1 / 12

SANG PEMIMPI

SANG PEMIMPI. Disusun Oleh : Tri Indriyastuti NIM : 0605250/20 Kelas : Bahasa B. Sinopsis.

laddie
Télécharger la présentation

SANG PEMIMPI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SANG PEMIMPI Disusun Oleh : Tri Indriyastuti NIM : 0605250/20 Kelas : Bahasa B

  2. Sinopsis Aku dan Arai ditakdirkan seperti sebatang jarum diatas meja dan magnet dibawahnya. Sejak kecil kami melekat kesana kemari. Aku semakin dekat dengannya karena jarak antara Aku dan abang pangkuanku, abangku langsung, sangatjauh. Arai adalah saudara sekaligus sahabat terbaik buatku. Aku dan Arai beruntung sempat melihat aksinya. Ketika itu kami masih kelas empat di Sekolah Dasar. Ia sungguh-sungguh pria tua jempolan. A put, namanya terpesona aku dibuatnya. Waktu itu Aku menganggapnya manusia paling hebat ketiga di dunia ini setelah ayahku dan seorang laki-laki berjanggut lebat, senang memakai jubah, bermata syahdu meradang yang tinggal di Jakarta dan menciptakan lagu merdu berjudul “Begadang”. A put adalah Dokter Gigi kampung kami, dukun gigi lebih tepatnya. Mengaku mendapat ilmunya dari peri tempayan, laki-laki Hokian itu sungguh sakti mandra guna.

  3. Karena di kampong orang tua ku tak ada SMA, setelah tamat SMP Aku, Aray dan Jimbron merantau ke Magai untuk Sekolah di SMA Bukan Main. Pada saaat itulah PN Timah Belitong, perusahaan dimana sebagian orang Melayu menggantungkan periuk Belanganya, termasu ayahku, terancam kolaps. Gelombang besar karyawan di-PHK. Ledakan PHK itu memunculkangelombang besar anak-anak yang terpaksa berhenti sekolah dan tak pilihan selain bekerja untuk membantu orang tua. Anak-anak yang kuat tenaganya menjadi pendulang timah. Mereka seharian berendam didalam Lumpur, mengaduk-aduk aluvial, meraba-raba uat timah bawah tanah, mempertaruhkan kelangsungan hidup pada kemampuan menduga-duga

  4. Mereka yang kuat nyalinya bekerja di bagan tengah laut. Pekerjaan yang berbahaya yang berbulan-bulan baru bias bertemu denngan keluarga. Mereka yang kuat tenagadan nyalinya siang malam mencedok pasir gelas untuk mengisi tongkang, makan seperti jembel dan tidur dibawah garden truk, melingkar seperti biawak. Menjadi pendulang, nelayan bagan, dan kuli pasir, berarti mengucapkan selamat tinggal pada Tut Wuri Handayani. Sebelum menjadi kuli ngambat kami pernah memiliki pekerjaan lain yang juga memungkinkan untuk tetap sekolah, yatiu sebagai penyelam di Padang golf. Penjaga Padang golf akan membayar untuk setiap bola golf yang dapat diambil pada kedalaman hamper tujuh meter didasar Danau.

  5. Pada hari pembagian raport, ayah ibuku telah menyiapkan segalanya,. Didalam Aula, Pak Mustar mengurutkan dengan teliti seluruh ranking dari tiga belas angkatan pertama SMA kami. Dari ranking pertama sampai terakhir 160. Semua orang tua murid dikumpulkan di Aula dengan nomor kursi besar-besar., sesuai ranking anaknya. Maka pembagian raport adalah acara yang dapat membanggakan bagi sebagian orang tua sekaligus memalukan bagi segagian yang lainnya. “Sepuluh terbaik itu adalah anak-anak Melayu avant grade, garda depan”. Dan kebetulan Aku dan Aray berada di garda depan. Aku urutan ketiga, Aray kelima. Adapun Jimbron, mempersembahkan nomor kursi 78 untuk pendeta Geo. Selesai menerima raport, ayahku keluar dri Aula dengan tenang dan dapat kutangkap keharuan sekaligus kebanggan yang sangat besar dalam dirinya.

  6. Aku seakan melihat diriku sendiri, Ara, dan Jimbron, sempoyongan memikul puluhan kilo ikan dari perahu menuju stanplat.Tiga tahun penuh kami melakukan pekerjaan yang paling kasar di dermaga itu. Menahan kantuk lelah, lelah, dan dingin dengan meraupi seluruh tubuh kami dengan kehangatan mimpi-mimpi. Betapa kami adalah para pemberani, para patriot nasib. Dengan kaki tenggelam didalam Lumpur sampai ke lutut kami tak surut menggantungkan cita-cita di bulan. Ingin sekolah ke Perancis. Ingin menginjakkam kaki-kaki miskin kami diatas altar suci almamater Sorbonne, ingim menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. Aku masih seekor pungguk buta dan mimpi-mimpi itu masih rembulan, namum sebenderang rembulan dini hari, mimpi-mimpi itu masih bercahaya dalam dadaku. Berbulan-bulan Aku dan Arai berdebar-debar menunggu keputusan penguji beasiswa. Lima belas orang dari ribuan pelamar adalah peluang yang amat sempit.

  7. Kalaupun kami lulus, peluang Aku dan Arai mendapatkan Universitas di Uni Eropa yang tersebar mulai dari tepi paling Barat Skotlandia sampai ke pinggir paling timur. Yaitu Universitas di Negara-negara bagian Rusia., juga kecil. Disisi lain kami juga meras pengumuman beasiswa ini sangat penting menentukan arah kami selanjutnya. Setiap hari kami was-was menunggu surat dari Tuan Pos. Aku beranjak membawa surat ku dan duduk di tangga rumah panggung kami. Ibuku membuka surat itu pelan-pelan dan membacanya. Beliau tercengang lalu mengangkat wajahnya, memandang jauh, matanya berkaca-kaca. Detik itu aku langsung tahu bahwa aku lulus. Ayahku tersenyum bangga. Aku terbelalak ketika membaca Universitas yang menerimaku. “ Alhamdulillah,” kata ayh-ibuku berulang-ulang. Ayahku merengkuh pundakku. Tangan kulinya yang hitam, tua, dan kasar melingkari leherku

  8. Sejak dulu ia mendaftarkanku masuk kelas satu di SD Muhammadiyah, senyum bangga itu tak pernag terhapus dari wajahnya. Kini aku mengerti sepenuhnya arti senyum ayahku: bahwa sejak dulu, sejak aku masih sekolah di SD miskin Muhammadiyah, ia telah yakin suatu hari aku akan mendapat beasiswa oendiidkan tinggi. Ia tak pernah sekalipun berhenti meyakini anaknya. Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang. Hari ini seluruh ilmu umat manusia menjadi setitik air diatas samudra pengetahuan Allah.

  9. Kutipan • Ia tersenyum penuh semangat. Agaknya ia juga bertekad memerdekakan dirinya dari duka mengharu biru yang membelenggunya seumur hidup. Ia telah berdamai dengan kepedihan dan siap menantang nasibnya. Jahitan kancing bajunya yang rapuh saru persatu terlepas hingga bajunya melambai-lambai seperti sayap kumbang sagu tadi. Ia menggoyang-goyang tubuhnya bak rajawali di angkasa luas. “Dunia…!!! Sambutlah aku….!! Ini aku, Arai, dating untukmu…!!” Pasti itu maksunya. (Halaman 29)

  10. Menjadi pendulang, nelayan bagan, dan kuli pasir, berarti mengucapkan selamat tinggal pada Tut Wuri Handayani. Mereka yang masih bersemangat sekolah umumnya bekerja di warung mie rebus. Mencuci piring dan setiap malam pulang kerja harus menggerus tangan tujuh kali dengan tanah karena terkena minyak babi. Atau menjadi buruh pabrik kepiting. Berdiri siang malam menyiangi kepiting untuk dipaketkan ke Jakarta dengan risiko dijepiti hewan nakal itu. Atau, seperti aku, Arai, dan Jimbron, menjadi kuli ngambat. (Halaman 68)

  11. “Meskipun kau penuhi celengan sebesar kuda sungguhan, sahabatku Jimbron, tak kan pernah uang-uang receh itu mampu membiayaimu sekolah ke Perancis…., demikian kata hatiku. Dan dengarlah itu, kawan. Siratan kalimat sinis dari orang pesimis. Ia adalah hantu yang beracun. Sikap itu mengekstrapolasi sebuah kurva yang turun kebawah dan akan terus turun kebawah dan telah nembuatku menjadi pribadi yang gelap dan picik. Seyogyanya sikap buruk yang berbuah keburukan: pesimistis menimbulkan sinis, lalu iri, lalu dengki, lalu mungkin fitnah. Dan dengarlah ini, Kawan, akibat nyata sikap buruk itu. (Halaman 147)

  12. Analisis Intrinsik • Tema : Novel ini menceritakan tentang Perjuangan Hidup dalam meraih mimpi-mimpinya. • Tokoh : Tokoh yang sering muncul adalah Aku, Arai, Ikal, Jimbron dan Pak Mustar • Latar : Novel Sang Pemimpi menceritakan lokasi yang berada di Pulau Belitong • Alur : Dalam novel ini menggunakan alur maju mundur • Sudut Pandang : Orang pertama, dalam novel ini tokoh yang sering adalah Aku • Gaya Penulisan : Dalam novel ini, penulis sering menuliskan atau menaungkan kata-kata yang menggunakan kiasan, perumpamaan.

More Related