1 / 9

Hukum Syara’ dan Hakim Mahkum Fiih dan Mahkum Alaihi

Hukum Syara’ dan Hakim Mahkum Fiih dan Mahkum Alaihi. Pengertian-pengertian. Hakim : Dzat yang mengeluarkan hukum Hukum Syara’ : Seperangkat peraturan berdasarkan ketentuan Allah tentang perbuatan manusia yang diakui dan diyakini dan mengikat untuk semua umat Islam

Télécharger la présentation

Hukum Syara’ dan Hakim Mahkum Fiih dan Mahkum Alaihi

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Hukum Syara’ dan HakimMahkum Fiih dan Mahkum Alaihi

  2. Pengertian-pengertian • Hakim: Dzat yang mengeluarkan hukum • Hukum Syara’ : Seperangkat peraturan berdasarkan ketentuan Allah tentang perbuatan manusia yang diakui dan diyakini dan mengikat untuk semua umat Islam • Mahkum Fiih : Perbuatan mukallaf yang berhubungan dengan hukum • Mahkum alaihi : Mukkalaf sebagai pelaku perbuatan yang berkaitan dengan hukum

  3. Bagaimana cara untuk mengetahui hukum Allah ? • Ada tiga pendapat : • Mazhab Asy’ariyah ( Abu Hasan Al-Asy’ari)  berdasarkan kepada Dalil Syara’ lewat kitabNya melalui perantara Rasul. • Mazhab Mu’tazilah ( Washil bin Atho’)  berdasarkan pertimbangan akal, karena hukum Allah mengenai perbuatan mukallaf sesuai dengan jangkauan akal.

  4. . . . . . .. • Mazhab Maturidiyah ( Abu Mansur Al-Maturidi) • Hukum Allah tidak mesti harus sesuai dengan baik buruk yang ditangkap oleh akal, harus melalui perantara RasulNya ( sepakat dengan Mazhab Asy’ariyah). • Baik buruknya perbuatan tidak mesti bersifat syar’I, sekalipun syariat tidak mengemukakan, pokok perbuatan baik dapat ditangkap oleh akal karena manfaatnya dan pokok perbuatan tercela dapat juga ditangkap oleh akal karena mengandung bahaya ( sepakat dengan Mazhab Mu’tazilah).

  5. Macam-macam Hukum • Hukum Taklifi • Hukum Wadh’I Perbedaan : • Hukum taklifi menuntut mukalaf untuk melakukan, meninggalkan atau memberi pilihan antara melakukan atau meninggalkan, hukum wadh’I hanya sebagai sebab, syarat atau penghalang diperbolehkannya melakukan suatu perbuatan. • Hukum taklifi dalam jangkauan mukallaf,hukum wadh’I bisa dalam kekuasaan mukallaf, bisa juga diluar kekuasaan mukallaf.

  6. Syarat Sahnya Mahkum Fiih • Perbuatan tersebut diketahui oleh mukallaf dengan pengetahuan yang sempurna • Perbuatan tersebut bersumber dari orang yang mempunyai otoritas • Perbuatan tersebut bersifat mungkin, baik dilaksanakan maupun ditinggalkan.

  7. Mahkum Alaihi • Syarat-syarat Mahkum alaihi • Mampu memahami dalil • Layak dikenai pentaklifan • Ahliyatu wujub .. Sempurna .. Tidak sempurna • Ahliyatul Ada’ .. Tidak memiliki .. Tidak sempurna .. Sempurna

  8. . • Beberapa Penghalang Ahliyah : • Penghalang Samawi ( gila, cacat mental, pelupa dsb.) • Penghalang kasbi ( Mabuk, bodoh dsb.)

  9. . • perbedaan ahli ushul fiqh dengan ahli fiqh dalam mendefinisikan “hukum syara” • hubungan antara hakim dengan hukum syara • Definisi Hakim ; bagaimana dengan konteks permasalahan yang berkembang di Indonesia (yang berhubungan dengan hablun minallah) tidak bisa dikembalikan kepada Alquran dan hadis.

More Related