1 / 39

PASSIVE PACKAGING, PACKAGING –PRODUCT INTERACTION AND ASEPTIC PACKAGING

JTIP FTP UGM. PASSIVE PACKAGING, PACKAGING –PRODUCT INTERACTION AND ASEPTIC PACKAGING. Klasifikasi Beberapa Jenis Kemasan : Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaian Disposable, Semi-Disposable dan Multi-trip

isra
Télécharger la présentation

PASSIVE PACKAGING, PACKAGING –PRODUCT INTERACTION AND ASEPTIC PACKAGING

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. JTIP FTP UGM PASSIVE PACKAGING, PACKAGING –PRODUCT INTERACTION AND ASEPTIC PACKAGING

  2. Klasifikasi Beberapa Jenis Kemasan : • Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaian • Disposable, Semi-Disposable dan Multi-trip • Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan) • Primer, Sekunder dan Tersier • Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan (Rigiditas) • Rigid, Semi-Rigid dan Flexible INTRODUCTION

  3. Klasifikasi Beberapa Jenis Kemasan…. : • Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan • Hermetis (tahan uap dan gas), Kemasan tahan cahaya, Kemasan tahan suhu tinggi, • Klasifikasi kemasan berdasarkan Penambahan Indikator • Passive Packaging dan Active Intelligent Packaging INTRODUCTION

  4. Definition : Packaged Materials or Product without added any substance inside packaging, however several treatment such as environmental modification inside the packaging sometimes added to increase shelf life of the product. Example : conventional packaging, vacuum packaging, aseptic packaging and modified atmosphere packaging. PASSIVE PACKAGING

  5. PASSIVE PACKAGING vacuum packaging conventional packaging

  6. PASSIVE PACKAGING aseptic packaging Modified atmosphere packaging

  7. Penyimpangan Kualitas dalam Masa Penyimpanan (Kadaluarsa) : • Penyusutan kualitatif dimana bahan mangalami penurunan mutu (bahan pangan yang rusak mengalami perubahancita rasa, penurunan nilai gizi atau tidak aman lagi untuk dimakan karena mengganggu kesehatan) sehingga menjadi tidak layak dikonsumsi manusia.Pada kondisi ini maka makanan sudah kadaluarsa atau melewati masa simpan (shelf life). • Penyusutan kuantitatif mengakibatkan kehilangan jumlah atau bobot hasil pertanian, dan inidisebabkan oleh penanganan yang kurang baik atau karena gangguan biologi (proses fisiologi,serangan serangga dan tikus). PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  8. Pengemasan dapat mempengaruhi mutu pangan antara lain melalui: Perubahan fisik dan kimia karena migrasi zat-zat kimia dari bahan kemas (monomer plastik,timah putih, korosi). Perubahan aroma (flavor), warna, tekstur yang dipengaruhi oleh perpindahan uap air dan O2. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan biokimia, kimia ataumigrasi unsur-unsur ke dalam bahan pangan. 1. Perubahan Biokimiawi Perubahan Alami pada bahan pangan, spt Bahan-bahan pangan segar yg mengandung air, perubahan aktivitas enzim, warna, tekstur,aroma dan nilai gizi bahan.

  9. 2. Perubahan Kimiawi dan Migrasi Unsur-Unsur Perubahan kimiawi yang terjadi pada bahan pangan disebabkan oleh penggunaan fungisida, plastisizer, bahan pewarna dan pestisida yang dapat bermigrasi ke dalam bahan pangan. Pengemasan dapat mencegah terjadinya migrasi bahan-bahan ini ke dalam bahan pangan. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS • Keracunan Logam • Logam yg berbahaya : timah, besi, timbal dan alumunium dalam jumlah yang besar akanbersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan manusia.

  10. a. Keracunan Logam ….. Batas maksimum kandungan logam dalambahan pangan menurut FAO/WHO adalah 250 ppm untuk timah dan besi dan 1 ppm untuk timbal. Logam-logam lain yang mungkin mencemari bahan pangan adalah air raksa (Hg), kadmiun (Cd),arsen (Ar), antimoni (At), tembaga (Cu) dan seng (Zn) yang dapat berasal dari wadah dan mesinpengolahan atau dari campuran bahan kemasan. Wadah dan mesin pengolahan yan telah mengalami korosi dapat menyebabkan pencemaranlogam ke dalam bahan pangan. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  11. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi korosif adalah: asam organik, nitrat, oxidizing agent, atau bahan pereduksi, penyimpanan, suhu, kelembaban dan adatidaknya bahan pelapis (enamel). Keracunan yang diakibatkan logam-logam ini dapat berupa keracunan ringan atau beratseperti mual-mual, muntah, pusing dan keluarnya keringat dingin yang berlebihan. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  12. b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan Plastik dan bahan-bahan tambahan dalam pembuatan plastik plastisizer, stabilizer danantioksidan dapat bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas dengan kemasan plastik danmengakibatkan keracunan. Monomer plastik yang dicurigai berbahaya bagi kesehatan manusia adalah vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril, vinilidenklorida dan styrene. Monomer vinil kloridadan akrilonitril berpotensi untuk menyebabkan kanker pada manusia, karena dapat bereaksi dengan komponen DNA yaitu guanin dan sitosin (pada vinil klorida) sedangkana denin dapat bereaksidengan akrilonitril (vinil sianida). Contohnya : Vinil asetat dapat menimbulkan kanker tiroid, uterus dan hati pada hewan. Vinil klorida danvinil sianida bersifat mutagenik terhadap mikroba Salmonella typhimurium. Akrilonitril dapatmembuat cacat lahir pada tikus-tikus yang memakannya. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  13. b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan…… Monomer akrilat, stirena dan metakrilat serta senyawa turunannya seperti vinil asetat,PVC, kaprolaktan, formaldehida, kresol, isosianat oragnik, heksa-metilendiamin,melamin, epidiklorohidrin, bispenol dan akrilonitril dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung. Laju migrasi monomer ke dalam bahan yang dikemas tergantung dari lingkungan.Semakin tinggi suhu maka semakin banyak monomer plastik yang termigrasi ke dalam bahan yang dikemas.   Konsentrasi residu vinil klorida awal 0.35 ppm termigrasi sebanyak 0.020 ppm selama 106 harikontak pada suhu 25oC. Monomer akrilonitril keluar dari plastik dan masuk ke dalam makanan secara total setelah 80 hari kontak pada suhu 40 oC. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  14. b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan…… Batas ambang maksimum dari monomer yang ditoleransi keberadaannya di dalam bahan pangan ditentukan oleh hasil tes toksisitas (LD 50) serta jumlah makanan yang dikonsumsi/hari. Di Belanda toleransi maksimum yang diizinkan adalah 60 ppm migran dalam makanan atau 0.12 mg/cm2 permukaan plastik.  Di Jerman toleransi maksimum yang diizinkan adalah 0.06 mg/cm2 lembaran plastik. Batas toleransi untuk monomer vinil klorida £ 0.05 ppm (di Swedia 0.01 ppm). Metode dan alat untuk mendeteksi dan menganalisa migrasi komponen plastik dalam bahan pangan adalah pelabelan radioaktif, termogravimetri, spektrofotometer, Gas Chromatography (GC), High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dan Gas Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS), yang dapat mendeteksi migran dengan kadar 10-20 gram – 10-6 gram. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  15. b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan…… Selain monomer plastik, timah putih (Sn) juga dapat bermigrasi pada makanan kaleng dengan batas maksimum 250 mg/kg. Sn merupakan mineral yang secara alami terdapat pada bahan pangan yaitu sebesar 1 mg/kg dan dibutuhkan oleh manusia dalam jumlah kecil. Dosis racun dari Sn adalah 5-7 mg/kg berat badan. Sn dapat mengkontaminasi bahan pangan melalui wadah/kaleng dan peralatan pengolahan. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  16. b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan…… Plastisizer seperti ester posporik, ester ptalik, glikolik, chlorinated aromatik dan ester asamadipatik dapat menyebabkan iritasi,Yang aman heptil ptalat, dioktil adipat,dimetil heptil adipat, di-N-desil adipat, benzil aktil adipat, ester dari asam sitrat, oleat dan sitrat. Plastisizer DBP (Dibutil Ptalat) pada PVC termigrasi cukupbanyak yaitu 55-189 mg ke dalam minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji kapas dan minyak kedele pada suhu 30oC selama 60 hari kontak.Plastisizer DEHA (Di 2-etilheksil adipat) pada PVCtermigrasi ke dalam daging yang dibungkusnya (yang mengandung kadar lemak 20-90%) sebanyak14.5-23.5 mg/dm2 pada suhu 4oC selama 72 jam. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  17. Penyebab kontaminasi mikroorganisme pada bahan pangan adalah : - kontaminasi dari udara atau air melalui lubang pada kemasan yang ditutup secara hermetis. - Penutupan (proses sealer) yang tidak sempurna - Panas yang digunakan dalam proses sealer pada film plastik tidak cukup karena sealer yangterkontaminasi oleh produk atau pengaturan suhu yang tidak baik. - Kerusakan seperti sobek atau terlipat pada bahan kemasan. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  18. Faktor-faktor mekanis yang dapat merusak bahan-bahan hasil pertanian segar dan bahanpangan olahan adalah : • Stress atau tekanan fisik, yaitu kerusakan yang diakibatkan karena jatuh atau oleh adanyagesekan. • b. Vibrasi (getaran), yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan atau kemasan selamadalam perjalanan atau distribusi. Untuk menanggulanginya dapat digunakan bahan antigetaran. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  19. Kemasan harus impermiabel terhadap aroma yang diinginkan dari bahan pangan, misalnya kopi dan makanan ringan juga untuk mencegah masuknya bau seperti pada tepung atau makananberlemak. Kemasan juga harus dapat mencegah masuknya warna dari plastisizer, tinta pencetakkemasan, perekat atau pelarut yang digunakan dalam pembuatan kemasan. Kemasan gelas danlogam kedap terhadap gas dan uap, sedangkan film plastik mempunyai kisaran permeabilitas yangluas tergantung pada ketebalan, komposisi kimia serta struktur dan orientasi molekul di dalam film plastik. Bau yang berasal dari kemasan plastik dapat timbul dari : 1. Pembentukan gugus karbonil apabila plastik polietilen dipanaskan pada suhu tinggi. 2. Zat antioksidan yang dapat mengadakan interaksi dan membentuk produk yang berbau. 3. Pecahan-pecahan molekul pada kemasan. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  20. Oksigen dapat menyebabkan terjadinya proses oksidasi yang tidak diinginkan bagi produkprodukyang peka terhadap oksigen seperti vitamin A dan C. Pencegahan reaksi oksidasi dapatdilakukan dengan cara : - Pengaturan kadar oksigen Konsentrasi oksigen pada ruang penyimpanan atau di dalam kemasan untuk produk-produk yang peka terhadap oksigen adalah 3-5%. Konsentrasi oksigen di bawah 2% menyebabkanterjadinya respirasi anaerob yang dapat mengakibatkan kebusukan pada bahan. - Pengaturan kadar CO2 Konsentrasi CO2 untuk penyimpanan komoditi pertanian adalah 5-10% (kecuali untukpenyimpanan apel, tomat dan jeruk). - Pengemasan dalam kemasan kedap udara Kemasan kedap udara (vakum) digunakan untuk mengemas keju dan makanan bayi. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  21. Pengaruh insulasi dari kemasan ditentukan oleh konduktivitas panas dan reflektivitas dari kemasan. Bahan kemasan dengan konduktivitas panas yang rendah misalnya kotak karton, polystirene atau poliuretan akan mengurangi pindah panas konduksi, dan bahan kemasan yangreflektif seperti alumunium foil akan merefleksikan panas. Pengendalian suhu penyimpananmerupakan hal penting untuk dapat menjaga bahan pangan dari perubahan suhu. Jika kemasandipanaskan misalnya sterilisasi dalam kemasan atau makanan siap saji yang dipanaskan di dalam microwave, maka kemasan yang digunakan harus tahan terhadap suhu tinggi. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  22. Transmisi cahaya ke dalam kemasan dibutuhkan agar kita dapat melihat isi dari kemasantersebut, tetapi produk yang sensistif terhadap cahaya, misalnya lemak yang akanmengalami oksidasi dengan adanya cahaya atau kerusakan riboflavin dan pigmen alami, maka harusdigunakan kemasan yang opaq (berwarna gelap) sehingga tidak dapat dilalui oleh cahaya. Jumlah cahaya yang dapat diserap atau ditransmisikan tergantung pada bahan kemasan,panjang gelombang dan lamanya terpapar oleh cahaya. Beberapa bahan kemasan seperti polietilendensitas rendah (LDPE) mentransmisikan cahaya tampak (visible) dan ultraviolet, sedangkankemasan polivinil klorida (PVC) mentransmisikan cahaya tampak tapi cahaya ultraviolet akandiabsorbsi. Perubahan yang terjadi akibat cahaya antara lain adalah : 1. Pemudaran warna, seperti pada daging dan saus tomat. 2. Ketengikan pada mentega (terutama jika terdapat katalis Cu). 3. Pencoklatan pada anggur dan jus buah-buahan 4. Perubahan bau dan menurunnya kandungan vitamin A,D,E,K dan C, serta penyimpanganaroma bir. PACKAGING –PRODUCT INTERACTIONS

  23. Pengemasan aseptis adalah suatu cara pengemasan bahan di dalam suatu wadah yangmemenuhi empat persyaratan, yaitu : Steril pada produk, wadah/tempat, dan lingkungantempat pengisian produkserta wadah pengepak yang digunakan harusrapat untuk mencegah kontaminasi kembali selama penyimpanan. Prinsip pengemasan aseptis adalah baik bahan pangan yang dikemas maupun bahan kemasanharus bebas dari mikroorganisme perusak (patogen dan toksin)ketika bahan pangan tersebut dikemas, sehingga produkpangan yang dikemas merupakan produk yang steril dan aman untuk disimpan pada suhu ruang dalam jangka waktu yang lebih lama. ASEPTIC PACKAGING

  24. Penggunaan pengemasan aseptik dimulai tahun 1917, berdasar suatu patenmengenai cara pengalengan aseptik, pada tahun 1919 diperkenalkan produk-produk kemasanaseptis dalam suatu pameran susu di London. Penggunaan kemasan aseptis baru mulai berkembang setelah Perang Dunia IIdan berkembang dengan pesat dalam tahun 1962, yaitu saat diperkenalkan mesin pengemasanaseptis untuk bahan pengemas fleksibel. Sistem pengemasan aseptis digunakan untuk mengemas berbagai macam produk sepertibahan pangan dan obat-obatan. Dalam pengawetan bahan pangan, pengemasan aseptis banyakdigunakan untuk pengawetan minuman atau makanan berbentuk cair terutama susu dan sari buahyang mengandung asam rendah. ASEPTIC PACKAGING

  25. Untuk keberhasilan proses aseptis bahan pangan, maka ada beberapa persyaratan yang diperlukan,yaitu : • - Peralatan yang dapat disterilkan • - Produk steril secara komersial • Kemasan yang steril secara komersial • Ruang steril dalam mesin pengemas, tempat pengisian produk steril ke dalam kemasansteril dan penutupan secara hermatis • - Ada monitoring dan pencatat faktor-faktor kritis ASEPTIC PACKAGING

  26. Dalam sistem pengemasan aseptis, proses yang dilakukan adalah : • Produk dan wadah pengemas disterilisasi secara terpisah, • Kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah dalam lingkungan steril sehingga diperolehproduk steril dalam kemasan yang tahan disimpan dalam jangka waktu lama. • Sterilisasi produk dalam sistem aseptis dilakukan dengan sistem alir atau sistem UHT (Ultra High Temperature), yaitupemanasan dengan suhu yang sangat tinggi (135-150oC) selama 2-5 detik. ASEPTIC PACKAGING

  27. Pemanasan produk dengan sistem UHT dalam pengemas aseptis dapat dibagi menjadi 2 kategoriutama, yaitu: 1. Sistem pemanasan langsung, yaitu sistem dimana terjadi kontak langsung antara medium Pemanasan dam hal ini uap panas dengan produk yang dipanaskan. Dalam sistem pemanasanlangsung terdapat dua cara yaitu : 1) cara injeksi uap dimana uap panas disuntikkan ke dalamproduk, dan 2) cara infusi dimana produk diinfusikan ke dalam aliran uap panas ASEPTIC PACKAGING

  28. 2. Sistem pemanasan tidak langsung, yaitu sistem dimana medium pemanas tidak kontak langsung dengan produk. Panas ditransfer melalui permukaan (biasanya stainless steel). Padasistem pemanasan tidak langsung ada 3 (tiga) macam cara, yaitu : 1) heat exchanger tipekonvensional yang berupa lempengan atau plate dan 2) tipe saluran atau tubulardan 3) Scraped-Surface Heat Exchanger. Pindah panas terutama disebabkan kondensasi uap mencapai sekitar 10 persen dari produk.Sehingga untuk mempertahankan kadar padatan produk, perlu diuapkan dengan vakum. Padasistem injeksi uap, uap panas disemprotkan ke dalam aliran produk menggunakan injektor.Suhu uap mencapai 140-146oC dengan waktu tinggal sekitar 4 detik. Suhu produk yangdisterilisasi mencapai 137-138 persen. Pada proses infusi produk, produk didispersikan kedalam ruang infusi yang berisi uap panas. ASEPTIC PACKAGING

  29. Berbagai cara sterilisasi wadah pengemas ASEPTIC PACKAGING

  30. Masing-masing cara sterilisasi tersebut mempunyai keuntungan dan kelemahan. Sterilisasidengan uap panas dan udara panas akan menghasilkan suhu tinggi pada tekanan atmosfir, tetapimempunyai kelemahan karena mikroorganisme lebih tahan di dalam uap/udara panas daripada didalam uap jenuh. Sterilisasi wadah menggunakan hidrogen peroksida mempunyai keuntungankarena prosesnya cepat dan efisien, sedangkan radiasi dapat digunakan untuk sterilisasi wadah yangterbuat dari plastik yang sensitif terhadap panas, tetapi mempunyai kelemahan karena biayanyayang mahal dan lokasinya terbatas. ASEPTIC PACKAGING

  31. Pada proses aseptis yang tradisional, peroksida diaplikasikan ke bahan kemasan dengan caramenyemprot atau mengkondensasikan gas H2O2 pada permukaan bahan kemasan. Konsentrasiperoksida yang digunakan biasanya sekitar 2% dengan waktu 2-4 detik. Bahan kemasan yang masihbasah dan mengandung H2O2 kemudian diberi sinar UV, kemudian kemasan dikeringkan denganudara panas untuk menghilangkan sisa H2O2. ASEPTIC PACKAGING

  32. Saat ini kombinasi antara peroksida dan UV telah dikembangkan oleh Tetra Pakâ, dimanasinar UV diberikan setelah kemasan dikeringkan dengan udara panas. Sinar UV lebih efektif untukmembunuh mikroorgansime patogen dalam keadaan kering daripada dalam keadaan basah. Dalam pengemasan aseptik, ada beberapa metode pengemeasan yang dapat diterapkan yaitu : 1. Film and Seal 2. Form, Fill and Seal 3. Erect, Fill and Seal 4. Thermoform, Fill and Seal 5. Blow mold, Fill and Seal ASEPTIC PACKAGING

  33. Thin-walled can bodies (10) made by the DWI process are aseptically filled with a non-carbonated liquid food product at ambient temperature. The aseptic process comprises, within a sterile environment, sterilising the can bodies by hot air in a first oven (36) and filling them in a filler (40) with a metered dose of the product, sterilising end closures (11) for the cans in a second oven (42) again by hot air, and placing the end closures on the cans whilst still at an elevated temperature so as to form closed packages having a temporary aseptic seal, moving the closed packages from the sterile environment, and, subsequent to the sterile environment, double-seaming the end closures onto the can bodies to form hermetically sealed cans, and reforming the end closures inwardly of the cans so as to create in the cans a positive internal pressure by which panelling of the can side walls may be resisted. ASEPTIC PACKAGING http://www.wipo.int/pctdb/en/wo.jsp?WO=1998046486

  34. Flash-Pasteurizing Aseptic Packaging has three major components: flash-pasteurizing the contents, sterilizing the container and filling the container. The first step, flash-pasteurizing, involves heating the liquid (e.g., juice, soup, nectar, milk) to a high temperature (165 degrees F) for a short amount of time (15 to 30 seconds). The heat kills all the microorganisms in the liquid by causing their cellular proteins and enzymes to denature (i.e., fall apart). Yet, because the process is so brief, the liquid maintains its color, flavor and aroma better than longer heat sterilization processes. ASEPTIC PACKAGING

  35. Container Sterilization The next step in the aseptic packaging process is sterilizing the inside of the individual containers. There are two approaches to decontamination: "wet" and "dry." In "wet" sterilization (also known as "washing"), a solution of water and hydrogen peroxide (H2O2) is heated into steam and shot into the opening of the containers. This burst of super-hot water vapor heats microorganisms until their protein denature while the hydrogen peroxide molecules attack viruses and other pathogens. To remove any lingering hydrogen peroxide, the interior is usually rinsed with a second burst of pure steam. In "dry" sterilization, hydrogen peroxide is vaporized along with other cleaning agents and mixed with pressurized nitrogen gas. These gases are then injected into a plastic preform, inflating it into its final bottle shape (a.k.a. "blow molding") while sterilizing the inside with the hydrogen peroxide. The "dry" term comes from the fact that no water vapor is present in the pressurized gas. And, because of the high temperatures involved, the hydrogen peroxide does not condense into a liquid, allowing it to simply escape from the inside without rinsing. ASEPTIC PACKAGING

  36. Container Filling • Finally, in a fully-automated, sealed and decontaminated filling chamber, the liquid product is gently injected into the sterilized containers with a special nozzle. Once a pre-measured volume has been injected, an instrument lowers itself around the nozzle to form a seal against the container. The nozzle then retracts and the instrument creates a vacuum and permanently closes up the container, preparing it to leave the chamber and ship out to stores. ASEPTIC PACKAGING http://www.fda.gov/Food/FoodSafety/Product-SpecificInformation/AcidifiedLowAcidCannedFoods/EstablishmentRegistrationThermalProcessFiling/Instructions/ucm125907.htm http://www.aeb.com/resources/webinar_aseptic_packaging/view/

  37. Pengujian keutuhan kemasan dalam sistim aseptik merupakan hal yang kritis. • Hal ini karenaberhubungan dengan keamanan dan kualitas produk. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan uji yangbersifat non destruktif. Beberapa test yang sering digunakan ialah: • Test elektrolit, digunakan untuk mengetahui kerusakan yang berhubungan dengan kebocorankemasan, test ini menggunakan larutan elektrolit, bila terjadi kebocoran maka akan terjadi arus listrik. • Tes tekanan, digunakan untuk mendeteksi kebocoran dari kemasan, dalam test ini, gasdiinjeksikan ke dalam kemasan yang telah dicelup dalam air. Injeksi gas dilakukan dengan pompa.Bila terjadi kebocoran maka terjadi gelembung dalam air. • Tes mikrobiologi, digunakan untuk mendeteksi adanya kontaminasi dari mikroba dalamkemasan. Test ini juga digunakan untuk menguji efektifitas sterilan yang digunakan. ASEPTIC PACKAGING

  38. Spora bakteri yang digunakan dalam pengujian efektivitas sterilisasi ASEPTIC PACKAGING

  39. Thank You

More Related