670 likes | 1.38k Vues
PENYAKIT PARASITER - TREMATODE & CESTODE -. Handayu Untari. EXERCISE TODAY . Schistosomiasis Echinococcosis Dipyllidiasis Dipyllobothriasis Taeniasis ( Taenia solium dan Taenia saginata ). Meliputi . Epidemiologi / persebaran penyakit (zoonosis)
E N D
PENYAKIT PARASITER- TREMATODE & CESTODE - Handayu Untari
EXERCISE TODAY • Schistosomiasis • Echinococcosis • Dipyllidiasis • Dipyllobothriasis • Taeniasis (Taenia solium dan Taenia saginata)
Meliputi ..... • Epidemiologi / persebaran penyakit (zoonosis) • Cara transmisi penyakit (kaitannya dengan siklus hidup) • Patogenesis (termasuk Imunitas jika ada) • Gejala Klinis • Teknik Diagnosa • Pengendalian dan Terapi
TREMATODA • Morfologi umum cacing penyebab : • Pipih bilateral, seperti daun • Hermaphrodit • Tidak bersegmen • Saluran pencernaan tdk sempurna • Oral & Ventral sucker • Telur beroperculum Operculum
Fasciola hepatica • Predileksi : saluran empedu pada Liver/ Hepar • Host : ruminansia, gajah, kuda, babi, anjing,kucing, • Morfologi :
Fasciola hepatica • Kerugian : • Produktivitas menurun • Harga jual turun • Kematian • Cara Penularan : • Tertelannya metaserkaria • Melalui inang antara Lymnea sp.
Fasciola hepatica • Patogenesa : • Migrasi cacing muda hemoragi, fibrosis, anemia • Cacing dewasa pada bile duct proliferasi epitel bile duct, cholangitis, nekrosis, fibrosis kalsifikasi teraba berpasir • Keluarnya cairan jaringan edema, ascites
Fasciola hepatica • Gejala klinis : • Akut (ingesti metacercaria dlm jumlah banyak pd 1 waktu) • Penurunan BB • rasa sakit pada abdomen • Anemia • Ascites • Kematian mendadak • Subakut • Nafsu mkan turun • BB turun • Anemia haemorrhagic • Kerusakan hepar • Kematian dlm 4-8 minggu • Kronis • Penurunan BB • Produksi susu turun • Anemia • Edema submandibula • Ascites
Fasciola hepatica • Diagnosa : • Pemeriksaan feses telur cacing (beroperculum) • Post mortem cacing dewasa pada hepar, kerusakan hepar • Antigen Diagnostic Fasciola intradermal (pangkal ekor 15-30 menit) • ELISA (cathepsin-L feses)
Pencegahan Fasciolosis • Pemeriksaan tinja setiap 2-3 bulan • Program deworming secara teratur • Kontrol siput intermediate host pelihara bebek atau mollusida pada selokan tergenang • Penggembalaan pada lahan yang kering, hindari lahan yang becek • Tebar natrium pentachlorpenate pada ladang penggembalaan
Pengobatan Fasciola sp. • Carbon tetrachloride 1-2 ml/ 50kgBB SC/IM • Clorsulon 7 mg/kgBB PO • Dovenix 7 ml SC • Triclabendazole 5 mg/kgBB IM • Hexachlorophene 15 mg/KgBB PO (cacing dewasa)
Paramphistomiasis • Causa : Cotylophoron cotylophorum, Paramphistomum cervii, Gastrothylax crumenifer, Gigantocotyle explanatum • Predileksi : rumen, retikulum • Host : ruminansia
Paramphistomiasis Patogenesa : • Tdk patogen kecuali dalam jumlah banyak • Nekrosis dan hemoragi PA : radang kataralis dan haemoragik, kerusakan kelenjar intestinal, degenerasi Lgl.
Paramphistomiasis • Diagnosa : GK dan PA • Pencegahan : molluscida & drainase daerah rawa • Pengobatan : • Hexachloretane – bentonite 180 gram • Bithionol 25-35 mg/kgBB • Hexa chlorophene 10 mg/kgBB • Yomesan 75 mg/kgBB
Schistosomiasis (Bilharziasis) • Causa : S. japonicum,S.mansoni, S. curassoni, S. bovis, S. mattheei, S. leiperi, S. indicum, S. incognitum, S. spindale, S. rhodhaini, S. Margrebowiei , S. haematobium, S. mekongi,S. intercalatum • Morfologi : • Cacing betina lebih panjang dari jantan • Dioescious jenis kelamin terpisah (selalu dlm keadaan kopulasi) • Jantan memiliki celah perut (canal gyneacophore/ventral groove)
Schistosomiasis (Bilharziasis) • Lanjutan morfologi : • Betina silindrik • Telur berbentuk ovoid yang dilengkapi spina • Cacing betina oral sucker dan ventral sucker • Vulva cacing betina posterior
Schistosomiasis (Bilharziasis) • Endemik di 76 negara termasuk Indonesia • Sudah ditemukan sejak tahun 1900 SM S. haematobium kronik haematuria, kelainan pada kandung kemih (Masir,Mesopotamia) ; telur diidentifikasi pda tahun 1250-1000 SM • Telur dengan spina lateral dari S. mansoni 1902 oleh Manson • S. japonicum : 1847 Kabure itch / Katayama syndrome di Jepang; 1904 cacing dari vena porta pada kucing (Schistosoma japonicum)
Schistosomiasis (Bilharziasis) • S. intercalatum memiliki bentuk telur yang mirip dengan S. haematobium , tahun 1934 diberikan nama S. intercalatum • S. Mekongi tahun 1978, di Laos dan Kamboja dg hospes antara Tricula aperta
Schistosomiasis (Bilharziasis) • Endemik Indonesia adalah S. Japonicum ( Sulawesi ) • S. Mansoni endemik di 55 negara Arab, Africa, hingga Madagascar dengan prevalensi tertinggi di Sudan dan Mesir • S. Haematobium endemik di 53 negara di Timur Tengah, Afrika,Mauritius, Zanzibar, Madagascar • S. Intercalatum endemik di 10 negara di Afrika bagian tengah dan Barat • S. Mekongi endemik di Kamboja dan Laos
Schistosomiasis (Bilharziasis) • Habitat : vena porta dan vena messeterica • Host : manusia, anjing, kucing, sapi, kambing, babi, dan tikus
Schistosomiasis (Bilharziasis) • Patogenesa : • Pruritus bekas masuknya serkaria • Ptechiae pada organ yang terkena • Oedema subcutan • Hati membengkak dan nyeri • Abdominal pain, demam, malaise, • diare
Schistosomiasis (Bilharziasis) • Pengobatan : • Stibophene 7,5 mg/kgBB • Praziquantel 8-15 mg/kgBB SC • Niridazole 55 mg/kgBB PO 5 hari • Pencegahan : • Pemeriksaan rutin terutama pada daerah endemik • Pembuangan feses ke tempat tertentu, tanpa kontak dengan air • Molluscida • Pengeringan habitat siput
Paragonomiasis • Causa : • Paragonimus westermanii (manusia, felidae, canidae) • Paragonimus kellicoti (felidae, canidae, tikus besar, babi, cerpelai) • Paragonimus iloktsuenensis (tikus) • Paragonimus ohirai (tikus dan anjing)
Paragonomiasis • Habitat : paru-paru (jaringan peribronkhioli) kista • Morfologi : • Sperti biji kopi (dorsal cembung, ventral datar) • Duri halus di seluruh permukaan tubuh • Telur beroperkulum berwarna coklat keabu-abuan • Telur dikeluarkan belum berembrio
Paragonomiasis • Patogenesa : • Migrasi cacing muda kista jaringan emboli, mikroinfark, dan nekrosis parenkhim paru2 • Pengeluaran telur iritasi pada parenkhim granuloma pseudotuberculosa • Hiperplasia sel-sel epitel bronkhioli batuk
Paragonomiasis • Gejala Klinis : • Batuk kering sputum bergaris darah, coklat karat • Rasa sakit pada paru2 dan demam ringan • Rasa sakit pada bagian terbentuknya kista • Epilepsi, paresis, gangguan visual otak • Diagnosa : • Telur pada sputum atau feces • CFT, reaksi intradermal
Paragonomiasis • Pengobatan : • Bithionol • Obat2 untuk distomatosis • Pencegahan : • Hindari penggembalaan pada tempat dg genangan air • Memakan udang/kepiting yg dimasak sempurna • Pada daerah endemis mnum air yg sudah dimasak
CESTODA • Morfologi umum : • Bersegmen • Pipih bilateral • Hermaphrodite • Larva intermediate kista • Membutuhkan intermediate host (sbgian besar) • Skoleks & proglotid • Telur oncosphere / hexacanth embrio (pada segmen gravid)
Monieziasis • Causa : • Moniezia expansa • Moniezia benedini • Predileksi : usus halus • Inang definitif : ruminansia
Monieziasis • Patogenesa : • Cacing muda/dewasa iritasi pada usus gangguan pencernaan • Gejala klinis : • Tidak jelas • Kelemahan/kurus • Anemia, diare profus, pertumbuhan lambat, bersifat fatal pada anak sapi (infeksi berat)
Monieziasis • Diagnosis : • Pemeriksaan feces rutin (telur/segmen gravid) • Pengobatan : • Cupper sulfat 10-100 ml • Dichlorophene 300-600 mg/kgBB • Yomesan 75 mg/kgBB • Lead arsenat 0,5-1 gram dlm kapsul gelatin
Dipyllidiasis (Taeniasis pada anjing) • Causa : Dipyllidium caninum • Predileksi : usus halus • Hospes : • anjing • Kucing • Serigala • manusia
Dipyllidiasis • Patogenesa : • Gangguan pencernaan • Enteritis kronis & kolik • Gejala klinis : • Gejala nyata hanya dlm jumlah banyak • Bulu kusam, nafsu makan turun,kurus,lemah • Berjalan dgn menyeret anus di tanah/menggigit perut
Dipyllidiasis Gatall.... • Diagnosa : • Pemeriksaan feces teratur • Proglotid di sekitar anus • Gejala klinis anjing yng khas • Pengobatan : • Bithionol • Dichlorophene • Arecoline acetorsal
Dipyllidiasis • Pencegahan : • Pembasmian pinjal / kutu pd anjing
Dipyllobothriasis • Causa : Diphyllobothrium latum • Hospes : manusia, anjing,babi,beruang,hewan pemakan ikan • Predileksi : usus halus hospes
Dipyllobothriasis • Gejala klinis dan patogenesa: • Cacing dewasa menyerap nutrisi hospes kekurangan vitamin B12 Anemia perniciosa • Diare • Diagnosa : pemeriksaan feces • Pengobatan : • Yomesan • Quinacrine hydrochloride • Dichlorophene
Dipyllobothriasis • Pencegahan : • Memasak ikan dengan sempurna sebelum dikonsumsi
Cistisercosis cellulose • Causa : Cysticercercus cellulose (kista dari Taenia solium) • Hospes : babi, sapi, anjing, kucing, kambing, kera, manusia • Predileksi : otot bergaris (otot lidah, masseter, otot paha, otot perut), diafragma, mesenterium, paru-paru, jantung, ginjal, hati, mata