1 / 3

Musik Modern dengan Bahasa Daerah

Dilansir oleh badan bahasa nasional sudah ada sekitar 11 bahasa diantaranya adalah bahasa piru, moksela, hoti, serua, nila, tandia mawes, ternateno, hukumina, palumata, dan kajeli.

yogiprazz
Télécharger la présentation

Musik Modern dengan Bahasa Daerah

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Penggunaan bahasa daerah saat ini menunjukan penurunan yang sangat drastis saat ini. Bagaimana tidak penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa ibu sudah banyak di tinggalkan oleh masyarakat khususnya remaja dan anak-anak saat ini. Ini terbukti dari data yang di lansir oleh badan bahasa nasional sudah ada sekitar 11 bahasa diantaranya adalah bahasa piru, moksela, hoti, serua, nila, tandia mawes, ternateno, hukumina, palumata, dan kajeli. Padahal Indonesia adalah Negara dengan bahasa daerah terbanyak kedua di dunia setelah papua nugini, lebih tepanya Indonesia memiliki sekitar 700 bahasa daerah yang tersebar di seruluh nusantara. Miris memang melihat fakta bahwa 11 bahasa asli Indonesia tersebut sudah dinyatakan punah, jika di biarkan angka tersebut akan bertambah lebih banyak karena generasi muda Indonesia enggan untuk menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu mereka. Karena rata-rata di Indonesia setiap warga Negara nya menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi setiap hari yaitu bahasa resmi Indonesia dan bahasa ibu mereka masing-masing. Faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa para generasi milenial Indonesia engga menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu adalah mereka menilai jika menggunakan bahasa daerah terkesan kurang keren dan kampungan. Selain itu juga terkadang banyak orang tua yang tidak mengajarkan kepada anak mereka bahasa daerah sebagai bahasa ibu, orang tua lebih mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama bahkan ada beberapa orang tua yang mengajarkan bahasa asing sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Namun bukan berarti semua milenial Indonesia tidak bangga dan bahkan melupakan bahasa daerah sebagai identitas mereka, buktinya beberapa anak muda Indonesia dengan bangga

  2. menjadikan bahasa daerah sebagai karya seni mereka untuk bertujuan lebih bangga dan memperkenalkan bahasa daerah kepada generasi muda lainnya dengan cara seni salah satunya adalah dengan lagu. Lagu dinilai dapat mereprensetatifkan nilai kebanggaan terhadap bahasa daerah, bahkan beberapa musisi menyanyikan lagu daerah sebagai hits mereka, banyak musisi yang telah aktif mengkampanyekan bahasa daerah dalam sebuah lagu agar kelak para generasi milenial tidak ragu untuk menggunakan bahasa daerah. Berikut adalah beberapa musisi yang menjadikan bahasa daerah sebagai lagu kebangga mereka. Yura Yunita Penyanyi bersuara merdu ini telah mengeluarkan sebuah lagu berjudul Kataji atau bisa diartikan sebagai terpikat. Lagu ini merupakan lagu yang sepenuhnya berbahasa sunda dibalut irama musik jazz yang menawan. Yura mengatakan bahwa lagu ini menjadi kebanggaan nya menjadi seorang wanita yang terlahir dari suku sunda. Dan lagu ini melambangkan kebanggaan nya terhadap bahasa daerah. Ten2Five band yang digawangi oleh imel sebagai vocalist pernah mengeluarkan sebuah lagu remake dari lagu daerah. Lir ilir menjadi hits ten2five saat itu berbarengan dengan lagu-lagu daerah lainnya yang di kemas dalam album I Love Indonesia. Irama jazz dan lirik jawa menjadikan harmoni yang indah dimana unsur modern dan etnik tradisional di nyanyikan merdu oleh band ten2five ini. Mereka ingin semua anak muda untuk berbangga dengan bahasa daerahnya masing-masing. Siantar Rap Foundation Adalah sebuah group music rap dari daerah pematangsiantar, beranggotakan empat orang anak muda. SRF selalu menampilkan unsur etnik batak dalam setiap lagunya yang di balut irama lagu rap yang modern. Mereka konsisten untuk memperkenalkan budaya adat batak dengan lagu rap yang mereka nyanyikan seperti sinanggar tulo yang di iringi irama rap. Meski tak semua lagu berbahasa batak tapi mereka selalu menyisipkan bahasa daerah batak di setiap lagu yang mereka nyanyikan. Coba deh kita dengarkan lagu-lagu dari SRF pasti kita akan tahu sebesar apa mereka bangga dengan adat dan bahasa daerah mereka. Bondan Prakoso Seorang anak muda yang multitalented ini juga sempat menyanyikan sebuah lagu pada tahun 2007 berjudul kroncol protol yang berirama kroncong yang khas di tambah dengan irama rap dari teman duitnya fade to black. Perpaduan lagu tradisional dengan modern menjadikan lagu ini dapat diterima para generasi muda selain misi untuk memperkenalkan bahasa daerah. Near dan Dian Sorowea Siapa yang tidak tahu lagu ini, lagu yang sempat booming belakangan terakhir ini merupakan lagu yang semua liriknya berbahasa maumere ini sangat merdu dinyanyakan dan bahkan sudah

  3. banyak di cover. karna su sayang merupakan lagu duet dari dua anak muda berbakat Dian sorowea dan Near sebagai rapper di lagu ini. lagu yang kental berbahasa timur indonesia ini berhasil menghipnotis banyak orang di indonesia, Para musisi diatas merupakan sebagian kecil dari usaha para generasi milineal untuk bangga terhadap budaya dan bahasa daerah sendiri. Karena jika bukan kita yang melestarikan siapa lagi, dari sekarang kita bangga dengan bahasa daerah ya. NDX AKA Saat diwawancara oleh salah satu webzine online, NDX menuturkan harapannya pada bahasa Jawa. Mereka konsisten memadukan bahasa Jawa dalam lagu-lagu mereka, dan berharap bisa memperkenalkan bahasa Jawa ke seluruh dunia. Grup ini digawangi dua anak muda, Yonanda Frisa Damara dan Fajar Ari. Duet asli Imogiri, Yogyakarta ini melejit dengan ciri khasnya sendiri. Jogja Hip Hop Foundation Didirikan oleh Marzuki Mohammad alias Kill the DJ pada 2003, Jogja Hip-hop Foundation (JHF) memproyeksikan dirinya untuk mengakomodasi kru-kru hip-hop di Yogyakarta yang berbahasa Jawa. Walau namanya terdengar formal, gerak-gerik JHF sebenarnya lebih berbasiskan komunitas daripada institusi formal. Acara-acara yang diadakan didanai oleh penjualan album dan souvenir. Lini terdepan JHF adalah tiga kru yang secara konsisten membawakan rapnya dengan bahasa Jawa. Kru-kru itu juga menggabungkan bebunyian Jawa dengan dengan hentakan musik urban. Mereka adalah Jahanam, Rotra, dan Kill the DJ, sekelompok anak-anak Jawa yang berdiri di persimpangan budaya. Dibuat oleh https://lagudaerah.id

More Related