1 / 214

KESELAMATAN KERJA

KESELAMATAN KERJA. ANONDHO WIJANARKO Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. LATAR BELAKANG KESELAMATAN KERJA KECELAKAAN INDUSTRI KIMIA. $1.35BN. $1.4BN. $1.2BN. $950M. $1BN. $800M. $600M. $440M. $300M. $400M. $110M. $200M. $0. '98. '99. '00. '01.

kineta
Télécharger la présentation

KESELAMATAN KERJA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KESELAMATAN KERJA ANONDHO WIJANARKO Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia Keselamatan Kerja

  2. LATAR BELAKANG KESELAMATAN KERJA KECELAKAAN INDUSTRI KIMIA Keselamatan Kerja

  3. $1.35BN $1.4BN $1.2BN $950M $1BN $800M $600M $440M $300M $400M $110M $200M $0 '98 '99 '00 '01 '02* KECELAKAAN INDUSTRI KIMIA • Many potential dangerous chemical substances (risk) • Death or personal injury • High potential magnitude of the occured explosion • Financial loss occured after disaster accident (loss, damage or destruction of property other than the product itself) • Health-care – continuous exposure to error (impact) * 02 Loss Exceeding $50M include: Gas, plant fire, Kuwait $150M Refinery fire, Japan $ 75M Power station flood, Washington State $ 70M Keselamatan Kerja

  4. FLIXBOROUGH, UK (1974) CYCLOHEXANE vapour cloud explosion (28 deaths, 104 injured 3000 evacuated) Keselamatan Kerja

  5. PIPER ALPHA (1988) (167 deaths) Keselamatan Kerja

  6. PHILLIPS 66, PASADENA, TX 1989 (ISOBUTANE LEAK) (23 deaths, 125 injured 1300 evacuated) Keselamatan Kerja

  7. CONCEPT SCIENCES (1999) - KOH + NH2OH (5 deaths) Keselamatan Kerja

  8. AMMONIUM NITRATE EXPLOSION, TOULOUSE, FRANCE (2001) Keselamatan Kerja

  9. Seveso, Italy (1976) – herbicide plant, runaway reaction, chemical release, 447 injured, long term health problems, $50,000,000 Bhopal, India (1984) - pesticide plant, chemical release, 2,500 dead, 200,000 injured, $250,000,000 Chernobyl, USSR (1986) – nuclear reactor, 31 dead, 237 injured, long term health problems, $3,000,000,000. Basle, Switzerland (1986) – chemical warehouse fire, 0 dead, 0 injured, environmental damage. Keselamatan Kerja

  10. PERATURAN KESELAMATAN KERJA UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA Per.05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ILO CODEOF PRACTISE, PREVENTION OF MAJOR INDUSTRIAL ACCIDENTS Keselamatan Kerja

  11. PREVENTION OF MAJOR INDUSTRIAL ACCIDENTS ILO CODEOF PRACTISE Geneva, International Labour Orgasnization, 1991 ISBN 92-2-107101-4 Keselamatan Kerja

  12. ILO CODEOF PRACTISE • Peraturan/standar ILO berupa panduan praktis yang ditetapkan di industri dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan-kecelakaan besar seiring dengan kenaikan produksi, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya • Tujuan panduan praktis adalah untuk memberikan arahan tentang pengaturan administasi, hukum dan sistem teknis untuk pengendalian instalasi bersiko tinggi yang dilakukan dengan memberikan perlindungan kepada pekerja, masyarakat dan lingkungan dengan mencegah terjadinya kecelakan besar yang mungkin terjadi dan meminimalisasikan dampak dari kecelakaan tersebut • Penerapan panduan praktis dilakukan pada instalasi beresiko tinggi yang diidentifikasikan dengan keberadaan zat-zat berbahaya yang membutuhkan perhatian tinggi. Keselamatan Kerja

  13. ILO CODEOF PRACTISE • Instalasi beresiko tinggi berdasarkan jenis dan kuantitasnya menurut panduan praktis: • Industri kimia dan petrokimia • Industri penyulingan minyak • Instalasi penyimpanan gas alam cair (LNG) • Instalasi penyimpanan gas dan cairan yang mudah terbakar • Gudang bahan-bahan kimia • Instalasi penyulingan air bersih dengan menggunakan klorin • Industri Pupuk dan Pestisida • Instalasi beresiko tinggi berdasarkan jenis dan kuantitasnya diluar cakupan panduan praktis: • Instalasi Nuklir • Pangkalan Militer (instalasi biologi, nuklir dan kimia serta pusat persenjataaan) Keselamatan Kerja

  14. ILO CODEOF PRACTISE • Instalasi beresiko tinggi adalah instalasi industri permanen atau sementara, yang menyimpan, memproses atau memproduksi zat-zat berbahaya dalam bentuk dan jumlah tertentu menurut peraturan yang berlaku yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya kecelakaan besar. • Identifikasi bahan berbahaya menurut jenis dan tingkat kuantitas ambang terjadinya kecelakaan besar • Bahan kimia sangat beracun : methyl isocyanate, phosgene • Bahan kimia beracun: acrylonitrile, ammonia, chlorine, sulphur dioxide, hydrogen sulphide, hydrogen cyanide, carbon disulphide, hydrogen fluoride, hydrogen chloride, sulphur trioxide • Gas dan cairan mudah terbakar • Bahan peledak: ammonium nitrate, nitroglycerine, C4, PETN, TNT Keselamatan Kerja

  15. ILO CODEOF PRACTISE • Alur informasi pada instalasi beresiko tinggi • Manajemen keseluruhan instalasi beresiko tinggi harus melaporkan secara rinci aktifitasnya kepada pihak yang berwenang • Laporan keselamatan kerja instalsi beresiko tinggi harus disiapkan oleh manajemen dan berisi informasi teknis tentang disain dan cara kerja instalasi, penjelasan rinci manajemen keselamatan kerja dalam instalasi, informasi tentang bahaya dari instalasi secara sistematis, teridentifikasi dan terdokumentasi serta informasi tentang bahaya kecelakaan dan ketentuan keadaan darurat yang akan mengurangi dampak dari kecelakaan yang akan terjadi. • Semua informasi khususnya yang berkenaan dengan instalasi beresiko tinggi harus disediakan bagi para pihak yang berkepentingan. • Informasi keselamatan kerja yang tepat khususnya pada instalasi beresiko tinggi dikomunikasikan melalui pelatihan kepada pekerja, dan dapat digunakan untuk persiapan pekerjaan dan pengendalian dalam keadaan darurat. Keselamatan Kerja

  16. ILO CODEOF PRACTISE • Audit Instalasi beresiko tinggi • Instalasi beresiko tinggi diaudit oleh manajemen audit yang ditunjuk pemegang otoritas sesuai dengan ketentuan yang berlaku di wilayah instalasi itu berada • Audit mencakup identifikasi kejadian tidak terkendali yang memicu timbulnya kebakaran, ledakan atau terlepasnya zat-zat beracun • Audit mencakup estimasi potensi bahaya sebagai konsekuensi dari ledakan, kebakaran maupun terlepasnya zat-zat beracun • Audit mempertimbangkan potensi efek lanjutan yang terjadi pada instalasi beresiko tinggi lainnya yang ada disekitarnya • Audit mempertimbangkan kesesuaian pengukuran keselamatan kerja yang digunakan dalam identifikasi kemungkinan terjadinya bahaya untuk menjamin validitas hasil audit itu sendiri • Audit memperhitungkan analisa resiko secara menyeluruh dari keterkaitan antara kecelakaan besar yang mungkin timbul dengan letak instalasi beresiko tinggi itu sendiri. Keselamatan Kerja

  17. ILO CODEOF PRACTISE • Manajemen pengendalian resiko kecelakaan dan pengamanan pada instalasi beresiko tinggi meliputi: • Disain, fabrikasi dan penginstalasian pabrik yang aman, termasuk penggunaan komponen peralatan bermutu tinggi • Pemeliharaan pabrik secara rutin • Pengoperasian pabrik sesuai prosedur yang berlaku • Pengelolaan keselamatan lingkungan kerja secara baik • Inspeksi secara rutin terhadap keseluruhan instalasi yang diikuti dengan perbaikan atau penggantian komponen peralatan yang dibutuhkan • Pengawasan rutin terhadap keamanan dan sistem pendukungnya • Ketersediaan dan inspeksi rutin peralatan keselamatan kerja yang dapat digunakan dalam kondisi darurat • Analisa bahaya dan resiko yang terjadi akibat kerusakan komponen peralatan, pengoperasian instalasi yang abnormal, faktor kesalahan manusia dan manajemen, pengaruh kecelakaan yang terjadi di sekitar instalasi, bencana alam, tindakan kejahatan dan sabotase • Analisa komprehensif terhadap modifikasi peralatan dan instalasi baru • Penyebaran informasi dan pelatihan keselamatan kerja bagi setiap pekerja pada instalasi tersebut • Penyebaran informasi secara berkala kepada masyarakat yang tinggal atau bekerja di sekitar lokasi instalasi industri Keselamatan Kerja

  18. ILO CODEOF PRACTISE • Analisa Bahaya dan Resiko meliputi: • Identifikasi bahan beracun, reaktif dan eksplosif yang disimpan, diproses atau diproduksi • Identifikasi kegagalan potensial yang dapat menyebabkan kondisi pengoperasian abnormal dan menimbulkan kecelakaan • Analisa konsekuensi dari kecelakaan yang terjadi terhadap pekerja dan masyarakat sekitar • Tindakan pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan Keselamatan Kerja

  19. ILO CODEOF PRACTISE • HAZOP (an example of Hazard and Risk Analysis) • Identifikasi penyimpangan/deviasi yang terjadi pada pengoperasian suatu instalasi industri dan kegagalan operasinya yang menimbulkan keadaan tidak terkendali • Dilakukan pada tahap perencanaan untuk instalasi industri baru • Dilakukan sebelum melakukan modifikasi peralatan atau penambahan instalasi baru dari instalasi industri lama • Analisa sistematis terhadap kondisi kritis disain instalasi industri, pengaruhnya dan penyimpangan potensial yang terjadi serta potensi bahayanya • Dilakukan oleh kelompok para ahli dari multi disiplin ilmu dan dipimpin oleh spesials keselamatan kerja yang berpengalaman atau oleh konsultan pelatihan khusus Keselamatan Kerja

  20. ILO CODEOF PRACTISE • Perencanaan Keadaan Darurat • Bertujuan untuk melokalisasi bahaya dan meminimalisasi dampaknya • Identifikasi jenis-jenis kecelakaan yang potensial • On site emergency • Perencanaan keadaan darurat didasarkan pada konsekuensi yang timbul dari kecelakaan besar yang potensial • Penanganan keadaan darurat dilakukan tenaga penanggulangan kecelakaan dalam jumlah yang cukup • Perencanaan keadan darurat merupakan uji dan pengidentifikasian kelemahan instalasi industri yang akan secepatnya diperbaiki • Antisipasi bahaya dengan memperhatikan: kekerapan terjadinya kecelakaan, hubungan dengan pihak berwenang di luar lokasi, prosedur menghidupkan tanda bahaya, komunikasi internal dan eksternal instalasi serta lokasi dan pola pengaturan dari pusat pengelola gawat darurat • Fasilitas penanganan keadaan darurat: telepon, radio dan alat komunikasi internal-eksternal yang memadai, peta yang menunjukan keberadaan bahan berbahaya, alat penunjuk arah dan pengukur kecepatan angin, alat penyelamatan diri, daftar lengkap pekerja, ... • Off site emergency • Perencanaan disiapkan oleh dan merupakan otoritas yang kompeten yang diatur melalui kebijakan, peraturan atau perundangan. • Perencanaan ini merupakan antisipasi dari bahaya dalam skala besar dan penanganannya terkait dengan otoritas lokal penanggulangan kecelakaan • Perencanaan didasarkan pada informasi atas konsekuensi yang timbul dari kecelakaan besar yang potensial Keselamatan Kerja

  21. ILO CODEOF PRACTISE • Konsultan Keselamatan Kerja Tugas dan wewenang: • Membuat analisa bahaya dan resiko serta mempersiapkan laporan keselamatan kerja bekerjasama dengan manajemen audit • Menetapkan garis besar disain dan operasi instalasi industri yang aman, serta pengaplikasiannya dalam desain peralatan, proses kendali, pengoperasian secara manual, ... • Menganalisa konsekuensi dari kecelakan potensial dengan permodel dampak potensialnya • Menetapkan penanganan keadaan darurat on site dan perencanaan keadaan darurat off site • Melakukan pelatihan pada pekerja Keselamatan Kerja

  22. UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja

  23. UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 • 3 unsur keberlakuan UU • Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha. • Adanya tenaga kerja yang bekerja disana. • Adanya sumber-sumber bahaya kerja di tempat itu. • Pengawasan Keselamatan Kerja • Pengawasan secara langsung dilakukan pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja. • Pengawasan secara tidak langsung termasuk oleh manajemen puncak yang hanya melakukan audit terhadap usaha perbaikan dari hasil pelaporan pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja. Keselamatan Kerja

  24. UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 • UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA mengatur keselamatan kerja disegala tempat kerja baik itu di darat, laut dan udara dalam wilayah NKRI • UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA bertujuan untuk mengurangi kecelakaan, mengurangi adanya bahaya peledakan, memaksa peningkatan kemampuan pekerja dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan dan pemberian alat-alat pelindung kepada pekerja terutama untuk pekerjaan yang memiliki resiko tinggi serta membantu terciptanya lingkungan kerja yang kondusif seperti penerangan tempat kerja, kebersihan, sirkulasi udara serta hubungan yang serasi antara pekerja, lingkungan kerja, peralatan dan proses kerja. Keselamatan Kerja

  25. UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 • Sumber bahaya kerja diidentifikasikan terkait erat dengan: • Kondisi mesin, pesawat, alat kerja serta peralatan lainnya • Bahan berbahaya (Explosive, Flameable, Poison) • Lingkungan • Sifat pekerjaan • Cara kerja • Proses produksi Keselamatan Kerja

  26. UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA berisi petunjuk teknis mengenai apa yang harus dilakukan oleh dan kepada pekerja untuk menjamin keselamatan pekeja itu sendiri, keselamatan umum dan produk yang dihasilkan karena begitu banyak proses yang dilakukan dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan perubahan resikko pekerjaan yang dihadapi pekerja di tempat kerjanya. Keselamatan Kerja

  27. UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970 • Pengawasan Keselamatan Kerja • Monitoring dan pengambil keputusan tindakan perbaikan keselamatan kerja • Tindakan perbaikan keselamatan kerja (Continuous Improvement) seperti perbaikan cara dan proses kerja, pemeriksaan rutin kesehatan pekerja, retribusi keselamatan kerja. Keselamatan Kerja

  28. HAZARD MANAGEMENT Keselamatan Kerja

  29. Latar Belakang • Kecelakaan industri terutama disebabkan oleh HUMAN FAILURE, di mana sering ditemukan faktor manusia dalam penelusuran sebab terjadinya kecelakaan. Pencegahan kecelakaan harus menempati perhatian yang khusus dalam fungsi manajerial secara keseluruhan. • Bagian manajemen kekhususan (insinyur, teknisi, perancang, field operator, lembaga pelatihan) sering kurang menghargai kebutuhan untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip pencegahan terhadap kecelakaan di dalam lingkup kerja mereka. Metode yang tidak aman merupakan proporsi tertinggi dari penyebab terjadi kecelakaan. Keselamatan harus menjadi bagian yang integral dari pelaksanaan industri manapun, dan harus menjadi bahan pertimbangan sejak tahap perancangan, tahap perencanaan produksi, serta pelatihan operator. Keselamatan Kerja

  30. TANGGUNG JAWAB MANAJEMENKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Tanggung jawab manajemen sebuah perusahaan yang berkaitan dengan keselamatan kerja dalam kegiatan industri Tanggung jawab Ekonomi Biaya kecelakaan akibat kecelakaan dalam pabrik berimbas langsung pada hasil produksi dan keselamatan pekerja lapangan, merugikan perusahaan, penanam saham, karyawan secara keseluruhan dan pelanggan. Biaya memperkenalkan dan mempertahankan organisasi keselamatan kerja untuk mengurangi serta mengeliminasi kecelakaan. Tanggung jawab terhadap Sumber Daya Manusia Kewajiban untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, menyediakan proses kerja yang aman dalam rangka produksi maksimal. Kewajiban untuk mengambil langkah-langkah eliminasi kondisi tidak aman yang dapat berakibat terjadinya luka, kematian, stress, dan hal lainnya yang terjadi pada setiap karyawan maupun keluarganya Tanggung jawab Legislatif Memastikan terpenuhinya undang-undang mengenai kecelakaan industri, keamanan terhadap kesehatan dan kebakaran. Undang-undang ini terutama untuk melindungi karyawan dan masyarakat secara umum, dan tidak hanya untuk melindungi bisnis yang dijalankan perusahaan. Keselamatan Kerja

  31. ANALISA KESELAMATAN KERJAHazard Material CommunicationPengenalan bahan bahaya kepada para pekerja sehingga mampu melakukan tindakan yang sesuai untuk menanganinya.Analisa HIRA (Hazard Identification and Risk Assesstment)Identifikasi bahaya dan kajian resiko kegiatan dalam proses operasi dan produksi dipilah-pilah menjadi sub kegiatan yang lebih kecil dan spesifik.JSA (Job Safety Analysis) Varian dari analisa HIRA, JSA dilakukan apabila suatu aktivitas melakukan pemasangan terhadap suatu peralatan tertentu dalam fasilitas operasi sebuah pabrik/industri proses.Analisa HAZID (Hazard Identification) Proses pengidentifikasian terhadap bahaya yang mungkin terjadi secara umum pada fasilitas operasi sebuah pabrik/ industri.Analisa HAZOP Identifikasi keselamatan, bahaya & masalah operasi yang berhubungan dengan proses yang secara langsung mengancam keselamatan pekerja produksi/penyebab masalah operasi. Menentukan keseriusan dampak masalah teridentifikasi.Identifikasi secara engineering & procedural safeguards yang sebelumnya telah dibuat. Evaluasi kelayakan engineering & procedural procedural safeguards.Rekomendasi safeguards atau prosedur operasi tambahan jika diperlukan. Keselamatan Kerja

  32. ASPEK PENTING KESELAMATAN KERJA DALAM KEGIATAN INDUSTRI KESELAMATAN KERJA SANGATLAH PENTING DALAM INDUSTRI, KARENA BEBERAPA ASPEK BERIKUT: Produktivitas Kecelakaan dalam industri akan menghambat produksi atau bahkan menghentikannya. Dengan demikian, akan terjadi loss of man-hour dan loss of material. Investasi Kecelakaan dalam industri akan berakibat terhadap infrastruktur maupun mesin dan peralatan yang ada di dalamnya. Dengan demikian, akan terjadi loss of asset, di mana aset yang semula diharapkan dapat membantu produksi hingga jangka waktu lama akan berkurang atau habis. IMEJ PERUSAHAAN Kecelakaan dalam industri menimbulkan masalah kepercayaan terhadap lingkungan serta proses industri yang dijalankan perusahaan. Masalah ini berkaitan dengan kepercayaan investor untuk tetap menanamkan modalnya, kepercayaan pelanggan untuk tetap membeli, serta kepercayaan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Keselamatan Kerja

  33. PENGENALAN BAHAN BERBAHAYA Keselamatan Kerja

  34. US Department of Transportation Regulation Hazardous Material Materials that were flammable, explosive, corrosive, toxic, radioactive or if it readily decomposes to oxygen at elevated temperatures. Keselamatan Kerja

  35. US Department of Transportation Regulation Corrosive Materials • Materials that evoke a chemical process which converts minerals and metals into unwanted products • Acidity (HCl, H2SO4, ClSO3H, HF, HCOOH, CHCOOH) Oxidizing agent (HClO4, H2SO4 , HNO3) Hygroscopic (H2SO4), Alkalis (KOH, NaOH) Keselamatan Kerja

  36. US Department of Transportation Regulation Toxic Materials • Materials which, upon entering an human body is capable of producing disease or death • Toxicity factor consist of (1) The quantity of the material (2) The rate and extent to which the material is absorbed into the bloodstream via intravenous, inhalation, intraperitoneal, intramuscular, subcutaneous, oral or cutaneous (3) The rate and extent to which the material is biologically transformed in the body to breakdown product. • HEAVY METAL POISONS (Arsenic, Lead, Mercury salts), toxic gases (Asphyxiant (CO, HCN, NO), Irritant (NO2, H2S, SO2) Anesthetic (diethyl eter, N2O2)), organic pesticides (insecticide Aldrin, DDT, Parathion, Chlordane, Diazinon, Dieldrine, Lindane, Malathion, Methoxychlor, Carbyl) • Protection : (1) Recirculating oxygen (2) Demand compressed air/O2 (3) Recirculating self generating oxygen (4) suits wear that made of material impervious to the toxic material Keselamatan Kerja

  37. US Department of Transportation Regulation Explosive Materials • Materials in the form of compound or mixture of compound which suddenly undergoes a very rapid chemical transformation with the simultaneous production of large quantities of heat and gases (CO, CO2, N2, steam, O2) and always accompined by a vigoros shock and an associated noise (brisance) • Nitroglycerin, TNT, lead trinitroresorcinate (lead styphnate), lead azide Pb(N3)2, mercury fulminate (Hg(CNO)2, cyclonite (RDX), tetryl, pentraerythritol tetranitrate (PETN), dynamite Keselamatan Kerja

  38. U.S. Department of LabourOccupational Safety and Health Administration(OSHA) MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) Keselamatan Kerja

  39. Material Safety Data Sheet (MSDS) • A Material Safety Data Sheet (MSDS) is designed to provide both workers and emergency personnel with the proper procedures for handling or working with a particular substance. MSDS's include information such as physical data (melting point, boiling point, flash point etc.), toxicity, health effects, first aid, reactivity, storage, disposal, protective equipment, andspill/leak procedures. These are of particular use if a spill or other accident occurs. U.S. Department of LabourOccupational Safety and Health Administration(OSHA) Keselamatan Kerja

  40. Material Safety Data Sheet (MSDS) • Purpose: Prepared by Chemical Manufacturers or Importers to describe characteristics of the product and to provide information concerning potential hazards U.S. Department of LabourOccupational Safety and Health Administration(OSHA) Keselamatan Kerja

  41. Sections of an MSDS and Their Significance OSHA specifies the information to be included on an MSDS, but does not prescribe the precise format for an MSDS. A non-mandatory MSDS form (see OSHA Form 174 on page 6 of this manual) that meets the Hazard Communication Standard requirements has been issued and can be used as is or expanded as needed. The MSDS must be in English and must include at least the following information. U.S. Department of LabourOccupational Safety and Health Administration(OSHA) Keselamatan Kerja

  42. SECTIONS OF AN MSDS AND THEIR SIGNIFICANCE • SECTION I. CHEMICAL IDENTITY • SECTION II. HAZARDOUS INGREDIENTS • SECTION III. PHYSICAL AND CHEMICAL CHARACTERISTICS • SECTION IV. FIRE AND EXPLOSION HAZARD DATA • SECTION V. REACTIVITY DATA • SECTION VI. HEALTH HAZARDS • SECTION VII. PRECAUTIONS FOR SAFE HANDLING AND USE • SECTION VIII. CONTROL MEASURES U.S. Department of LabourOccupational Safety and Health Administration(OSHA) Keselamatan Kerja

  43. MATERIAL SAFETY DATA SHEET PRODUCT NAME(S): 5 STAR Acetone PRODUCT CODE: #5910 (GALLON) SECTION I - MANUFACTURER IDENTIFICATION MANUFACTURED FOR: 5-Star Autobody Products ADDRESS: 9419 E. San Salvador Drive \x{2013} Suite 4Scottsdale, AZ 85258 EMERGENCY PHONE: Chemtrec (800)424-9300 INFORMATION PHONE: (480) 451-4451 D.O.T. Hazardous Class: Paint, Flammable Liquid UN 1090 SECTION II - HAZARDOUS INGREDIENTS REPORTABLE COMPONENTS CAS NUMBER VAPOR PRESSUREWEIGHT PERCENT mm Hg @ temp *ACETONE 67-64-1 185mm Hg @ 68 F 100% *Indicates toxic chemical(s) subject to the reporting requirements of Section 313 of Title III and of 40 CFR 372. Keselamatan Kerja

  44. SECTION III - PHYSICAL CHARACTERISTICS PHYSICAL FORM: LIQUID COLOR: COLORLESS ODOR: ACETONE ODOR THRESHOLD: 13 ppm SPECIFIC GRAVITY @ 20C/68F (WATER=1): 0.79 VAPOR DENSITY (AIR=1): 2.0 EVAPORATION RATE (n-butyl acetate=1): 5.7 EVAPORATION RATE (diethyl ether=1): 2.1 BOILING POINT: 56C/133F. MELTING POINT: -94C/-137F. Ph: NOT APPLICABLE SOLUBILITY IN WATER: Complete FLASH POINT (TAG CLOSED UP): -20C/-4F LOWER EXPLOSIVE LIMIT AT 25C/77F: 2.8 VOLUME % UPPER EXPLOSIVE LIMIT AT 24C/75F: 13.2 VOLUME % AUTOIGNITION TEMPERATURE (ASTM D 2155): 538C/1000F SENSITIVITY TO MECHANICAL IMPACT: INSENSITIVE SENSITIVITY TO STATIC DISCHARGE: MATERIAL IS UNLIKELY TO ACCUMULATE A STATIC CHARGE WHICH COULD ACT AS AN IGNITION SOURCE Keselamatan Kerja

  45. SECTION IV - FIRE AND EXPLOSION HAZARD DATA FLASH POINT(Closed cup) -20oC/-4oF. APPROXIMATE FLAMMABLE LIMITS: 2.8%-13.2% EXTINGUISHING MEDIA: Water Spray, Dry Chemical, Carbon Dioxide (CO2), Alcohol Foam SPECIAL FIREFIGHTING PROCEDURES: Wear self-contained breathing apparatus and protective clothing. USE WATER WITH CAUTION. The fire could easily be spread by the use of water in an area where the water could not be contained. Use water spray to keep fire-exposed containers cool. Water may be ineffective in fighting the fire. HAZARDOUS COMBUSTION PRODUCTS: Carbon Dioxide, Carbon Monoxide UNUSUAL FIRE AND EXPLOSION HAZARDS: Extremely flammable. Vapors may cause a flash fire or ignite explosively. Vapors may travel considerable distance to a source of ignition and flash back. Prevent backup of vapors or gases to explosive concentrations. SECTION V - REACTIVITY DATA STABILITY: Stable INCOMPATIBILITY: Material can react violently with strong oxidizing agents, strong acids. HAZARDOUS POLYMERIZATION: Will not occur Keselamatan Kerja

  46. SECTION VI - HEALTH HAZARD DATA EFFECTS OF EXPOSURE: Extensive human experience and animal data indicate that acetone is of low toxicity. However, ingestion of very large amounts or inhalation of extremely high vapor concentrations can cause irritation, nausea, vomiting, confusion, drowsiness, convulsions and coma with possible liver and kidney injury. Based on animal data and structure-activity relationships, this product is NOT expected to cause nervous system damage. INHALATION HEALTH RISKS AND SYMPTOMS OF EXPOSURE: High vapor concentrations may cause drowsiness and irritation. SKIN AND EYE CONTACT HEALTH RISKS AND SYMPTOMS OF EXPOSURE: Eyes: Causes ittitation to the eyes. However, immediate flushing of the eyes with water will minimize any irritative effect. High vapor concentrations may cause irritation to the eyes. Shin: Prolonged or repeated contact may cause drying, cracking or irritation. INGESTION HEALTH RISKS AND SYPTOMS OF EXPOSURE: Expected to be a low ingestion hazard. CARCINOGENICITY CLASSIFICATION: International Agency for Research on Canser (IARC): Not Listed American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH): Not Listed National Toxicology Program (NTP): Not Listed Occupational Safety & Health Administration (OSHA): Not Listed Chemical(s) subject to the reporting requirements of Section 313 or Title III of the Superfund Amendments and Reauthorization ACT (SARA) of 1986 and 40 CFR Part 372: NONE SARA (USA) Sections 311 and 312 hazard classification(s): Fire hazard, immediate (acute) health hazarad. MEDICAL CONDITIONS GENERALLY AGGRAVATED BY EXPOSURE: Do not use this product if you have chronic lung or breathing problems. EMERGENCY AND FIRST AID PROCEDURES: Inhalation: Move to fresh air. Treat symtomatically. Get medical attention if symptoms persist. Eyes: Immediately flush with plenty of water for at least 15 minutes. If easy to do, remove contact lenses. Get medical attention. In case of irritation from airborne exposure, move to fresh air. Get medical attention if symptoms persist. Skin: Wash with soap and water. Remove contaminated clothing and shoes. Get medical attention if symptoms occur. Wash contaminated clothing before reuse. Ingestion: Seel medical advice. Keselamatan Kerja

  47. SECTION VII - PRECAUTIONS FOR SAFE HANDLING AND USE STEPS TO BE TAKEN IN CASE MATERIAL IS RELEASED OR SPILLED: Remove all sources of ignition(sparks, flames, and hot surfaces). Avoid breathing vapors. Ventilate area. Remove with an inert absorbent and non-sparking tools. WASTE DISPOSAL METHOD: Disposed in accordance with state, federal and local regulations. Do not incinerate closed containers. PRECAUTIONS TO BE TAKEN IN HANDLING AND STORING: Keep containers tightly closed in a cool, dry well ventilated area away from all possible ignition sources. Store large quantities of material in buildings designed for the storage of flammable liquids. OTHER PRECAUTIONS: Employees should be trained in safety measures that should be taken when using this product. SECTION VIII - CONTROL MEASURES RESPIRATORY PROTECTION: Avoid breathing vapors or spray mist. Wear a properly fitted respirator approved by NIOSH/MSHA (TC-23c)for use with paints during application and until all vapors are exhausted. In confined areas, or where continueuous spray operations are typical, or proper respirator fit is not possible, wear a positive-pressure supplied air respirator (TC-19c). In all cases follow respirator manufactures directions for respirator use. Do not allow anyone without protection in the area. VENTILATION: Provide sufficient ventilation to keep contaminates below applicable OSHA requirements. PROTECTIVE GLOVES: Neoprene gloves impervious to organic solvents recommended. EYE PROTECTION: Use safety eyewear designed to protect against liquid splash. OTHER PROTECTIVE CLOTHING OR EQUIPMENT: Impervious coveralls recommended. WORK/HYGIENIC PRACTICES: Eye wash and safety showers in the work place are recommended. Wash hands before eating and smoking. Keselamatan Kerja

  48. SECTION IX - DISCLAIMER The information contained in this safety data sheet is information from our suppliers and other sources. It is believed to be reliable. This data is not to be taken as a warranty or representation for which this company assumes legal responsibility. We appreciate your interest in 5 Star Autobody Products! For more information about these and other 5 Star Autobody Products or for the location of the 5 Star Distributor nearest you, contact us at: 5 STAR AUTOBODY PRODUCTS 9419 E. San Salvador DriveSuite #104Scottsdale, AZ 85258 Phone: 480-451-4451 Keselamatan Kerja

  49. PERALATAN KESELAMATAN KERJA Keselamatan Kerja

  50. PERALATAN KESELAMATAN KERJA SEPATU KERJA COVERALLS/JACKET SARUNG TANGAN KERJA KACAMATA PENGAMAN TOPI KESELAMATAN (HELM) HELM PENGELASAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN Keselamatan Kerja

More Related