1 / 9

MEMBANGUN KESALIHAN INDIVIDU

MEMBANGUN KESALIHAN INDIVIDU. Oleh: SYAMSUL HUDA. BAGAIMANA MEMBANGUN KESALIHAN INDIVIDU ?. TUHAN MENCIPTAKAN MANUSIA DARI TITIK HAMPA. JARAK SPIRITUAL : - SEINDAH-INDAH CIPTAAN -SEBURUK-BURUK CIPTAAN. FITRAH YANG DIBAWA DARI TUHAN adalah DARI TITIK HAMPA. SELF SEEKING PROCSES

tacy
Télécharger la présentation

MEMBANGUN KESALIHAN INDIVIDU

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MEMBANGUN KESALIHAN INDIVIDU Oleh: SYAMSUL HUDA

  2. BAGAIMANA MEMBANGUN KESALIHAN INDIVIDU ?

  3. TUHAN MENCIPTAKAN MANUSIADARI TITIK HAMPA JARAK SPIRITUAL: -SEINDAH-INDAH CIPTAAN-SEBURUK-BURUK CIPTAAN

  4. FITRAH YANG DIBAWA DARI TUHAN adalahDARI TITIK HAMPA SELF SEEKING PROCSES manusia diciptakan Tuhan dalam keadaan belum selesai: Tuhan tidak ingin manusia pasif menerima jadi segala-galanya;manusia diminta berikhtiar dari titik hampa menuju dan berhenti pada titik ideal--semuanya diserahkan kepada hati nurani dan akal budi manusia sendiri.

  5. Tuhan Sangat Demokratis—secara inplisit mengundang kita berpartisipasi di dalam mewarnai lukisan kehidupan kita secara pribadi maupun kolektifUntuk tujuan melakukan pilihan itu kerangka teologis maupun filofosifnya sudah di instal secara sempurna

  6. Proses Manjadi KesalIhan Individu : Orientasi hidup yang tidak terlalu materialistik→ berdimensi spiritualistik. Dalam kitab Suci: hidup meterialistik digambarkan sebagai “hidup yang rendah” (al-Hayât al-dunyâ). Mereka yang berhasil mengadakan “emansipasi” & ”transendentalisasi” akan berorientasi hidup yang lebih kualitas → Didapat dalam amal lestari (al-hâqiyât al-shâlihât)

  7. AL-HAYÂT AL-DUNYÂ X RABBÂNIYYAT Al-Hayat Al-Dunya • “Hiyasan”(zĩnat) bukan (zanâ) karena sifatnya tidak sejati-ornamental dan dekoratif →”kehidupan rendah” →kenikmatan palsu. • Dikontraskan tentang orang-orang yang menolak kebenaran (kafir) → selalu mengandalkan harta kekayaan dan anak keturunan. • Kehidupan dunia dg segala “hisan”-nya → bernilai instrumental. Rabbâniyyat • Harus dicari kehidupan intrinsik yang bernilai tinggi→penanaman rasa ketuhanan (iman dan taqwa) dan rasa kemanusiaan (amal salih)→langgeng & lestari →integral dan berimbang.

  8. Penjelasannya: manusia harus selalu diingatkan bahwa kehidupan dunia dg segala “hiasan”nya tetap harus dipandang sebagai bernilai instrumental belaka, sementara yg harus dicari sebagai kehidupan intrinsik yg bernilai tinggi ialah penanaman rasa ketuhanan (iman dan taqwa) dan rasa kemanusiaan (amal salih), khususnya yg langgeng dan lestari, dalam kombinasi yg integral dan berimbang.

  9. SIMPULAN KESALIHAN INDIVIDU : Orientasi kehidupan yang lebih tinggi, yang lebih mendapat perkenan Tuhan ialah yang lebih menitik beratkan segi-segi kualitatif hidup, bukan segisegi kuantitatifnya. Orientasi hidup yang tidak bertumpu kepada banyak sedikitnya anak keturunan dan harta kekayaan, tetapi orientasi hidup yang bertumpu kepada penampilan diri secara semanfaat mungkin kepada sesama manusia yakni beramal salih dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan akhir ridha dan perkkenan Tuhan—berbuat demi Kebenaran (al-Haqq).

More Related