1 / 121

PENCEMARAN UDARA DAN SAMPLING POLUTAN UDARA Oleh Sudrajat Program S-2 Ilmu Lingkungan UNMUL

PENCEMARAN UDARA DAN SAMPLING POLUTAN UDARA Oleh Sudrajat Program S-2 Ilmu Lingkungan UNMUL Samarinda 2010. Biomonitoring. Exposure routes. 2.

dillian
Télécharger la présentation

PENCEMARAN UDARA DAN SAMPLING POLUTAN UDARA Oleh Sudrajat Program S-2 Ilmu Lingkungan UNMUL

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENCEMARAN UDARA DAN SAMPLING POLUTAN UDARA Oleh Sudrajat Program S-2 Ilmu Lingkungan UNMUL Samarinda 2010

  2. Biomonitoring Exposure routes 2

  3. Determinants of exposure, dose and biologically effective dose that underlie the development of health effects (Modified from Jaakkola et al., 1994) 3

  4. Pollutant Exposure (External dose) Susceptibility Factors Internal Dose Susceptibility Factors Metabolites, Adducts, or Biologically Effective Dose Susceptibility Factors Early Biological Effects; Altered Structure and Function; Ultimately Clinical Disease 4

  5. Biomonitoring Biomarkers 5

  6. Health outcome measures in studies of air pollution 6

  7. Some other health endpoints of interest Cardiovascular disease (AMI, heart failure) ECG changes Hospital admissions Mortality Perinatal outcomes Birth weight and gestational age Neonatal and infant mortality Cancer incidence – lung cancer 7

  8. EFEK BAHAN PENCEMAR UDARA • Baik gas maupun partikel yg berada di atmosfer dapat menyebabkan kelainan pada tubuh manusia. Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu atau masyarakat dapat berupa : • Sakit ( akut atau kronis) • Menghambat pertumbuhan / perkembangan • Mengganggu fungsi fisiologis ( paru, syaraf, transpor oksigen oleh Hb, kemampuan sensorik • Kemunduran penampilan / prestasi • Iritasi sensorik • Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh • Rasa tidak nyaman ( bau) 8

  9. Respon manusia terhadap kadar SO2 ( Wellburn Alan, 1988) 9

  10. EFEK POLUTAN OZON (O3) • Menyebabkan iritasi dan rasa kering di tenggorokan • Peningkatan airway resistance • Sakit kepala, mual, tidak suka makan • Batuk dan nyeri dada serta pernapasan menjadi pendek • Sembab paru 10

  11. 11

  12. KARAKTERISTIK PENCEMAR UDARA

  13. KARAKTERISTIK PENCEMAR UDARA

  14. DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN Perubahan lingkungan global yang langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan adalah: 1. Pemanasan Global 2. Lubang atau Penipisan Lapisan Ozon 3. Efek Rumah Kaca 4. Hujan Asam 5. Naiknya permukaan air laut

  15. EFEK RUMAH KACA Sebagian panas sinar matahari yang diterima permukaan bumi dipantulkan kembali sebagai radiasi sinar infra merah ke angkasa  efek rumah kaca (fenomena rumah kaca) Panas yang timbul di dalam lapisan atmosfer bawah, dekat dengan permukaan bumi, akan terperangkap. Keseimbangan energi antara kedua proses tersebut akan menentukan temperatur rata-rata di permukaan bumi. Fenomena rumah kaca sudah berlangsung sejak lama di lapisan troposfer. Gas rumah kaca: CO2, CO, methana, N2O, CFC, dll.

  16. PENIPISAN LUBANG OZON

  17. HUJAN ASAM • Turunnya derajat keasaman air hujan karena terjadinya reaksi antara polutan dengan air di udara membentuk suatu komposisi baru di udara yang bersifat asam dan turun bersama hujan. • Hujan Asam  pH < 5,5 • Sumber penyebab hujan asam  SOx (bahan bakar fosil), dan NOx. • Dampak: • H2SO4  berikatan dengan partikulat masuk ke sal. • Pernafasan  gangguan paru-paru kronis hingga kanker. • Kematian tumbuhan dan hewan. Area jadi gersang. • Korosif thd material dan memudarkan warna akibat adanya asam nitrat yang menjadi oksidator.

  18. KEBAUAN (ODOUR) • Bau adalah sesuatu yang disebabkan oleh zat/senyawa an organik atau organik, umumnya bersifat volatil yang memberikan efek rangsang terhadap penciuman. • Bau adalah parameter kualitas udara yang bersumber dari pembusukan limbah (industri/domestik) yang mengandung unsur sulfida dan nitrogen yg diuraikan oleh bakteri baik di air, tanah, atau udara secara anareob  menghasilkan senyawa H2S, NH3, Karbon disulfida (CS2), dll. • Dampak: • NH3  iritasi pada sal. Pernafasan, batuk, muntah, dll • H2S  iritan thd paru-paru, melumpuhkan sal. pernafasan, hingga kematian karena tersumbatnya sal pernafasan.

  19. KEBISINGAN & GETARAN Bising (Noise) dan Getaran (Vibration) sering dijelaskan perbedaannya dengan menyebut bahwa bising adalah sesuatu fenomena yang dapat didengar (Hearing) sedangkan getaran adalah fenomena yang dapat dirasakan (Feeling). Pada umumnya tidak semua suara menimbulkan getaran yang dapat dirasakan. Namun dapat dikatakan bahwa semua getaran pasti dapat didengar.

  20. PENGERTIAN Kebisingan dapat diartikan sebagai bentuk suara yang tidak dikehendaki atau bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya. Pengertian bising dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP. 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan didefinisikan sebagai Bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

  21. DUA HAL YANG MENENTUKAN KUALITAS BISING SUATU BUNYI: • 1. Frekuensi, yang dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut Hertz (Hz), yaitu jumlah dari gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya. • Intensitas atau arus energi per satuan luas, biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut decibel. (dB(A)). • Skala A artinya pembobotan dengan skala A=Weighted Sound Level, karena telinga manusia kurang memberikan reaksi pada frekuensi rendah dan tinggi dibandingkan frekuensi seperti pada saat berbicara.

  22. SKALA INTENSITAS KEBISINGAN

  23. JENIS KEBISINGAN • BISING YANG KONTINYU (STEADY • NOISE). • Jenis bising ini mempunyai tingkat tekanan suara yang relative sama selama terjadinya bising. Contoh penyebab bising ini adalah • air terjun, mesin pembangkit tenaga listrik, mesin industri, dan lain-lain. • 2. BISING YANG TIDAK TERUS-MENERUS. • Jenis bising ini mempunyai tingkat tekanan suara yang berbeda-beda selama bising berlangsung. Contoh penyebab bising ini adalah lalu lintas kendaraan bermotor (dari jarak dekat), suara senjata, pesawat terbang sedang lewat, dan sebagainya.

  24. DAMPAK TERHADAP MANUSIA Gangguan kebisingan dapat berakibat buruk bagi manusia, baik secara psikis maupun fisik. Gangguan fisik adalah jika kebisingan itu mengakibatkan kerusakan organ pendengaran manusia, sedangkan gangguan psikis adalah reaksi manusia pada kebisingan yang cenderung menjurus stress. Tinggi rendahnya tingkat kebisingan akan mempengaruhi tinggi rendahnya dampak pada manusia. Tingkat kebisingan di atas 85 dB(A), tidak hanya mengganggu aspek psikologis, tetapi juga akan merusak aspek fisiologik ke pendengaran sesudah periode ulangan pemaparan selama 8 jam atau lebih.

  25. SUMBER BISING MEDIA PENCEGAH ALAT PENDENGARAN

  26. DAMPAK NEGATIF KEBISINGAN • 1. Gangguan psikologik, yang berupa: • - Sukar berkonsentrasi & Sukar tidur • - Mudah marah • - Kepala pusing & Cepat lelah • - Menurunkan daya kerja • - Menimbulkan stress • 2. Gangguan pendengaran, yaitu hilangnya pendengaran seseorang, jika dibiarkan berlanjut dapat menderita ketulian yang bersifat: • - Sementara, • - Permanen • 3. Gangguan tubuh lainnya, yang dapat berupa: • - Ketegangan otot • - Kontraksi pembuluh darah • - Meningkatnya tekanan darah • - Meningkatnya denyut jantung • - Meningkatnya produksi adrenalin

  27. International Standard Organization (ISO) mengeluarkan acuan tentang derajat gangguan • Gangguan pendengaran tingkat ringan, jika seseorang tidak dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 25-40 dB(A) (hearing loss 25-40 dB(A)). • 2. Gangguan pendengaran tingkat sedang, jika seseorang tidak dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 40-55 dB(A) (hearing loss 40-55 dB(A)). • Gangguan pendengaran tingkat berat, jika seseorang tidak dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan > 55 dB(A) (hearing loss >55 dB(A))). • 4 Jadi pada hearing loss pada tingkat kebisingan 0-25 dB(A) masih dalam keadaan normal atau tidak ada gangguan pendengaran.

  28. PENGARUH KEBISINGAN DISEBABKAN BEBERAPA FAKTOR • 1. Intensitas Kebisingan • Makin tinggi intensitasnya, makin besar risiko untuk terjadinya gangguan pendengaran. • 2. Frekuensi Kebisingan • Makin tinggi frekuensi kebisingan, makin besar kontribusinya untuk terjadinya gangguan pendengaran. • 3. Jenis Kebisingan • Kebisingan yang kontinyu lebih besar kemungkinannya untuk menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran daripada kebisingan yang terputus-putus. • 4. Lama Pemaparan • Makin lama pemaparannya, makin besar risiko untuk terjadinya gangguan pendengaran.

  29. 5. Lama Tinggal • Makin lama seseorang tinggal di sekitar kebisingan, makin besar risiko untuk terjadinya gangguan pendengaran. • 6. Umur • Pada umumnya, sensitivitas pendengaran berkurang dengan bertambahnya umur. • 7. Kerentanan Individu • Tidak semua individu yang terpapar dengan kebisingan pada kondisi yang sama akan mengalami perubahan nilai ambang pendengaran yang sama pula. Hal ini disebabkan karena respon tiap-tiap individu pada kebisingan berlainan, tergantung dari kerentanan tiap-tiap individu.

  30. BAKU MUTU TINGKAT KEBISINGAN KepMen LH No. 48/MNLH/11/1996

  31. NILAI AMBANG BATAS • Untuk mencegah kemungkinan gangguan pada manusia terutama ketulian akibat bising (noise induced hearing loss), maka telah ditetapkan batas pemaparan yang aman terhadap bising untuk jangka waktu tertentu, dan dikenal dengan sebutan Nilai Ambang Batas (threshold limit value). • Nilai ambang batas dimaksudkan sebagai batas konsentrasi dimana seseorang dapat terpapar dalam lingkungan kerjanya selama 8 jam sehari, 40 jam seminggu berulang-ulang kali tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan.

  32. NILAI AMBANG BATAS

  33. DAMPAK GETARAN DAPAT DIKELOMPOKKAN MENJADI: • Terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia. • Dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan dan komponen bangunan. • Dampak Getaran Kejut.

  34. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA Upaya pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan melalui: 1. Penelitian dan Pemantauan 2. Peraturan Perundangan 3. Teknologi Pengendalian Pencemaran

  35. PENGENDALIAN PENCEMARAN • TEKNOLOGI • Perubahan paradigma pengelolaan limbah: • End of Pipe Treatment  minimisasi limbah • minimisasi limbah • a. Source Reduction (reduksi pada sumbernya)  substitusi bahan • b. Reuse • c. Recycle 3R • d. Recovery • 2. PERATURAN PERUNDANGAN & PROGRAM KEBIJAKAN • a. Baku Mutu (ambien, emisi, effluen, down stream, upstream) • b. Amdal, UKL-UPL, Audit Lingkungan, • c. PROPER, Adipura, Kota Praja, Produksi Bersih, Langit Biru, Prokasih, dll.

  36. PENGENDALIAN PENC. UDARA 1. TEKNOLOGI. Contoh: 1. Dust Precipator/Collector 2. Filter 3. Catalitic Converter 4. Substitusi Bahan Baku 2. PENEMPATAN SUMBER EMISI (dengan mempertimbangkan hasil simulasi terhadap kondisi meteorologis, topografi, self purification, dll) 3. PENEMPATAN PENGHALANG 4. PERATURAN 5. MONITORING

  37. PENGENDALIAN KEBISINGAN • PENGURANGAN KEBISINGAN PADA SUMBERNYA: • a. Mengurangi vibrasi sumber kebisingan, berarti mengurang tingkat kebisingan yang dikeluarkan sumbernya. • b. Menutupi sumber suara. • c. Melemahkan kebisingan dengan bahan penyerap suara atau peredam suara. • PENEMPATAN PENGHALANG: • d. Menghalangi merambatnya suara (penghalang). • e. Memperpanjang jarak antara sumber bising & manusia. • f. Melindungi ruang tempat manusia atau makhluk lain berada dari suara. • PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI • g. Melindungi telinga dari suara (tutup telinga/ear muffs/ ear plugs).

  38. CONTOH LAIN PENGENDALIAN KEBISINGAN • 1. Menggunakan alat-alat yang lebih rendah kebisingan yang dikeluarkannya. • 2. Menggunakan cara pengelolaan yang kurang bising. • 3. Pemilihan bahan-bahan yang mengurangi kebisingan. • 4. Penanaman pagar dan tanaman peredam suara (tanaman hanya mampu mereduksi kebisingan hingga 2,23 dB(A) dan nilai ini masih jauh lebih rendah dibandingkan tembok yang mampu mereduksi 6,59 dB(A). • 5. Maintenance dan Housekeeping yang baik terhadap peralatan. • Dan lain sebagainya.

  39. CONTOH LAIN PENGENDALIAN KEBISINGAN AKIBAT KEGIATAN LALU LINTAS • 1. Penggunaan peredam suara mesin mobil (knalpot) • 2. Mengurangi kepadatan lalu lintas • 3. Membuat landscaping yang dapat meredam suara, misalnya dengan menanami pohon, semak dan perdu di kiri-kanan jalan. • 4. Membuat badan jalan yang meredam dan permukaan jalan yang halus. • Dan sebagainya.

  40. PERHITUNGAN TINGKAT KEBISINGAN • RUMUS: • L24 = 10 Log 1/24 (16.10 0,1 . LS + 8.10 0,1 . (Lm + 10)) • Dimana: • L24 = nilai Leq selama 24 jam • Ls = nilai Leq sepanjang siang hari (16 jam) dari jam 06.00 s/d 22.00. • Lm = nilai Leq sepanjang malam hari (8 jam) dari jam 22.00 s/d 06.00

  41. GETARAN • Getaran adalah suatu gerakan dari hasil kegiatan yang dapat dirasakan (feeling). • 1. Akibat Tingkat Getaran tertentu yang dihasilkan dari suatu kegiatan dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia, makhluk hidup lainnya dan lingkungan. • 2. Getaran adalah gerakan bolak-balik suiatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan. • 3. Getaran Mekanik adalah getaran yang disebabkan oleh sarana/peralatan kegiatan manusia. • 4. Getaran Kejut adalah getaran yang berlangsung secara tiba-tiba dan sesaat. • 5. Baku Tingkat Getaran Mekanik dan Getaran Kejut adalah batas maksimal Tingkat Getaran Mekanik yang diperbolehkan dari suatu usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan bangunan.

  42. Metode Pengumpulan Data Kimia Fisika (Udara)

  43. Metode Pengumpulan Data Kimia Fisika (Udara) 1. LOKASI DAN TITIK PENGAMBILAN SAMPEL 2. PARAMETER KUALITAS LINGKUNGAN 3. UKURAN, JUMLAH, DAN VOLUME SAMPEL 4. HOMOGENITAS SAMPEL 5. JUMLAH TITIK PENGAMBILAN SAMPEL 6. WAKTU PENGAMBILAN SAMPEL

  44. Pengaruh parameter meteorologis sangat perlu diperhatikan.Konsentrasi senyawa yang diukur akan merupakan suatu fungsi dari:1. intensitas emisi sumber emisi,2. keadaan meteorologis, 3. potensi dispersi atmosfer (angin, kecepatan, arah,kelembaban, radiasi, sinar matahari, tekanan, temperatur,4. jarak titik pengukuran PERILAKU KONSENTRASI SENYAWA ATMOSFER

  45. SAMPLING UDARA AMBIEN. mengetahui tingkat pencemaran yang ada di suatu daerah, dengan mengacukannya pada ketentuan – perundangan yang berlaku. Data Base dalam evaluasi pengaruh (pengembangan kota, tata guna lahan, transportasi, evaluasi penerapan strategi pengendalian pencemaran) Pengamatan kecenderungan tingkat pencemaran Mengaktifkan & menentukan prosedur pengendalian darurat. TUJUAN SAMPLING DAN ANALISIS

  46. Untuk pengambilan sampel udara ambien, yang perlu diukur adalah: • kecepatan angin, • arah angin, • suhu dan, • kelembaban udara, • Pengukuran itu sangat berguna sebagai bahan interpretasi data hasil pengujian di labora­torium.

  47. Pertimbangan sampling udara ambien • Di samping itu, faktor meteorologi, seperti arah angin, kecepatan angin, suhu udara, kelembaban, dan faktor geografi, seperti topografi dan tata guna lahan, harus dipertimbangkan. • Beberapa acuan dalam menentukan titik pengambilan adalah: • Hindari daerah yang dekat dengan gedung, bangunan, dan atau pepohonan yang dapat mengabsorpsi atau mengadsorpsi pencemar udara ke gedung atau pepohonan tersebut. • Hindari daerah di mana terdapat pengganggu kimia yang dapat memengaruhi polutan yang akan diukur. Contoh pengganggu itu adalah gas emisi kendaraan bermotor yang secara kimiawi dapat menggangu pengukuran ozon. • 3) Hindari daerah di mana terdapat pengganggu fisika yang dapat memengaruhi hasil pengukuran. Sebagai ilustrasi, pengukuran total partikulat di dalam udara ambien tidak diperkenankan di dekat insinerator.

More Related