170 likes | 463 Vues
PERAN VALUE DALAM PENATAAN KOTA BOGOR (Diadaptasi dari Munandar et al . [2006] untuk diskusi Forum Arsitektur Lanskap IPB, September 2006). A. Munandar Pendahuluan Permasalahan pengembangan kota: eksternal dan internal (Napitupulu, 2005)
E N D
PERAN VALUE DALAM PENATAAN KOTA BOGOR (Diadaptasi dari Munandar et al. [2006] untuk diskusi Forum Arsitektur Lanskap IPB, September 2006) A. Munandar Pendahuluan Permasalahan pengembangan kota: eksternal dan internal (Napitupulu, 2005) Permasalahan eksternal terkait dengan fungsi kota sebagai motor penggerak (engine of development) kota-kota dan kota-desa. Permasalahan internal: 1. Kemiskinan lanskap yang kumuh dan liar (slums dan squatters)
PERAN VALUE DALAM PENATAAN KOTA BOGOR (Diadaptasi dari Munandar et al. [2006] untuk diskusi Forum Arsitektur Lanskap IPB, September 2006) A. Munandar Pendahuluan Permasalahan pengembangan kota: eksternal dan internal (Napitupulu, 2005) Permasalahan eksternal terkait dengan fungsi kota sebagai motor penggerak (engine of development) kota-kota dan kota-desa. Permasalahan internal: 1. Kemiskinan lanskap yang kumuh dan liar (slums dan squatters)
Kualitas lingkungan hidup kualitas sarana dan prasarana • Keamanan dan ketertiban kota • Efektivitas kelembagaan pengelolaan kota • Bogor telah menerapkan city development strategy CDS (Soerjodibroto, 2005) • Melibatkan Tim Kerja Stakeholders • Bertugas antara lain advokasi dalam mengangkat permasalahan pengembangan kota • Pendekatan pemecahan permasalahan ~ induktif, superfisial • Disarankan agar mengangkat juga values
Permasalahan generik pengembangan perkotaan secara nasional 1. Penyediaan lapangan pekerjaan • Penyediaan lingkungan perumahan, prasarana dan sarana perkotaan serta pelayanan dasar • Peningkatan kualitas lingkungan hidup di perkotaan • Penserasian antar golongan dan penyelesaian masalah sosial lainnya • Peningkatan kesadaran budaya • Peningakatan keamanan dan ketertiban kota
Pengendalian pengembangan sistem perkotaan dan kota-kota baru • Pengendalian dan pencegahan urban sprawl dan konurbasi • Penanganan masalah perdesaan, pinggiran kota, hubungan antar kota dan desa-kota • Peningkatan kapasitas, kelembagaan, pembiayaan dan pengelolaan kota dalam meningkatkan pelayanan masyarakat • Peningkatan kinerja kota dalam menjalankan peran sebagai motor pendorong pembangunan wilayah dan pelayanan wilayah pengaruhnya.
Form lanskap yang tidak diharapkan: • Kumuh (slum) ~ wilayah dengan kondisi lingkungan yang inferior • Squatter ~ liar, hunian liar • Urban sprawl ~ menyebar tidak teratur • Berakibat pada penurunan kualitas estetika dan penyediaan sarana dan prasarana (jejaring lintas wilayah, penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dll) yang layak • Konurbasi (conurbation) ~ agregasi atau jejaring yang kontinyu komuniti kota, tidak ada jeda kota-desa • Relevan dengan efisiensi sarana dan prasarana
Lanskap [Permukiman] Kumuh, Squatters, Sprawl, Konurbasi dan Lapuk (Blight) Faktor yang mempengaruhi: • Kemiskinan secara sosial-ekonomi • Politik: di sebagian wilayah Bogor (terutama wilayah Bogor selatan) kawasan ini terjadi karena “warisan” Belanda. Form lanskap dipengaruhi oleh values untuk men-segregasi inlander vs komuniti Belanda. • Budaya: • Clan (budaya Jepang, Jawa dll) • Insersi/penyisipan budaya urban pada perumahan baru (masyarakat urban) perumahan dualistik konflik vs kohesi
Fisik: (1) perkembangan kota yang sangat pesat (2) carrying capacity dan (3) kemampuan pemerintah menyediakan sarana dan prasarana • Perkemabangan yang sangat pesat: kota-kota besar dunia • Karena tekanan yang tiba-tiba seperti pengungsian (di Kowloon, Hong Kong) mendorong pertumbuhan rusun • Perkembangan industri yang tidak terencana (Boston pada masa revolusi industri)
Strategi: Artikulasi form, function dan values • Form dapat membentuk values dan menyediakan fungsi • Values dapat mendikte form dan fungsi • Fungsi dapat mendikte form, • Jika tidak diikuti values terjadi marginalisasi, ketidakadilan dsb • Jika diikuti values akuntabel secara kontekstual Membangun tidak harus berorientasi pada pemecahan masalah, tetapi juga dapat dengan berorientasi pada tujuan atau values. Contoh-contoh values (Lynch, 1981 danSimonds, 1983) • normatif: ekspresi simbolik, efisiensi/mekanistik, keseimbangan homeostatik dan keamanan
Value analis dan advokat: B/C ratio, kecukupan, konservasi, kebersihan • Value utopian: partisipasi, self-suffiency, social stability, kesehatan, kebersihan dll • Value masa lalu dan kesusastraan:curiousity,pleasant memory • Value ilmu-ilmu sosial:ketetanggaan, mobility, pengendalian sosial yang efektif • Value perencana dan designer: order, clarity, memberi pengalaman, terkelola (manageability) Value dapat diekstrak dengan teknik analisis antara lain content analysis
Contoh Prinsip-prinsip atau Solusi Penataan (renewal, revitalisasi, redevelopment) Osaka (Office of Urban Revitalization, 2006) • Memperkuat fungsi-fungsi untuk mendorong bisnis berbasis knowledge sentra-sentra produksi • Memperkaya fungsi untuk menarik wisatawan dan mengembangkan budaya lokal • Memberikan insentif terhadap investasi industri kunci • Mendorong perkembangan distrik-distrik secara atraktif Tokyo (Munandar, 2004 visit) • Memperkaya fungsi untuk menarik wisatawan dan mengembangkan budaya lokal (terutama di kawasan permukiman) seraya mengembangkan kegiatan ekonomi lokal form: komuniti cul-de-sac
Okayama (Munandar, 2004 visit) • Public park di tepi sungai yang dibangun dan didesain dengan partisipasi masyarakat di permukiman dan CBD (membelah kota) • Restorasi kawasan bersejarah (misalnya Kurashiki) Kowloon, Hong Kong (Eisner et al., 1993 dan Munandar, 1995 visit) • Pengembangan rumah susun yang compact dan berfasilitas lengkap, bermula dari tujuan untuk menampung pengungsi)
US (Levin & Associate, 2006) • Penguatan landmark kota yang signifikan dari segi value dan skalanya terhadap komuniti lokal Michigan, US (Michigan LULC, 2006) • Pengurangan konsentrasi kemiskinan di tengah kota diikuti dengan pengembangan sekolah dan fasilitas yang berkualitas untuk komuniti • Penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan menyehatkan • Pertumbuhan ekonomi secara proporsional pada distrik kecil, menengah maupun yang luas
Pengurangan traffic congestion • Pembukaan kawasan tertutup atau lahan tak bertuan • Preservasi aset-aset historik, budaya, artistik, arsitektural dan sumberdaya alam • Discourage keputusan dan kebijakan pemerintah kota hingga “kelurahan” yang mendorong pertumbuhan urban sprawl • Partisipasi swasta dan publik dalam • Membangun “green infrastructure” • Mengendalikan “pelapukan kota” (urban blight) • Membangun sumber-sumber pendapatan untuk pembangunan wilayah
Detroit, US (Michigan Virtual University, 2006) • Pengembangan local specific districts • Inclusiveness • Pernyataan pencapaian secara eksplisit • Yang dijanjikan (deliverable) • Dengan ukuran kinerja • Penerapan merit system dalam partisipasipembangunan komuniti