1 / 75

Pokok-Pokok Materi Kuliah Kapita Selekta Studi Kebudayaan Semester VII Pedalangan ISI Dps

Om Swastyastu. Prof. DR. I Nyoman Sedana, MA. ASIA Fellow 2005, Research Fellow ARI NUS 2007/8, IIAS Affiliated Fellow, Leiden, Netherlands 2011. Pokok-Pokok Materi Kuliah Kapita Selekta Studi Kebudayaan Semester VII Pedalangan ISI Dps. Kapita Selekta Studi Kebudayaan di ISI Daftar ISI

lee-lewis
Télécharger la présentation

Pokok-Pokok Materi Kuliah Kapita Selekta Studi Kebudayaan Semester VII Pedalangan ISI Dps

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Om Swastyastu Prof. DR. I Nyoman Sedana, MA. ASIA Fellow 2005, Research Fellow ARI NUS 2007/8, IIAS Affiliated Fellow, Leiden, Netherlands 2011 Pokok-PokokMateriKuliah KapitaSelektaStudiKebudayaan Semester VII Pedalangan ISI Dps

  2. Kapita Selekta Studi Kebudayaan di ISI Daftar ISI Pengertian dan Latar Belakang Kapita Selekta Manifestasi [Studi] Kebudayaan Antropologi Ragawi Vs Antropologi Budaya Munculnya Kebudayaan: mahluk yang bergantung pada jaringan-jaringan makna yang ditenunnya sendiri Ilmu Pendekatan yang Relevan: Semiologi Lebih dari 179 Definisi Kebudayaan Masalah dan Identitas Budaya Manifestasi Kebudayaan: Relegi dan Seni Budaya Tumbuh Hidup seperti Manusia Seni Muka Budaya (Budaya/Lingkungan dlm Seni) Komparasi Dasar-Dasar Kebudayaan: di antara Perspectif Kuntjaraningrat, Psikoanalis, Marxist, dan perspectif Hindu Gerak Kebudayaan Era Ketegangan Universal Transformasi Budaya Interpretasi Budaya Bali Masa Kini: Ekspektasi Budaya, Budaya Pendidikan, dan Budaya Pariwisata

  3. Pengertian Kapita Selekta Manifestasi [Studi] Kebudayaan • Kapita paling dekat dgn kata kapital=modal pokok, pusat, sentral, besar, dan utama. • Selekta paling dekat dgn kata seleksi=pemilihan, penyaringan. • Padanan dgn program studi Barat: Cultural Studies Kapita Selekta Manifestasi [Studi] Kebudayaan adalah studi mengenai gejala dan peristiwa budaya mayoritas yang secara selektif dan komparatif lebih signifikan

  4. Latar Belakang Kapita Selekta Manifestasi [Studi] Kebudayaan • Tahun 1980an dibawah Menlu Mochtar Kusuma Atmaja Deplomasi politik Indonesia di luar negeri selalu mendapat tekanan dari D K PBB, gara-gara merekruit Tim-tim. • Piagam kerjasama Deplu & Lembaga Riset Kebudayaan LIPI No. 023/P4LN/BLVII/1982 membentuk tim ahli budaya yang menghimpun gejala dan peristiwa budaya nasional Indonesia untuk tujuan Deplomasi Kebudayaan di luar negeri. • Karena luasnya kebinekaan budaya nusantara, tidak semua peristiwa budaya dapat dihimpun. Yang berhasil dibukukan thn 1984 oleh Prof. Fuad Hassan dkk. hanya menyerupai suatu Kapita Selekta dari Manifestasi Kebudayaan. Ini hanya bahan baku untuk diseleksi sesuai dengan kebutuhan lapangan dan bukan cara untuk melaksanakan deplomasi budaya tsb. • Untuk sistematisnya dikelompokkan ke dalam empat bidang yang masing-masing dikaji dari segi konsep, sosialisasi, dan wujud fisiknya: • Spiritual, fisiknya tempat/benda suci • Bahasa dan Kesusastraan, lontar/buku • Kesenian plus, karya seni • Sejarah dan ilmu Pengetahuan, buku-buku

  5. Hasil Deplomasi Budaya Masa Kini: SOFT POWER DIPLOMACY Usai pentas tgl 21 Maret 2010 untuk kunjungan DPR RI Komisi III (Pak Aziz Syamsuddin) di KBRI New Delhi, Bapak Dubes Andi Moh. Galib (memangku Dalang Cilik Bali yang masih berpakaian Baris) menilai peran kami sebagai “pelaksana Soft Power Diplomacy”. Prof. Sedana berdiri di belakang istri Pak Dubes

  6. Mencari Akar Budaya dlm Desa Pakraman untuk SOFT POWER DIPLOMACY

  7. Crucial Role of Culture As a connector between different countries, regions, peoples, cultures and religions; A source of enjoyment and enrichment of human life providing historic perspective, identity and appreciation of diversity; A bridge towards stimulating mutual understanding, tolerance and interest; A bridge to stimulate inter-cultural and inter-religious dialogue; Etc. By Hubert Gijzen, Director and Representative UNESCO Office, Jakarta

  8. Crucial Role of Culture The notion of a borderless world (topos), a fast-paced world (chronos) and congested mindsets of a populous world close to seven billion (logos) exposes life and cultures to a variety of opportunities and threats. Culture as mode of adaptation, ground for identity, and rendition of creative lifestyle is constantly subjected to transformation, revitalization, and numerous issues and problems. Among many, the first core issue relates to a state of cultural paradox that induces conflicting ideologies and values, as well as clash of civilizations. Secondly, cultural degradation ranging from identity crisis, moral decadence to the lack of creative ingenuity also poses itself as a challenge. Thirdly, cultural anomaly comes in place, shaping social alienation, disintegration and dehumanization.

  9. TRI KAYA PARISUDHA: MORALITY AND ETHICS IN NEW GLOBAL CULTURE The basic relation between the universe, mankind and culture is normally constructed in such an energetic, symbiotic andharmonious rhythm for the attainment of comprehensive and sustainable living. Often by exploiting nature, mankind develops and embraces technology, science, economy, politics, religion, ideology, law and culture as mean to strengthen its existence as well as to maintain integrity, order and livelihood. The revolution of information and communication technologies, economic exploitation, and self-centered political hegemony has deconstructed the symbiotic and harmonious plain of life, particularly in an increasingly borderless world. 

  10. The notion of a borderless world (topos), a fast-paced world (chronos) and congested mindsets of a populous world close to seven billion (logos) exposes life and cultures to a variety of opportunities and threats. Culture as mode of adaptation, ground for identity, and rendition of creative lifestyle is constantly subjected to transformation, revitalization, and numerous issues and problems. Among many, the first core issue relates to a state of cultural paradox that induces conflicting ideologies and values, as well as clash of civilizations. Secondly, cultural degradation ranging from identity crisis, moral decadence to the lack of creative ingenuity also poses itself as a challenge. Thirdly, cultural anomaly comes in place, shaping social alienation, disintegration and dehumanization.

  11. These major issues infiltrate the micro-realm (personal level, microcosm), the meso-realm (ethnic and national level), and the macro-realm (universal and global level), to which renders an increasingly visible phenomenon of disharmony, disintegration and disequilibrium.  This arising opportunities influenced by this globalized world phenomenon has paved the path for cross-national and intercultural communication, to which augments creativity; cross-cultural inventiveness hastening technological, economical and cultural added value. Historical and cultural findings across nations show that the dynamism of glocalization (globalism and localism) imparts promising outcomes. For instance, the archaeological, historical and cultural heritage in Bali delineates that the processes of cultural assimilation, symbiosis and acculturation have enriched the Bali as the meeting-point of Indian and Chinese Culture.

  12. PANCA KRAMANING PRAJA  (KONSEP SISTEM KEPEMIMPINAN 5 P TURAH KUSUMA WARDANA)

  13. PANCA KRAMANING PRAJA /Five Traditional Institutions: Para = telunjuk Puri = jaritengah Pura = jarimanis Purana = kelingking ParaEmpu-an = ibujari Siwanataraja: 2 + 5 bersatumenghasilkanprodukseni Lima menanglawan 1 Satumenanglawan 4 Empatmenanglawan 5

  14. MaknaiPancaKramaningPrajadgnetoskerjaKalimahosada = kali mahausada Kabenengan = kelurusan = kebetulan Jalanmenuju SUKSES tidakselalumulus: Ada TIKUNGAN yang bernama KEGAGALAN, ada PEREMPATAN bernama KEBINGUNGAN, ada TANJAKAN bernama TANTANGAN, ada LAMPU MERAH bernama HALANGAN, ada LAMPU KUNING bernama PELUANG. Engkauakanmengalami ban kempesdanpecah, itulahhidupnamanya. Tetapikalaukaumembawa BAN SEREP bermerek TEKAD, MESIN bermerek TEKUN, ASURANSI bernama SABAR, PENGEMUDI bernama TUHAN, makasamapailahkaudidaerah yang disebut SUKSES.

  15. Bhineka Tunggal Ika VS Boneka Peninggalan Nica 0 3 Melayani dgn senyum adalah ibadah Pendidikan Investasi Masa Depan Bangun identitas nasional dengan belajar cerdas Kebersihan adalah bagian dari iman Karakter yang sehat adalah harta kekayaan terbesar yang kita miliki Jika anda mengakui sbg warga negara Indonesia, jadilah tuan di negeri sendiri Niatkan belajar dan bekerja sebagai ibadah Cendekia mandiri bernurani Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimanapun

  16. Sifat-Sifat Budaya: Shared = cara hidup yang dipakai bersama Adaptif = dapat disesuaikan Flexible = lunak Integratif = bersinergi Combinable = dpat digabungkan Learnable and required learning = dapat/perlu dipelajari Demanding = mengharuskan/memaksa Super organic and Changeable = bagian utama dan dapat dirubah

  17. Hakikat kebudayaan pada dasarnya: Heritage = warisan Non Biology = tidak menyangkut biologi Filling the basic need of individual and community = mengisi kebutuhan pokok pribadi dan masyarakat Governing the need of personal and collective = mengatur kebutuhan pribadi maupun kolektif Fluctuating perception according to the recent condition = persepsi yang labil sesuai kebutuhan terakhir Balancing individual and group, just. = menyeimbangkan pribadi fn klompok.

  18. Konsep-konsep Perubahan Kebudayaan meliputi: Proses internalisasi, Sosialisasi, Collaborasi Enkulturasi, Evolusi, Defusi, Akulturasi, Asimilasi, Inovasi, Invensi

  19. Integrasi Kebudayaan: Pola Kebudayaan, interconnected pattern, Fungsi Bdy: guna keris, manfaat keris, nilai keris Fokus Bdy: Art in Bali, Technology in the West Orientasi Bdy: tujuan cita-cita spt ajeg Bali Etos/spirit/jiwa Bdy: attempting to be the best

  20. These Bhineka

  21. Sekilas mengenai: Antropologi ragawi dan budaya Bagaimana kebudayaan muncul Ilmu-ilmu Pendekatan yang relevan Lebih dari 179 definisi kebudayaan Masalah dan identitas budaya

  22. Hanya dengan mempelajari alat mentransformasikan dirinya (mekanisme, struktur/ekologi, sarana2 di luar diri manusia) dapat diketahui alasan perbedaan keyakinan, nilai, prilaku dan bentuk sosial antara klompok yang satu dengan yang lain. Perbedaan dari masa ke masa adalah alasan terbaik untuk mendukung adanya sosiokultural (VS Psikologi = kesamaan orang2). Fatwa Antro: Manusia itu satu, budayanya beraneka ragam. Mekanisme, struktur/ekologi, sarana2 di luar diri manusia yang membuatnya berbeda itulah disebut budaya oleh para Antropolog.

  23. Max Weber: Manusia sebagai soekor binatang yang bergantung pada jaringan-jaringan makna yang ditenunnya sendiri Dari Gilbert Ryle’s Thick Description (twitch VS wink): menuju Geertz’sInterpretation of Culture Jaringan-jaringan makna produk manusia Jaringan-jaringan makna = Kebudayaan SEMIOLOGY/ SEMIOTIC Clifford Geertz:Jaringan makna tsb = Kebudayaan. Konsep Kebudayaan pada hakikatnya merupakan sebuah konsep semiotis. Hasil analisisnya tidak merupakan ilmu eksperimental yang mencari hukum, melainkan sebuah ilmu INTERPRETATIF untuk mencari makna

  24. Semiology is a science of signs that manifest into: Symbol: convention Icon: similarity Index: connection Kebudayaan sbg jaringan makna yang berakumulasi dlm bentuk tanda-tanda CULTURE ?!? Segitiga konsentris NATURE INTERPRETATION Menghasilkan berbagai definisi kebudayaan Semiotic SIGNIFIER SIGNIFIED

  25. Ferdinand de Soussure, Swiss linguist: Semiology is a science of signs. • Charles Pierce , C.S. “Logic as Semiotic: The Theory of Signs” The Phylosophy of Pierce. Justus Buchler. New York: Routledge and Kegan, 1940: 114. • Index is a sign that represents its object by actually being connected with it or affected by it in some ways. • Icon is a sign that represents its object by resembling it [similarity] • A symbol is a sign that represents its object by virtue of an arbitrary association or connection [convention]. Menghasilkan berbagai definisi kebudayaan

  26. Diantara 179 definisi kebudayaan • Prof. Koentjaraningrat: Keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. • Kluckholn & Kroeber: The essential core of culture consists of traditionally selected ideas and especially their attached values. (Cultutre: A Critical Review of Concepts and Definitions. NY, 1952: 257). • Arnold: Culture ought to be the study of perfection, consisting in an inward condition of the mind and spirit, not an outward set of circumstances (Culture and Anarchy. Cambridge, 1960: 48).

  27. Y. de la Briere: A set of material, intellectual and moral values and conditions which make it possible and even easy for the human community to expand and develop harmoniously (Etudes, Paris, 1940). • Dr. Murdowo: Kultur itu mengenai nilai kehamonisan, moral, etik, dan estetik yangtelah dicapai oleh suatu bangsa (“Arti Kata Kebudayaan” Perwata PPK, 1955: 32). • Prof. Dr. I Nyoman Sedana: Yang boleh disebut kebudayaan hanyalah produk Budi yang mengarah pada kemajuan adab dan lango. Ini berlawanan arah dengan produk Angkara (angkaradaya), yang menuju arah biadab. Kebudayaan Bali kurang tepat diberi definisi sebagai pertumpang tindihan nilai yang sukar dikontrol sebagai bola api, karena definisi ini tidak mampu membedakannya dengan kebudayaan etnis-etnis lain di dunia.

  28. Mark Hobart (SOAS): Kebudayaan is a site of struggle • Ingat Polemik Kebudayaan th 1960an: strategi Kebudayaan Indonesia • STA cendrung westernisasi “Win the battle” • Sanusi Pane dan Purbotjoroko cendrung bertahan atahu beranjak dari akar budaya entis nusantara “be who you are”

  29. Masalah dan identitas kita lewat kebudayaan • Masalah pokok kebudayaan: MH, MK, MW, MA, MM yang menentukan orientasi nilai budaya • Masalah budaya dasar: Manusia dan cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggungjawab dan pengabdiannya, kegelisahan dan harapan. • Yang diharapkan dari kebudayaan adalah kemanusiaan yang sejati, kebebasan batin (bukan perbudakan), pelaksanaan kewajiban dan hak (kesewenang-wenangan), persaudaraan, kemakmuran, kebenaran, keindahan, keadilan, kebaikan, keselarasan.

  30. Budaya/Lingkungan dlm Seni • The face of a culture is the art, • because it simultaneously reflects and integrates the way how the people respond and value their life, work, time, nature, and other persons. Balinese arts deal with whollistic human’s experience in love, aesthetic, sadness, fairness, way of life, responsibility/dedication/devotion, anxiety, and expectation. • Masalah lingkungan sos-bud cendrung terrefleksi lewat seni: Manusia dan cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggungjawab dan pengabdiannya, kegelisahan dan harapan:

  31. Lontar (kini buku) Siwagama: Para Dewa menjadi seniman untuk menetralisir para setan butha yang nyaris menghancurkan dunia. Para setan butha kala memasuki jiwa mahluk hidup hingga mengancam keselamatan dunia. Kerusuhan tidak dilenyapkan dengan “pendekatan keamanan” melainkan Purwaning Kalangwan (ultimate accomplishment of the aesthetic experience). Kini seni masih banyak digelar sbg ritual, ceremonial, dan entertainment.

  32. Lontar Usana Bali: Gamelan, Baris dan Rejang sebagai dasar tari putra dan putri di Bali. Seni merekam, memformulasikan, mengaktifkan dan mengajarkan sejarah, dibumbui dengan mitos, dikemas dengan konsep estetis, digelar dengan metode artistik, dgn motif takwa, ritual, hiburan, komersial.

  33. 2. Manifestasi kebudayaan Dari unsur relegi Dari unsur kesenian: wayang

  34. Ide: tatwa/filsafat, norma, konsep, gagasan, aturan, paradigma. Bentuk Aktivitas: upacara/ritual, transaksi, festival. Penampilan Fisik: arsitektur, sastra, makanan, bahasa, peralatan, pakaian, karya seni. Pada berbagai etnis: Bali, Toraja, Minahasa, Minang, Badui, Dayak, dst. Manifestasi Kebudayaan:Prof. Koentjaraningrat Tangible: benda yang dapat disentuh Kebudayaan Fisik Prilaku masyarakat Sistem Sosial Sistem nilai / norma Sistem Budaya

  35. Unsur-unsur Kebudayaan: Kesenian Kesenian Peradaban Bahasa Kebudayaan Fisik Relegi/Agama Sistem Sosial Adat: sistem nilai, norma, hukum Sistem Teknologi Sistem Budaya Arsitektur Sistem Sosial Ekonomi

  36. My own Cultural Perspective BUDAYATUMBUH HIDUP SPT MANUSIA Science rasa Architecture Architecture logic Arts Architecture Architecture Architecture Language religi Architecture Architecture economy Architecture economy Socio - cultural-political system Technology

  37. MENYEIMBANGKAN OTAK KIRI & OTAK KANAN OTAK KIRI Kepekaan terhadap pengenalan bentuk/ pola, sensori persepsi & kemampuan mengklasifikasikan sesuatu atau menandai berbagai kesamaan/ perbedaan di sekitarnya OTAK KANAN Kepekaan terhadap seni dan keindahan Kepedulian, empati dan toleransi terhadap makhluk lain Kemampuan mengimajinasikan kehidupan di masa datang ROTI

  38. 3. Dasar-dasar kebudayaan: Dari perspectif Kuntjaraningrat Dari perspectif Psikoanalis Dari perspectif Marxist Dari perspectif Hindu

  39. Wujud Kebudayaan dari unsur Relegi Tatwa/filsafat: PancaSrada/Sila, Kepercayaan, norma, gagasan, aturan. Susila/Etika: tata perkawinan, kematian, kelahiran, sembahhyang Upacara/ritual:tempat suci, peralatan (pakaian, makanan) karya seni, sarana (bangunan, arsitektur, patung). peras panyeneng sayut pengambian dapetan Yantra penanganan yang benar Mudra Weda Japa Pujastawa Mantra Tatwa

  40. Psikoanalisa:Alam bawah sadar mengorganisir KebudayaanThe Origin and the existence of the Unconscious (Psycho-analytic Theory) • Sigmund Freud: Psychological history begins in childhood experiences in the family. • Human psyche consists of [conscious-unconscious], [super ego-ego-id] and is gendered. • The unconscious comes into being when we young through the repression of the unhappy psychological events (repressed wounds, fears, unresolved conflicts, and guilty desires). • The repression does not eliminate our painful experiences and emotions; rather it gives them force by making them the ORGANIZER of our current experience: we unconsciously behave in ways that will allow us to “play out,” without admitting it to ourselves, our conflicted feelings about the painful experiences and emotions we repress. • Thus, the unconscious is not a passive reservoir, but a dynamic entity that engages us at the deepest level of our being.

  41. Marxist: Dasar semua kebudayaan adalah ekonomi Fundamental Premises of Marxism • The economy structures human society. • If a theory does not foreground the economic realities, then it misunderstands human culture. • Getting and keeping economic power is the motive behind all social and political activities, including education, philosophy, religion, government, arts, science, technology, etc. • Thus, economy is the base upon which the super structure of social/political/ideological realities is built. • The economic power therefore always includes social and political power as well, which is why many Marxists today refer to socioeconomic class, rather than economic class, when talking about class structure. • (Economic conditions = material circumstances) generates (social/political/ideological atmosphere = historical situation). • Nether human events nor human productions can be understood without understanding the specific material/historical circumstances in which those events and productions occur. • Socioeconomic class divides people in ways that are much more significant than do differences in religion, gender, race, and ethnicity: bourgeoisie VS proletariat.

  42. In Marxist’s perspective: The base of any culture is economy, which structures ideology and politic 3 groups of people Ideology/Pol/Ag Dominant Economy Emergence Resedual

  43. 4. Diversitas paradigma kebudayaan Dr. I Nyoman Sedana: Theatrical approach to the Established Cultural Paradigms. Pendekatan Teatrikal terhadap paradigma umum Kebudayaan Jabarannya: Kajian Konsep-Konsep Kebudayaan dari Perspectif Teori Seni Pertunjukan

  44. Unsur-unsur Kebudayaan terpisah VS integratif dlm kesenian: Kesenian kesenian Bahasa Kebudayaan Fisik Relegi/Agama Sistem Sosial Sistem Teknologi Sistem Budaya Arsitektur Sistem Sosial Ekonomi

  45. social & political action theatrical techniques staging consequential actual visible consequential staging virtual hidden Social drama Aesthetic drama Works “in the world” Works “on consciousness” theatrical techniques social & political action

  46. Manifestasi Kebudayaan dari unsur kesenian: Theatre Penataan Komposisi Penampilan: intensity, kesan & amanat Bentuk: Complexity, Unity, Balance Script Drama Ide Pagelaran sinopsis

  47. Manifestasi Kebudayaan dari sub unsur wayang kulit: Wayang Wali Sapuh Leger (ritual) Pagelarannya untuk siapa dan bagaimana Pakem/Pangastawa Dalang sebagai jembatan alamsekala dengan niskala

  48. Dalang sebagai jembatan alam sekala dengan niskala Dlm ritual religious Sapuhleger By performing the wayang ritualistic theatre, dalang communicates with the gods in the spiritual realm to transform the ordinary water of material realm into the holy water of the sacred space for the human purification in the profane space Dalang Tirta dewa, sacred Nawa Ratna dalang, ordinary Air biasa wayang, seculer

More Related