah hasil pengurangan dari bacaan target 2 dikurangi bacaan target 1. • Jika pada bacaan target 2 sebesar 270º00’30” maka sudut yang di hasilkan adalah 270º00’30” - 00º00’00” = 270º00’30”

  45. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • (dikarenakan bacaan target 1 diset nol derajat) Ulangi sampai 2 atau 3 kali dengan set bacaan horizontal yang berbeda di target 1, (contoh : 30º, 90º). • Pengulangan ini bertujuan untuk memperkecil kesalahan dan mengindari human error atau salah pencatatan.

  46. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Selainitugunakanbacaanluarbiasadanbiasa, (satusesiatausatuseri). • Sudutbiasa • Bidik target 1. • Set nolpadabacaanhorisontalnya, janganlupadicatat! • Bidik target 2 dancatatbacaannya.

  47. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Selainitugunakanbacaanluarbiasadanbiasa, (satusesiatausatuseri). • Sudutluarbiasa • Putar 180 derajatbaikvertikalataupunsecaraharisontal. • Kembalibidik target 2, tanpamengubahhasilbacaanhorisontalnya. • Catathasilbacaandi target 2, Hasilbacaandi target 2 seharusnyamemilikiselisihkuranglebih 180 derajatdenganbacaan target 2 saatpengukuransudutbiasa. • Setelahitukembalibidikke target 1, catathasilbacaannya.

  48. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Contoh pencatatan hasil pengukuran beserta penghitungan perataannya.

  49. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) • Pada kolom “Rata rata Sudut Horisontal” merupakan hasil pengurangan bacaan target 2 dikurangi bacaan target 1, sedangkan pada baris paling bawah sendiri di kolom yang sama adalah perataan sudut horizontal. • Pada rata rata jarak datar adalah perataan jarak hasil pengukuran. Jadi setiap kali kita mendirikan alat data yang kita dapat adalah 2 jarak antara alat dan kedua target serta satu sudut yang membentuk di tempat berdiri alat dengan kedua target.

More Related