1 / 85

KODE ETIK PROFESI APOTEKER

KODE ETIK PROFESI APOTEKER. Djoko Wahyono Ketua MPEAD PD IAI DIY. OBAT. PELANGGAN (CUSTOMER). PASIEN (CONSUMER). PRAKTEK APOTEKER. CARE-GIVER (manajemen pelayanan kesehatan). MANAJEMEN PROFIT. EKSISTENSI. OBAT PATEN (INOVATOR). 15 TAHUN. 15 TAHUN. Generik “BRANDED NAME”.

myrna
Télécharger la présentation

KODE ETIK PROFESI APOTEKER

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KODE ETIK PROFESI APOTEKER Djoko Wahyono Ketua MPEAD PD IAI DIY

  2. OBAT PELANGGAN (CUSTOMER) PASIEN (CONSUMER)

  3. PRAKTEK APOTEKER CARE-GIVER (manajemen pelayanan kesehatan) MANAJEMEN PROFIT EKSISTENSI

  4. OBAT PATEN (INOVATOR) 15 TAHUN 15 TAHUN Generik “BRANDED NAME” GENERIK HARGA JUAL ??

  5. Tantangan thd Profesional • George Bernard Shaw pernah melontarkan tuduhan bahwa semua profesi merupakan persekongkolan melawan kaum awam (the Professions : Roles and Rules, New York : Russel Sage Foundation, 1970). Para profesional dianggap lebih menginginkan status dan kekayaan, bahkan memperdaya dan bukannya menolong klien-klien mereka

  6. Tuduhan2 tsb, melanjutkan tradisi panjang yang menyerang kaum profesional. Kaum Elizabethan menyambut gembira ucapan Shakespeare yang kerap dikutip :”Pertama-tama , marilah kita binasakan semua ahli hukum” • Para pasien dokter jaman Yunani dan Romawi kuno mengomrl bahwa para dokter melebih-lebihkan bahaya bagikesehatan hanya untuk mengangkat nama mereka

  7. Yang luar biasa adalah meningkatnya suara-suara bahwa segala kewibawaan profesional pada diri para pelaku dan kelompok profesi adalah tidak etis, dan akibatnya hasilnya tidak halal

  8. ADA 3 KELOMPOK PENYERANG

  9. 1. SOSIOLOG & AHLI SEJARAH • Mereka mengatakan, para profesional bukanlah dermawan • Rumah pengacara adalah tak diragukan lagi sebagai “tempat ramalan nasib masyarakat” • Dokter bukanlah pencinta manusia • Profesi adalah hanya tempat dagang (walau tersamar) yang terorganisasi dengan baik, berdalih bekerja untuk kepentingan umum,

  10. 2. PARA FILSUF • Menjadi profesional seperti halnya menjadi orang tua. Orang tua yang tdk memperhatikan anak-anaknya berarti tdk berfungsi sbg orang tua. • Profesional tdk boleh menganggap kliennya sebagai ivestasi masa depan, seperti Orang tua yang jg tdk menganggap anaknya sebagai investasi masa depannya

  11. Seperti orang tua, profesi harus secara ikhlas menolong kliennya, namun seperti ortu profesi tidak diperbolehkan berbuat apa saja untuk menolong kliennya. • Para filsuf berpendapat, etika profesi harus merupakan norma atau standar yang sah, mengatur perilaku profesional yang bersatandar moralitas biasa

  12. 3. Analis organisatoris • Tdk ada satupun daftar ciri-ciri profesioanl yang disepakati oleh semua orang • Tdk perlu memusatkan perhatian pada pekerjaan itu profesional atau tidak, tetapi lebih baik memberikan perhatian pada apakah orang bekerja efektif dan efisien atau tidak • Profesionalisasi bukanlah proses untuk menemukan ciri-ciri profesional, tetapi lebih pada proses mengembangkan kecakapan atau strategi untuk mreningkatkan kinerja

  13. STRATEGI MENGHADAPI TANTANGAN ?? • MENGEMBANGKAN DAN MEMBELA PERTANGGUNGJAWABAN TENTANG HUBUNGAN ANTARA PARA PROFESIONAL, KLIEN MEREKA, DAN MASYARAKAT YANG LEBIH LUAS

  14. APOTEKER adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker (Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 tentang standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek)

  15. SUMPAH /JANJI APOTEKER • PERTAMA: SAYA AKAN MEMBAKTIKAN HIDUP SAYA GUNA KEPENTINGAN PERIKEMANUSIAAN, TERUTAMA DALAM BIDANG KESEHATAN • KEDUA : SAYA AKAN MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YANG SAYA KETAHUI KARENA PEKERJAAN SAYA DAN KEILMUAN SAYA SEBAGAI APOTEKER • KETIGA : SEKALIPUN DIANCAM SAYA TIDAK AKAN MEMPERGUNAKAN PENGETAHUAN SAYA KEFARMASIAN SAYA UNTUKSESUATU YAN BERTENTANGAN DENGAN HUKUM KEMANUSIAAN • KEEMPAT : SAYA AKAN MENJALANKAN TUGAS SAYA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA SESUAI DENGAN MARTABAT DAN TRADISI LUHUR JABATAN KEFARMASIAN • KELIMA : DALAM MENUNAIKAN KEWAJIBAN SAYA, SAYA AKAN BERIKHTIAR DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH SUPAYA TIDAK TERPENGARUH OLEH PERTIMBANGAN KEAGAMAAN, KEBANGSAAN, KESUKUAN, POLITIK, KEPARTAIAN, ATAU KEDUDUKAN SOSIAL • “SAYA IKRARKAN SUMPAH/JANJI INI DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH DAN DENGAN PENUH KEINSYAFAN”

  16. CIRI- CIRI PROFESI • Memiliki tubuh pengetahuan yang berbatas jelas • Pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi • Memberi pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang keprofesian • Memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat otonom • Memberlakukan kode etik keprofesian • Memiliki motivasi altruistik (mementingkan orang lain) dalam memberikan pelayanan • Proses pembelajaran seumur hidup • Mendapat jasa profesi

  17. KEAHLIAN PROFESIONALAPAKAH PANTAS DIPERCAYA?

  18. PARA SOSIOLOG, SEJARAWAN, DAN FILSUF MENYATAKAN BAHWA PROFESIONAL BERTINDAK ATAS NAMA KLIEN. ARTINYA BAHWA KLIEN MEMPERCAYAKAN KEBUTUHANNYA (KESEHATAN) KEPADA PROFESIONAL • OLEH KARENANYA PERLU SESUATU PADA PROFESIONAL AGAR KLIEN PERCAYA : • KEAHLIAN • SEBAGAI PEMBERI PELAYANAN (DENGAN JASA) YANG MENAATI (YANG DAPAT DIPERCAYA DAPAT MENGUNTUNGKAN) KLIEN

  19. HUBUNGAN YANG LEMAH ANTARA KEAHLIAN DAN KEPERCAYAAN

  20. CIRI PROFESI : • “PEKERJAAN YANG PD AWALNYA MEMERLUKAN PELATIHAN YANG SIFATNYA HARUS INTELEKTUAL, YANG MENYANGKUT PENGETAHUAN SAMPAI TAHAP KESARJANAAN, YANG BERBEDA DARI SEKEDAR KEAHLIAN, DIKERJAKAN SEBAGIAN BESAR UNTUK ORANG LAIN, DAN BUKAN UNTUK DIRI SENDIRI, DAN UANG TIDAK DITERIMA SEBAGAI UKURAN KEBERHASILAN” (Brandeis Louis, Bisnis- A Profession, Boston : Hale, Caushman , and Flint, 1933)

  21. 1. SIFAT TIDAK DAPAT DIPERCAYA YANG MELEKAT PADA KEAHLIAN • PROFESI MEMPUNYAI KEAHLIAN ATAS DASAR TEORITIS DAN ILMIAH (MISALNYA : PENYAKIT TERTENTU DISEBABKAN KARENA SUATU HAL DAN DAPAT DISEMBUHKAN, DIKURANGI, ATAU DICEGAH DNG. CARA TERTENTU BERDASARKAN TEORI DAN DATA EMPIRIS) • TANPA DASAR ITU, KEAHLIAN PROFESIONAL TIDAK AKAN BERARTI • KEAHLIAN PROFESI BUKAN KETRAMPILAN YANG BERKEMBANG

  22. 2. KLIEN YANG “DISAPPEAR” (KABUR) • PROFESIONAL ADALAH PRIBADI YANG “BERIKRAR/BERJANJI” DI MUKA UMUM (BAHKAN DIHADAPAN ALLAH). PENINGKATAN PROFESIONAL KEAHLIANNYA DIDASARKAN UNTUK KEPENTINGAN KLIEN (ETHICAL CLEARANCE) • TETAPI....SEORANG AHLI DALAM BERUPAYAPENINGKATAN KEAHLIANNYA DAPAT MELAKUKAN CARA-CARA YANG “MENGABAIKAN/ MENGABURKAN / MELENYAPKAN” KLIEN

  23. 3. KEKACAUAN PRAKTEK • MENCARI ALASAN LANDASAN OTORITAS KEAHLIAN UNTUK PEKERJAAN PROFESIONALNYA • OTORITAS INI DIGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN PRAKTEK YANG TIDAK DIDASARKAN KEPENTINGAN KLIEN (MISAL : “DISPENSING” OBAT KERAS TANPA RESEP)

  24. 4. PENGIKISAN OLEH KEAHLIAN THD PERAN-PERAN PROFESIONAL YANG KHAS • KETIKA KLIEN TIDAK DAPAT MENGETAHUI BENTUK/JENIS KEAHLIAN YANG AKAN DILAKSANAKAN OLEH PROFESIONAL UNTUK DIRI MEREKA, MEREKA HANYA DAPAT MEMBANGUN HARAPAN • AKIBATNYA, KEAHLIAN DAPAT MENGIKIS HARAPAN KLIEN TERHADAP PRAKTISI PROFESIONAL, JIKA DILANDASI HANYA DENGAN KEAHLIAN TANPA NIAT BAIK UNTUK KLIEN (TANPA SIFAT ALTRUISTIK)

  25. 5. PENGHAPUSAN /PENIADAAN KLIEN SEBAGAI PELANGGAN ORGANIK • KEAHLIAN (TANPA ALTRUISTIK) DAPAT MENIADAKAN / MENGURANGI ARTI IKATAN ORGANIK (IKATAN ORGANIK = MENJADI ANGGOTA KARENA IKATAN PELAYANAN PROFESIOANAL) - DOKTER SPESIALISASI KELUARGA MERUPAKAN UPAYA MEMPERKUAT PROFESIONALITAS

  26. Apakah etika, dan apakah etika profesi itu • Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. • Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

  27. Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. • Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada. • Pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.

  28. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control” karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.

  29. Oleh karena itu : sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuatuntuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

  30. WHAT IS ETHICS? • Disiplin yang berhubungan dgn “apa yg baik dan buruk” dan berhubungan dgn “tugas dan kewajiban moral” • Seperangkat prinsip atau nilai moral • Teori atau sistem nilai moral • Prinsip perilaku yang mengatur individu atau kelompok (Source: Webster’s Collegiate Dictionary)

  31. Contoh: “APOTEK PANEL” • “Apotek Panel” = benar atau salah? • Penilaian benar atau salah didasarkan pada: • seperangkat nilai yg diyakini oleh individu atau kelompok, atau disiplin yang mempelajari prinsip-prinsip etika • Disiplin Etika akan mempelajari apa yang dinamakan “apotek panel” (analysis) dan apa alasan utk mendukung atau menolak “apotek panel” (evaluation)

  32. ELEMEN ETIKA • Setiap orang memiliki keyakinan atau prinsip-prinsip etika • Elemen Keyakinan Etika: • 1. Subyek • Keyakinan tentang apa? • 2. Predikat • Apa yang dikatakan tentang subyek tersebut • Contoh: seseorang mempercayai bahwa “apotek panel” Salah • “Apotek Panel “= subyek • “Salah” = predikat

  33. SUBYEK DARIKEYAKINAN ETIS • Didasarkan pada “judgment” seseorang (Bgm seseorang mengepresikan keyakinan etisnya) • Subyek atas keyakinan etis: • Tindakan (action) atau Praktik (practice) • Sistem atau Institusi

  34. PENGERTIAN ETIKA • Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.

  35. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin, dan agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.

  36. Dua macam etika yang harus kita pahami dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia : • ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang akan diambil.

  37. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

  38. Etika dapat dibagi menjadi 2 (dua): • ETIKA UMUM : berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. • Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teoriteori.

  39. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. • Penerapan ini bisa berwujud : • Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. • Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : • Cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.

  40. ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian : • a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. • b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.

  41. ETIKA & HUKUM

  42. Etika  moralitas Hukum  legalitas

  43. Moralitas : • Kesuaian sikap perbuatan dengan norma/hukum batiniah, yakni yang dipandang sebagai kewajiban. Kewajiban ini menjadi tolok ukur apakah tindakan seseorang boleh disebut tindakan moral atau tidak Legalitas : • Semata-mata merupakan kesesuaian dan ketidak sesuaian antara tindakan seseorang dengan hukum atau norma lahiriah Dorongan batin sama sekali tidak diperhatikan

  44. Moralitas : • Moralitas Heteronom Sikap dimana kewajiban ditaati dan dilaksanakan bukan karena kewajiban itu sendiri, melainkan karena sesuatu yang berasal dari luar kehendak pelaku, misalnya karena mau mencapai tujuan tertentu atau karena takut pada penguasa • Moralitas Otonom Kesadaran manusia akan kewajiban yang ditaatinya sebagai sesuatu yang dikehendakinya sendiri karena diyakini sebagai hal yang baik

  45. Etika dan Hukum Persamaan : Mempunyai tujuan sosial yang sama yakni menghendaki agar manusia melakukan perbuatan yang baik dan benar Perbedaan : Etika ditujukan kepada sikap batin manusia, dan sanksinya dari kelompok masyarakat profesi itu sendiri Hukum ditujukan pada sikap lahir manusia, membebani manusia dengan hak dan kewajiban, bersifat memaksa, sanksinya tegas dan konkret yang dilaksanakan melalui wewenang penguasa/pemerintah

  46. PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUM

  47. Etika Profesi dan Penegakan Hukum Penegakan Hukum = Law Enforcement : Suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Keinginan-keinginan hukum : pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum Penegakan hukum berhubungan erat dan didukung oleh nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang terkandung dalam etika profesi

  48. Etika profesi : • Secara internal : mengatur hubungan antara sejawat • Secara eksternal : mengatur hubungan dengan kelompok profesi lain dan juga masyarakat Kode Etik bukan hukum • undang-undang tidak dapat mengatur kode etik, • tetapi kode etik dapat dimasukkan dalam undang-undang khusus : - Tidak tertuang dalam UU tertulis - Kasus yg blm tertuang dlm UU/blm jelas UU-nya - Mempunyai karakterisitik khusus - Mempunyai fungsi penting dalam masyarakat profesi - Rasa hormat thd etika profesi dpt memelihara kredibilitas profesi di masyarakat

  49. KODE ETIK PROFESI • Kode : yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. • Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.

  50. Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku seharihari di masyarakat maupun di tempat kerja. • MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN): Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.

More Related