1 / 21

Kuliah Farmakologi Dra Tinasari Suwarlim Apt. Pekanbaru, 25 November 2011

BENTUK SEDIAAN OBAT CARA DAN WAKTU PEMBERIAN OBAT. Kuliah Farmakologi Dra Tinasari Suwarlim Apt. Pekanbaru, 25 November 2011. BENTUK SEDIAAN OBAT. RUTE PENGGUNAAN OBAT: Pemakaian dalam ) & luar ) Bentuk sediaan beda. Pemakaian dalam (ORAL) :

morty
Télécharger la présentation

Kuliah Farmakologi Dra Tinasari Suwarlim Apt. Pekanbaru, 25 November 2011

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BENTUK SEDIAAN OBAT CARA DAN WAKTU PEMBERIAN OBAT Kuliah Farmakologi Dra Tinasari Suwarlim Apt. Pekanbaru, 25 November 2011

  2. BENTUK SEDIAAN OBAT RUTE PENGGUNAAN OBAT: Pemakaian dalam ) & luar ) Bentuk sediaan beda Pemakaian dalam (ORAL): mulut tenggorokan  perut. Pemakaian luar: Melalui kulit dengan jalan merobek atau menembus kulit: INJEKSI atau PARENTERAL: intravena (iv) intramuskuler (im) subkutan (sc) Pemakaian melalui: - lubang dubur (rektal) : SUPOSITORIA - lubang kemaluan (genital) : OVULA - lubang kencing (uro genital) : BACILLA - melalui lavemen : CLYSMA

  3. Pemakaian pada selaput lendir: • a. Melalui mata: • - cuci mata : COLLYRIUM • - tetes mata : GUTTAE OPTHALMICAE • b. Melalui rongga mulut: • - cuci mulut : COLLUTIO • - obat kumur : GARGARISMA • Melalui telinga: • - tetes telinga : GUTTAE AURICULARES • Pemakaian pada kulit: • Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit. • - SALEP • - CREAM • - LOTIO • BENTUK SEDIAAN • SERBUK: • campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, berupa serbuk yang • dibagi-bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi (pulvis).

  4. Pulvis digolongkan atas: Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak) Pulvis dentrificius (serbuk gigi) Pulvis sternutatorius (serbuk bersin) Pulvis efervesen. KAPSUL: Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Digunakan untuk pemakaian oral. TABLET: Sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut KAPLET. BOLUS: tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk tablet umumnya cakram pipih/gepeng, bundar, segitiga, lonjong dsb.

  5. Warna pada tablet disebabkan: • a. Zat berkhasiat sendiri sudah berwarna • b. Warna sengaja ditambahkan dengan maksud: • - Membuat tablet lebih menarik • - Mencegah pemalsuan • - Membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain. • Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh • 1. Bekerja lokal. • a. Tablet hisap: untuk pengobatan pada rongga mulut • b. Ovula: pengobatan pada infeksi di vagina • 2. Bekerja sistemik. • Per oral: khasiatnya pada bagian tubuh yang memerlukan ditempat lain. Tablet yang bekerja sistemik dibedakan menjadi: 1. Yang bekerja short acting (jangka pendek): dalam sehari memerlukan beberapa kali menelan tablet. 2. Yang bekerja long acting (jangka panjang): dalam sehari cukup menelan 1 tablet. • Dibedakan lagi atas: • Delayed Action Tablet (DAT) • Repeat Action Tablet • Sustained Release Tablet

  6. Berdasarkan jenis bahan penyalut. • Beberapa tablet perlu dilakukan penyalutan dengan maksud: • - Untuk melindungi bahan obat yang higroskopik atau tidak tahan terhadap pengaruh udara. • - Untuk menutupi bau dan rasa yang tidak enak. • - Supaya lebih menarik dengan memberi bau dan rasa tertentu. • Jika dikehendaki tablet pecah di usus (enteric coated). • Macam-macam tablet salut: • Tablet bersalut gula (sugar coating tablet) = dragee • Tablet salut selaput (film coating tablet, fct) • Tablet salut kempa • Sering digunakan pada pengobatan secara repeat action. • Tablet salut enterik (enteric coated tablet): • Tablet yang disalut dengan zat penyalut relatif tidak larut dalam asam lambung, • tetapi dapat larut dan hancur dalam lingkungan basa usus halus.

  7. Pemberian salut enterik digunakan untuk: • - Agar bahan obat tidak menimbulkan iritasi pada lambung. • - Bila bahan obatnya menjadi inaktif (tidak bekerja) pada cairan lambung. • - Bila khasiat obat dikehendaki bekerja di dalam usus halus. • Contoh: obat cacing. • Berdasarkan cara pemakaian: • Tablet biasa/tablet telan. • - Tablet kunyah (chewable tablet). Contoh: obat maag/antasid. • - Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastilles). • - Tablet larut (effervescent tablet). • - Tablet implant (pelet) • Contoh: obat KB. • Tablet hipodermik (hypodermic tablet). • tablet yang diperuntukkan atau dimasukkan dibawah kulit dibuat secara septic • dan sestreril mungkin. - Tablet bukal (buccal tablet). • - Tablet sublingual. • - Tablet vagina (ovula).

  8. Syarat-syarat tablet. 1. Keseragaman ukuran. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga tebal tablet. 2. Keseragaman bobot. Digunakan untuk tablet tidak bersalut. 3. Waktu hancur. Kecuali dinyatakan lain, waktu hancur untuk : - tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit - tablet bersalut tidak lebih dari 60 menit - tablet bukal tidak lebih dari 4 jam. 4. Kekerasan tablet. Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan disebut: alat kekerasan tablet (hardness tester). 5. Keregasan tablet (friability). Adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis (coating). Alat yang digunakan disebut: friability tester. 6. Test disolusi (dissolution test). Digunakan untuk bahan obat yang sukar larut dalam air.

  9. PIL: Suatu sediaan yang berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk obat dalam dan bobotnya 50 – 300 mg per pil. (Ada juga yang menyebutkan bobot pil adalah 1 – 5 g). Granula: Pil kecil biasanya putih atau merah karmin, berat kira-kira 30 mg (20 – 60 mg) dan bila tidak dinyatakan lain mengandung 1 mg zat berkhasiat. Parvule: Bobotnya dibawah 20 mg per buah. Boli: Pil besar yang beratnya lebih dari 300 mg. Biasanya digunakan untuk pengobatan hewan seperti sapi, kuda dll. SUPOSITORIA: Sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Bobot untuk orang dewasa 3 gram, anak-anak 2 gram. OVULA: Sediaan padat, umumnya berbentuk telur, mudah melembek dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut. dan digunakansebagai obat luar khusus untuk vagina. Bahan dasar ovula harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bobot antara 3 gram sampai 6 gram, umumnya 5 gram.

  10. Urethral suppositoria, bacilla, bougies: • Digunakan lewat urethra, berbentuk batang, • Panjang antara 7 cm sampai 14 cm. • Keuntungan obat berbentuk supositoria: • - Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung • - Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung • - Absorpsi obat oleh selaput lendir rektal langsung ke sirkulasi pembuluh darah, • sehingga lebih cepat dibandingkan per oral • Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar. • Pengemasan supositoria. • 1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap supositoria terpisah, tidak mudah hancur • atau meleleh. • 2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari aluminium foil atau stip plastik sebanyak 6 • sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dos. • 3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk. • SALEP: • Sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau • selaput lendir. • Salep tidak boleh berbau tengik. • Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras • atau obat narkotika adalah 10%.

  11. Penggolongan Salep: Unguenta: Salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga. Cream: Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air. Pasta: Suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi. Cerata: Suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras. Gelones Spumae (Jelly): Suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak lemak dengan titik lebur yang rendah.

  12. SOLUTIO = LARUTAN: Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. 1. Larutan untuk mata: Collyrium: Larutan steril, jernih. Digunakan untuk mencuci mata. Guttae ophtalmicae = tetes mata: Sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes mata berupa larutan jernih, bebas zarah asing, serat dan serat benang. 2. Larutan untuk mulut: Collutorium: Larutan pekat dalam air yang mengandung deodoran, antiseptik, lokal anestetik, adstringent. Digunakan untuk obat cuci mulut. Gargarisma = obat kumur = gargle: Sediaan berupa larutan, umumnya dalam paket yang harus diencerkan dulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.

  13. Litus oris = obat oles bibir: Cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut. Guttae oris = tetes mulut: Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk di kumur-kumurkan, tidak untuk ditelan. 3. Larutan untuk hidung. Collunarium: Larutan yang digunakan sebagai obat cuci hidung. Guttae nasales = tetes hidung: Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet. Inhalationes: Obat semprot untuk hidung maupun mulut. 4. Larutan untuk telinga. Guttae auriculares = tetes telinga: Obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Bila tidak dinyatakan lain cairan pembawa yang digunakan adalah bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang sesuai agar obat mudah menempel pada dinding telinga, biasanya digunakan gliserin dan propilenglikol.

  14. 5.Inhalasi: • Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang • diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau • sistemik. • - Aerosol: • Sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif trapeutik yang • dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk • pemakaian topikal pada kulit dan juga untuk pemakaian lokal pada hidung (aerosol • nasal), mulut (aerosol lingual) atau paru-paru (aerosol inhalasi). • Jika digunakan sebagai obat dalam atau secara inhalasi, aerosol dilengkapi • dengan pengatur dosis. • Keuntungan pemakaian aerosol: • - Mudah digunakan dan memerlukan sedikit kontak dengan tangan. • - Bahaya kontaminasi (kemasukan udara dan penguapan selama perioda • tak digunakan) tidak ada, karena wadahnya tertutup kedap. • - Iritasi yang disebabkan pemakaian topikal berkurang. • - Takaran yang dikehendaki dapat diatur. • - Bentuk semprotan dapat diatur.

  15. 6. Larutan untuk rektal: Lavement = clysma = enema: Cairan yang pemakaiannya per rectum dan colon yang gunanya untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik. Enema yang dipakai untuk membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih faeces yang mengeras sebelum operasi tidak boleh mengandung zat lendir. Dosis maksimal juga berlaku untuk pemakaian per rectal. 7. Larutan untuk vagina (Douche): Larutan air yang dimasukkan dengan satu alat kedalam vaginal, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karenanya larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptika. Untuk memudahkan kebanyakan douche ini dibuat dalam bentuk kering/padat 8. Larutan untuk pemakaian per oral: - Potiones = obat minum: Larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( per oral). Selain berbentuk larutan, potiones dapat juga berbentuk suspensi, emulsi dll. - Eliksir: Sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan sebagai obat dalam.

  16. - Sirupi = sirop: Larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyata kan lain, kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 65%. - Guttae = obat tetes: Sediaan cairan berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak dinyatakan apa-apa dimaksudkan untuk obat dalam, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan Farmakope Indonesia. Obat tetes untuk pemakaian dalam digunakan dengan cara meneteskan obat kedalam minuman atau makanan. 9. Larutan untuk pemakaian topikal. Epithema = obat kompres. Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat-tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. Dalam pasaran Epithema dikenal dengan nama obat kompres. Contoh: Liquor Burowi, Solutio Rivanol, campuran boorwater-rivanol

  17. INJEKSI: Sediaan steril untuk kegunaan parenteral, yaitu di bawah atau menembus kulit atau selaput lendir. • Macam-macam bentuk sediaan injeksi. • 1. Larutan: • Berupa larutan obat dalam air atau pembawa lain yang cocok kemudian • disterilkan. • Contoh: Injeksi vit. C, injeksi Luminal. • 2. Zat padat steril: • Jika akan disuntikkan ditambah zat pembawa yang cocok dan steril, • hasilnya merupakan larutan yang memenuhi semua persyaratan larutan injeksi. • Contoh: Injeksi Dihydrostreptomycin Sulfat. • 3. Suspensi steril: • Zat padat yang telah disuspensikan dalam pembawa uyang cocok dan steril. • Contoh: Injeksi Hydrocortison Acetat suspension. • 4. Zat padat steril: • Jika akan disuntikkan ditambah zat pembawa yang cocok dan steril. • Hasilnya merupakan suspensi yang memenuhi semua persyaratan • suspensi steril. • Contoh: Injeksi Procain Penicilline G. • 5. Emulsi: • Berupa bahan obat cair dalam pembawa cair yang cocok, hasilnya • merupakan emulsi yang memenuhi semua persyaratan emulsi steril. • Contoh: Injeksi Penicilline oil.

  18. EMULSI: Sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. SUSPENSI: Sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. IMUNOSERUM: Sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. VAKSIN: Sediaan yang mengandung antigen dapat berupa kuman mati, kuman inaktif atau kuman hidup yang dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi antigennya yang dimaksudkan untuk digunakan menimbulkan kekebalan aktif dan khas terhadap infeksi kuman atau toksinnya.

  19. PLESTER: bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut. IMPLAN atau PELET: Sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien) dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (biasanya secara sub kutan) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalkam jangka waktu lama. IRIGASI: Larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh. Penggunaan secara topikal.

  20. ILMU GALENIKA(KIMIA BAHAN ALAM) Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan). Pembuatan secara umum: • Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati. • Dari simplisia tersebut bahan obat yang terdapat di dalamnya diambil dan diolah menjadi bentuk sediaan atau preparat. Tingtur (Tinctura): Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Ekstrak: Sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

  21. Infusa: Sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit. Air aromatik: Larutan jernih dan jenuh dalam air dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatik atau bahan mudah menguap lain. Minyak lemak (olea pinguia): Campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi (BM) tinggi atau berantai karbon panjang trigliserida (C16-C22) dengan gliserin (gliserida asam lemak bersuku tinggi). SIMPLISIA: Bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simpisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati: Simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan.

More Related