1 / 91

MUHIMMATUN N’MAH PSIK/AA/2009

KEMOTERAPETIKA. MUHIMMATUN N’MAH PSIK/AA/2009. DEFINISI. Kemoterapi :

rhona
Télécharger la présentation

MUHIMMATUN N’MAH PSIK/AA/2009

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KEMOTERAPETIKA MUHIMMATUN N’MAH PSIK/AA/2009

  2. DEFINISI • Kemoterapi : terapi mengunakan obat – obat kimiawi untuk memberantas penyakit infeksi yg disebabkan mikroorganisme : bakteri, fungi, virus, protozoa, sel – sel kanker (obat sitostatika), termasuk juga dalam golongan ini adalah obat cacing. • Antibiotik : zat – zat kimia yang (dihasilkan oleh fungi & bakteri), memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.

  3. KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA I. Berdasarkan mekanisme kerja, aktivitas antibiotik, dibagi : • Bakterisid, yaitu antibiotik yang pada dosis biasa berkhasiat mematikan kuman (bakteri). 1.1. bekerja pada fase tumbuh contoh : gol. Beta laktam (penisilin, sefalosporin), gol. Polipeptida (polimiksin, basitrasin); rifampicin; asam nalidiksat, dan gol. Kinolon. 1.2. bekerja pada fase istirahat contoh : gol. Aminoglikosida, nitrofurantoin, INH, kotrimoksazol.

  4. KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA • Bakteriostatis, yaitu antibiotik yang pada dosis biasa berkhasiat menghentikan / menghambat pertumbuhan dan perbanyakan kuman, pemusnahan kuman dilakukan oleh sistem imun dari tubuh sendiri (inang/hospes) dg jalan fagositosis (dimakan oleh limfosit). contoh obat : sulfonamid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida, linkomisisn, asam fusidat, PAS (p-aminosalisilat).

  5. KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA II. Berdasarkan luas aktivitasnya 1. Antibiotik spektrum sempit (narrow-spectrum) yaitu antibiotika yang aktif terhadap beberapa jenis kuman saja, contoh : penisilin G & V, eritromisin, klindamisin, kanamisin, asam fusidat (hanya bekerja terhadap kuman gram-positif); streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, dan asam nalidiksat (hanya aktif terhadap bakteri gram negatif) 2. Antibiotik spektrum luas (broad-spectrum), yaitu antibiotik yang bekerja terhadap lebih banyak jenis kuman baik bakteri gram positif maupun gram negatif. Contoh obat : sulfonamida, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasikiln, rifampisin.

  6. KLASIFIKASI BAKTERI • Pengolongan bakteri yang mempunyai makna (manfaat) dalam poses terapi adalah pengolongan menurut dr. Gram, secara garis besar bakteri dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : • Bakteri gram positif : yaitu bakteri dengan struktur dinding sel tertentu sehingga memberikan warna (positif) terhadap pengecatan gram • Bakteri gram negatif : yaitu bakteri dengan struktur dinding sel tertentu yang negatif terhadap pengecatan gram.

  7. MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA • Penghambatan sintesis dinding sel jika sintesis dinding sel terganggu maka dinding sel menjadi kurang sempurna & tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel shg terjadi kerusakan dinding sel kuman, akibatnya pecah/lisis. contoh obat : penisilin, sefalosporin, basitrasin, sikloserin, vankomisin. • Penghambatan fungsi membran sel molekul lipoprotein di dalam dinding sel yg semi permeabel diganggu sintesisnya shg menjadi lebih permeabel. Akibatnya zat-zat penting (isi sel) dapat merembes keluar maka sel rusak / mati. contoh obat : polimiksin, polien (nistatin, amfoterisin B), azol / imidazol (mikonazol, ketokonazol, klotrimazol).

  8. MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA 3. Penghambatan sintesis protein sel sintesis protein bakteri di ribosom diganggu oleh antibiotik dg berbagai cara. contoh obat : aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida (eritromisin), kloramfenikol, linkomisin. • Penghambatan sintesis asam nukleat / asam inti (DNA, RNA). contoh : rifampisin berikatan dg enzim polimerase-RNA shg menghambat sintesis RNA & DNA oleh enzim tsb. • Penghambatan metabolisme sel bakteri (antagonisme kompetitif). antibiotik menyaingi zat-zat penting untuk metabolisme kuman shg pertukaran zatnya terhenti, dihasilkan efek bakteriostatik. contoh : sulfonamid, trimetoprim, PAS, INH, pirimetamin.

  9. PEMILIHAN ANTIBIOTIKA • Jika harus dipilih beberapa obat antibiotika yang mempunyai aktivitas dan sifat farmakokinetik kurang lebih sama maka dipilih obat dengan pertimbangan : • Antibiotik bakterisid lebih dipilih daripada bakteriostatik • Antibiotik dengan daya penetrasi kuat ke dalam organ atau CCS lebih disukai karena obat lebih mudah diserap ketempat infeksi, contoh obat dg penetrasi baik ke dalam jaringan : amoksisilin, linkomisin, rifampisin. Spiramisin berpenetrasi baik khusus ke dalam jaringan mulut dan tenggorokan. Sulfonamid, kloramfenikol, rifampisin, adalah obat dg penetrasi baik ke dalam CCS shg menjadi pilihan utama pd meningitis. • Antibiotik dengan pemakaian 1-2 kali sehari lebih disukai dari pada 3-4 kali sehari (meningkatkan kepatuhan minum obat). • Antibiotik yang terikat protein plasma rendah lebih diutamakan, karena prosentase obat bebas besar shg yg didistribusikan ketempat infeksi juga besar.

  10. PEDOMAN PENGGUNAAN OBAT • Dosis obat dipilih yg tinggi hingga kadar obat di tempat infeksi melampui MIC (Minimum Inhibitory Concentration) untuk kuman. • Frekuensi pemakaian tergantung t½ obat (ukuran kecepatan eliminasi). Antibiotik dg t½ pendek, pemberiannya sampai 5x sehari, sedangkan obat dg t½ panjang, pemberiannya 1x sehari bahkan 1x seminggu. • Lama terapi dg kemoterapetik harus cukup panjang untuk menjamin semua parasit mati & menghindarkan kambuhnya penyakit, biasanya terapi terus dilanjutkan 2-3 hari setelah gejala hilang, untuk lepra dan tbc sering kali butuh waktu bertahun-tahun.

  11. EFEK SAMPING ANTIBIOTIK • Pengunaan antibiotika yang tidak tepat skema penakarannya dapat menggagalkan terapi dan menimbulkan efek samping sbb : • Resistensi sel bakteri : suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel bakteri oleh antibiotik. (resistensi primer, sekunder, episomal, & resistensi silang). • Bahaya resistensi bakteri : pengobatan infeksi lebih sulit, lama sakit bertambah, komplikasi, kematian meningkat. • Pencegahan resistensi bakteri : a. dosis obat relatif tinggi (dibanding dosis efektif minimal), selama waktu agak singkat, sbg ganti kur panjang tanpa istirahat. Bila mungkin, lama terapi maksimal 5 hari. b. penggunaan kombinasi (2 / lebih antibiotika), terutama pd TBC, lepra, kanker. c. pembatasan penggunaan antibiotika hanya untuk penyakit infeksi parah (karena kuman berbahaya) & tidak untuk membasmi kuman biasa (mis : sakit tenggorokan, radang telinga luar).

  12. EFEK SAMPING ANTIBIOTIK • Sensitasi • antibiotik menjadi lebih peka setelah dipakai topikal shg pasien menjadi hipersensitif. Bila antibiotik yg sama digunakan sistemik (p.o. / parenteral) terjadi alergi (gatal, kemerahan, bentol, demam, kelainan darah, shock anafilaktis, fatal !). • Pencegahan sensitasi : jangan menggunakan antibiotik tertentu (penisilin, kloramfenikol, sulfonamid) sbg BSO topikal (lotion, krim, salep). • Contoh obat yg jarang menimbulkan sensitasi & banyak digunakan secara topikal : framisetin, fusidat, tetrasiklin.

  13. EFEK SAMPING ANTIBIOTIK • Supra-infeksi • infeksi sekunder dg parasit berlainan (parasit yg berubah patogenitasnya) yg timbul di atas infeksi primer. • Penyebab supra infeksi : terapi antibiotik jangka lama; dosis antibiotik yg kurang; sistem imun pasien pengguna antibiotik terganggu; karena penggunaan antibiotik spektrum luas sehingga mengganggu keseimbangan antar bakteri di dalam usus, sal. nafas, & kemih. Kelompok mikroorganisme yg lebih kuat & resiten kehilangan saingan shg menjadi lebih dominan & terjadi infeksi baru. • Contoh obat yang menimbulkan supra-infeksi : ampisilin, kloramfenikol, tetrasiklin. • Gejala supra infeksi : stomatitis; radang saluran nafas, usus, saluran kencing; infeksi kulit & kandidiasis, bahkan diare. • Pencegahan supra infeksi : awasi adanya gejala supra infeksi, pemberian antibiotik spektrum sempit lebih dianjurkan dari pada spektrum luas, waktu penggunaan antibiotik sebaiknya ≥ 1 minggu (maksimal 5 hari) dg dosis rasional.

  14. EFEK SAMPING ANTIBIOTIK • Toksisitas antibiotik yg langsung pd organ. • Beberapa antibiotik menimbulkan kerusakan pd organ tertentu. • Tabel : toksisitas organ yg ditimbulkan oleh beberapa antibiotik & hal-hal yg perlu diwaspadai.

  15. Lanj. Tabel

  16. Lanj. tabel

  17. EFEK SAMPING ANTIBIOTIK • Alergi &/ hipersensitifitas. • Antibiotik dianggap sebagai antigen / alergen oleh tubuh, shg tubuh membentuk antibodi (IgE) yg berikatan dg antigen tsb. Ikatan Ag-Ab tsb mengikatkan diri pd mast cels (a.l. di mata , hidung, sal. nafas, & kulit) & kelamaan mast cels pecah (degranulasi) serta melepaskan mediator (a.l. histamin) dg akibat : ruam kulit, urtikaria, pruritus, bronkokonstriksi, udema, hipersekresi mukus. Apabila pelepasan mediator tsb secara menyeluruh (general release) maka dapat terjadi syok anafilaktik, dg gejala : kolaps vaskuler, udema larings, bronkospasme & henti jantung bahkan kematian). Contoh obat yg sering menimbulkan syok anafilaktik : injeksi penisilin (± 20 menit sesudah injeksi).

  18. EFEK SAMPING ANTIBIOTIK • Lanj. Alergi • Cara menangani alergi / hipersensitifitas antibiotika : • Mengkaji riwayat alergi obat dg cermat, bila perlu lakukan uji kepekaan obat. • Segera hentikan penggunaan obat bila ada gejala alergi ringan/berat. • Gejala alergi ringan diatasi dg pemberian antihistamin / kortikosteroid (p.o.). • Syok anafilaktik diatasi dg : • pemberian injeksi adrenalin i.m., diulang tiap 5 menit sampai ada perbaikan TD & denyut nadi). • Pemberian O2 dan antihistamin (klorfeniramin) i.v. Pada anafilaktik parah / berulang kali dianjurkan pemberian injeksi hidrokortison i.m. / i.v.

  19. PENGGUNAAN KOMBINASI ANTIBIOTIK • Pada umumnya penggunaan kombinasi antibiotik tidak dianjurkan tetapi beberapa kombinasi dapat bermanfaat, yaitu : • Infeksi campuran : (basitrasin + polikmiksin), BSO topikal. • Untuk memperoleh potensiasi : (sulfamotoksazol + trimetropin = kotrimoksazol) • Untuk mengatasi resistensi : (amoksisilin + asam- Klavunolat) • Untuk menghambat resistensi : khususnya pada infeksi menahun TBC (rifampisin + INH + ethambutol) • Untuk mengurangi toksisitas : (trisulfa = sulfadiazin, sulfamerazin, sulfametazin, dan sitostatika).

  20. ANTAGONISME & SINERGISME • Pada umumnya penggunaan kombinasi antibiotik dari berbagai kelompok menghasilkan potensiasi/adisi (sinergisme) tetapi dapat juga menimbulkan antagonisme (penurunan / peniadaan efek terapi). • Contoh adisi : kombinasi penisilin dan sulfa. • Contoh antagonisme : kombinasi penisilin / sefalosporin dengan tetrasiklin / kloramfenikol, hal ini karena penisilin/sefalosporin aktif ketika bakteri tumbuh (bakterisid) sedangkan tetrasiklin/kloramfenikol merupakan bakteriostatik.

  21. ANTIBIOTIK GOLONGAN BETA-LAKTAM(PENISILIN & SEFALOSPORIN) • GOLONGAN PENISILIN • Penisilin-G dan turunannya merupakan bakterisid terutama terhadap gram positif, hanya beberapa kuman gram negatif. • Tak dapat dikombinasikan dengan bakteriostatik (tetrasiklin,kloramfenikol, eritromisin dan asam fusidat). • Efek samping yang perlu diwaspadai adalah reaksi alergi karena hipersensitasi dan dapat menimbulkan shock anafilaksis bahkan kematian. • Semua penisilin dianggap aman untuk ibu hamil & laktasi.

  22. Contoh obat gol. Penisilin :1. Benzil penisilin (penisilin-G) • untuk radang paru-paru, radang otak, pencegahan sifilis, gonorhoe. • Tidak tahan asam diberikan infus i.v. atau injeksi i.m. • Distribusi ke jaringan intraseluler bagus, penetrasi ke jaringan otak buruk tetapi menjadi lebih baik jika ada radang selaput otak • Dosis infeksi umum i.v./i.m 1-4 MU 4-6 dd dari garam long aktingnya.

  23. Contoh obat gol. Penisilin : 2. Ampisilin • Mempunyai spektrum luas & tahan asam. • Banyak digunakan untuk infeksi pernafasan (bronkitis kronis), saluran cerna , saluran kemih, telinga, gonore, kulit dan jaringan lunak. • absorpsinya dari usus 30-40% (dikurangi oleh makanan), plasma t½ 1-2 jam. • dosis : infeksi umum (oral) 4dd 500 -1000 mg, a.c ; ISK : 3-4 dd 500 mg; gonorhoe: 1x3,5 g + probenesid 1 g, tifus 4 dd 1-2 g selama 2 minggu. • Efek samping : gangguan lambung-usus, alergi

  24. Contoh obat gol. Penisilin : 3. Amoksisilin • Merupakan derivat hidroksi dari ampisilin • absorpsinya dari usus 80% • Plasma - t½nya hampir sama dengan ampisilin, tetapi penetrasi kejaringan tubuh lebih baik, ekskresi bentuk utuhnya pada urin jauh lebih besar ± 70% sehingga lebih layak digunakan untuk infeksi saluran kencing dibanding ampisilin. • Dosis oral 3 dd 375-1000 mg, anak 3-10 thn 3 dd 250 mg,1-3thn 3xsehari 125mg, 0-1 tahun 3xsehari 100mg, juga diberikan i.m. / i.v. • Efek samping : alergi, gangguan saluran G.I.

  25. II. GOLONGAN SEFALOSPORIN • Termasuk golongan beta laktam yang struktur, khasiat dan sifatnya mirip penisilin. • Merupakan antibiotik semi sintetik. • Termasuk antibiotik spektrum luas & bakterisid pada fase pertumbuhan kuman. • Tidak terlalu peka terhadap beta-laktamase. • Efek samping mirip dengan penisilin (obat oral : diare, mual, muntah; alergi; gangguan ginjal pd generasi I). • Resistensi dapat timbul dengan cepat jadi tidak boleh digunakan sembarangan, cadangan untuk infeksi berat. • Resistensi silang dg penisilin dapat terjadi.

  26. Penggolongan sefalosporin menurut khasiat dan ketahanan/resistensinya terhadap beta-laktamase : • Generasi ke-1: sefalotin, sefazolin,sefadrin, sefaleksin dan sefadroksil. Tidak tahan beta-laktamase. • Generasi ke-2 : sefaklor, sefamandol, sefmetazol, sefuroksim. Agak kuat tahan beta-laktamase. • Generasi ke-3 : sefoperazon,sefotaksim, seftitokzim, seftriakson, sefotiam, sefiksim. Lebih kuat tahan beta-laktamase. • Generasi ke-4 : sefepim dan sefpirom. Sangat resisten / tahan beta-laktamase.

  27. Penggunaan sefalosporin • Sebagian besar sefalosporin diberikan parental terutama di RS • Zat generasi ke-1 sering digunakan peroral pada infeksi saluran kemih ringan dan obat pilihan ke-2 untuk infeksi saluran pernafasan dan kulit yang tidak serius dan bila terdapat alergi untuk penisilin. • Zat generasi ke-2 / ke-3 digunakan parental pada infeksi serius yg resisten amoksisilin dan sefalosforin generasi ke-1, biasa dikombinasi dengan aminoglikosida untuk memperkuat aktivitasnya & untuk profilaksis bedah jantung, usus, dan ginekologi. • Zat generasi ke-3 seftriakson & sefotaksim sebagai obat pilihan pertama untuk gonorhoe. • Penggunaan pada kehamilan hanya sefalotin dan sefaleksin, yang lain belum ada cukup data. Obat generasi I, sefaklor, sefotaksim, seftriakson dianggap aman untuk bayi.

  28. ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA • Dapat digolongkan menjadi : • Streptomisin • Kanamisin, amikasin, dibekasin, gentamisin, netilmisin, tobramisin • Neomisin, framisetin, dan paromomisin • Merupakan antibiotik spektrum luas pengunaan untuk terapi TBC (streptomisin & kanamisin). • Aktivitasnya adalah bakterisid. • Efek samping : (parenteral) terjadi kerusakan organ pendengaran (irreversibel)dan merusak ginjal (reversibel). Toksisitas tsb tidak tergantung dosis melainkan dari lama pemakaian & jenis aminoglikosida, sebaiknya diberikan 1 – 2 dd. • Obat golongan ini tidak dianjurkan selama hamil karena dapat melewati plasenta dan merusak ginjal & ketulian pada janin. Dapat diberikan selama laktasi.

  29. ANTIBIOTIK GOLONGAN TETRASIKLIN • Merupakan antibiotik spektrum luas dg aktivitas bakteriostatik. • Penggunaan untuk infeksi saluran nafas, saluran kemih, kulit dan mata • Efek samping : (oral) mual, muntah, diare; supra-infeksi; kerusakan pada tulang & gigi yg sedang tumbuh; fotosensitasi (kulit peka cahaya, jangan kena sinar matahari); kemungkinan hepatotoksik (pd ibu). • Tetrasiklin tidak boleh diberikan bersama makanan yg kaya Fe, Ca, & Zn (khususnya susu) & antasida. Sebaiknya tetrasiklin diminum 1 jam a.c. atau 2 jam p.c. • Tidak boleh diberikan pada ibu hamil terutama setelah bulan ke-4, menyusui dan anak dibawah 8 tahun.

  30. ANTIBIOTIK GOLONGAN MAKROLIDA & LINKOMISIN • Golongan makrolida terdiri dari : eritromisin, klaritromisin, roksitromisin, azitromisin, & diritromisin. • Spiramisin juga termasuk gol.makrolida karena mempunyai rumus struktur serupa (cincin lakton besar & terikat turunan gula). • Linkomisin & klindamisin secara kimiawi berbeda dg eritromisin tetapi mempunyai kesamaan dalam hal : aktivitas, mekanisme kerja, pola resistensi & dapat terjadi resistensi silang & antagonisme antara linkomisin & klindamisin dg eritromisin. • Eritromisin sebagai bakteristatik terhadap Gram positif, spektrum kerjanya mirip penisilin G shg digunakan sbg pilihan yg realistik jika pasien alergi terhadap penisilin. • Efek samping : kemungkinan kerusakan hati (pd ibu) & gangguan sal.G.I. • t½ singkat shg diberikan 4 dd (diminum 1 jam a.c. / 2 jam p.c.).

  31. KLORAMFENIKOL(antibiotik Lain Yg Penting) • Antibiotik spektrum luas, digunakan khusus untuk infeksi Salmonella typhi (tifus) dan meningitis (H. influenzae). • Sebagai pilihan ke-2 pada bentuk sediaan topikal (salep kulit & salep / tetes mata) jika fusidat & tetrasiklin tidak efektif. • Sediaan salep/tetes mata tidak boleh diberikan lebih dari 10 hari • Efek samping : depresi sumsum tulang (2 bentuk anemia), yaitu : • Penghambatan pembentukan sel darah (eritrosit, trombosit). • Anemia aplastis • Dosis untuk tifus : permulaan 1-2 g kemudian 4 dd 500-750 mg, p.c. • Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui Penggunaan tidak dianjurkan khususnya pada minggu terakhir kehamilan (trimester ke-3) karena menyebabkan hypotermia & cyanosis pada neonatus (grey baby sindrom) hal ini juga terjadi pada tiamfenikol (obat sejenis kloramfenikol). Obat dapat melintasi plasenta & masuk ASI maka tidak boleh diberikan selama laktasi.

  32. ANTIBIOTIK GOLONGANSULFONAMIDA & QUINOLON • Sulfonamida dan quinolon adalah golongan antibiotik yang penting untuk pengobatan infeksi saluran kemih (ISK). • Antibiotika lain untuk ISK adalah golongan penisilin/sefalosforin dan aminoglikosida.

  33. INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) • Penyebab : bakteri aerob flora usus. • Wanita (15-60 th) >>> menderita ISK dp pria. • Jenis & gejala ISK : 1. ISK bagian bawah (tanpa komplikasi), umumnya radang kandung kemih (cystitis) dg saluran kemih normal, gejalanya : • Sering kencing siang dan malam • Sukar kencing (menetes) • Perasan sakit atau terbakar pada saat berkemih • Nyeri perut dan pinggang • Ada darah dalam urin • Urin yang baunya abnormal 2. ISK bagian atas (dg komplikasi), karena infeksi & kerusakan saluran kemih shg terjadi kerusakan ginjal.Gejalanya : demam (kadang menggigil) dan sakit pinggang dilokasi ginjal.

  34. Faktor-faktor resiko timbulnya ISK • Jarang berkemih • Gangguan pengosongan kandung kemih, misal karena ada batu ginjal. • Hygiene pribadi kurang baik (misal penggunaan pembalut pada wanita) bisa menyebabkan kolonisasi kuman uropatogen disekitar uretra • Penggunaan kateter, hubungan seksual, dan karena adanya suatu infeksi lokal misal vaginitis • Diabetes, pada diabetes akan meningkatkan daya lekat bakteri pada epitel saluran kemih.

  35. Pencegahan ISK • Minum air lebih banyak • Berkemih lebih sering • Adakalanya infeksi menahun dan menjadi kronis maka perlu kur antibiotika selama 3-6 bulan dg dosis separuhnya, digunakan obat –obat yang tak menimbulkan resistensi misalnya nitrofurantoin 50-100mg atau kotrimoksazol 1 tablet 480 mg. • Obat-obat ini sebaiknya diminum malam hari karena kuman-kuman ini lebih mudah memperbanyak diri pada saat kandung kemih penuh.

  36. Pengobatan ISK • ISK bagian bawah • pengobatan dianjurkan selama 7-10 hari • Amoksisilin (3x250-500mg) • Trimetoprim (2x200mg) • Nitrofurantoin (3x50-100mg) • Dari kelompok quinolon digunakan asam nalidiksat dan pipemidinat atau suatu fluorquinolon (siprofloksasin, norfloksasin) • ISK bagian atas • pengobatan dianjurkan sampai sekitar 3 minggu • Kotrimoksasol • Amoksisilin+asam klavulanat • Fluorquinolon (siprofloksasin dan norfloksasin)

  37. ANTIBIOTIKA GOLONGAN SULFONAMIDA • Merupakan zat antibakteri dengan rumus molekul H2N-C6H4-SO2NHR, dan kelompok obat pertama yang digunakan sebagai antibakteri. • Kadar dalam urin 10x kadar dalam plasma sehingga layak untuk pengobatan ISK. • Beraktivitas sbg bakteriostatik & berspektrum luas. • Mekanisme kerja : menghambat pembentukan (dihidro)folat kuman dg cara antagonisme saingan dg PABA (p-aminobenzoic acid = H2N-C6H4-COOH).

  38. kombinasi sulfonamida • Trisulfa, merupakan kombinasi dari 3 sulfonamida yaitu sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan yang sama. • Kotrimoksazol, adalah kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim dg perbandingan 5:1 (400+80 mg) berkhasiat sebagai bakterisid terhadap sebagian besar bakteri gram positif dan gram negatif, kombinasi ini memperkuat khasiatnya (potensiasi) dan menurunkan resiko resistensi. • Kombinasi sulfa lain dan trimetoprim dengan sifat dan penggunaan mirip kotrimoksazol adalah : • Supristol (sulfamoxol 200 mg + trimetoprim 40 mg) • Kelfiprim (sulfalen 200 mg + trimetoprim 250 mg) • Lidatrim (sulfametrol 400 mg + trimetoprim 80 mg)

  39. Penggunaan sulfonamida • Infeksi saluran kemih : sulfametizol, sulfafurazol dan kotrimoksazol. • Infeksi mata : sulfasetamida, sulfadikramida, sulfametizol, digunakan topikal pd mata • Radang usus : sulfasalazin (kombinasi sulfapiridin & aminosalisilat) • Malaria tropika : fansidar (kombinasi sulfadoksin dan pirimetamin) • Meningitis : sulfadiazin (daya penetrasi ke CCS kuat), tetapi karena timbul resistensi maka obat ini sering diganti dengan ampisilin atau rimfampisin. • tifus, infeksi saluran pernafasan atas, radang paru-paru, & gonorhoe : kotrimoksazol, sama efektifnya dg ampisilin.

  40. Efek samping sulfonamida • kerusakan parah pada sel-sel darah (agranulositosis & anemia hemolitis), oleh karena itu bila sulfonamida diberikan lebih dari 2 minggu perlu dilakukan monitaring darah. • reaksi alergi (urticaria), fotosensitasi shg selama terapi sebaiknya pasien jangan terlalu banyak terkena sinar matahari. • Gangguan saluran cerna • Kristaluria di dalam tubuli ginjal, sering terjadi pada sulfa yang sukar larut dalam air seni yang asam (mis : sulfadiazin & turunannya) resiko ini dapat dikurangi dengan penggunaan trisulfa atau pemberian zat alkali (natrium bikarbonat) atau banyak minum air.

  41. Penggunaan sulfonamida pada kehamilan & laktasi : • Harus dihindari penggunaan pada bulan terakhir kehamilan karena resiko timbulnya icterus–inti pada neonatus (akibat pembebasan bilirubin dari ikatan protein plasma) • Penggunaan pada awal kehamilan belum cukup data • sulfonamida masuk ke dalam ASI shg mungkin menyebabkan icterus, hiperbilirubinemia, & alergi pd bayi yg diberi ASI dari ibu yg minum sulfonamida. • Kotrimoksazol tidak boleh diberikan pada usia dibawah 6 bulan dan pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal.

  42. ANTIBIOTIKA GOLONGAN QUINOLON • Digolongankan menjadi 2 serta derivat long-actingnya yaitu : • Zat generasi pertama (asam nalidiksinat dan pipemidinat). • Zat generasi kedua,(senyawa fluorquinolon : norfloksasin, pefloksasin, siprofloksasin, ofloksasin, lomefloksasin, dan fleroksasin), lebih luas spektrumnya, kadar dalam darah lebih tinggi, t½-nya lebih panjang. Digunakan juga untuk infeksi sistemis yang lain. • Zat-zat long acting (sparfloksasin, trovafloksasin, grepafloksasin) spektrumnya sangat lebar dan meliputi lebih banyak gram positif. • Aktivitasnya sbg bakterisid pada fase pertumbuhan kuman. • Mekanisme kerja : menghambat kerja enzim DNA-gyrase bakteri (hanya dimiliki bakteri), shg sintesis DNA bakteri tidak terjadi.

  43. Penggunaan gol. Quinolon • Asam nalidiksinat dan pipemidat (generasi I) hanya digunakan pada ISK bawah tanpa komplikasi. • Gol. Fluorquinolon digunakan untuk ISK atas berkomplikasi oleh kuman-kuman multi resisten misalnya jaringan ginjal, juga untuk infeksi saluran nafas serius, prostalitis kronis, infeksi kulit dan jaringan lunak oleh kuman-kuman gram negatif. • Untuk menghambat meluasnya reisistensi,maka obat gol. fluorquinolon disarankan digunakan sebagai terapi cadangan untuk pengobatan terhadap kuman-kuman yang resisten terhadap obat-obat standar. • Sebagai pilihan pertama untuk ISK tanpa komplikasi sebaiknya digunakan trimetoprim, nitrofurantoin, sulfametizol.

  44. Efek samping gol. quinolon • gangguan lambung-usus, reaksi alergi, efek neurologi, efek psikis hebat. • Penggunaan pada kehamilan dan laktasi belum cukup data. Ada indikasi kelainan tulang rawan dan persendian pada binatang percobaan, sehingga tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan selama laktasi karena senyawa ini dapat masuk ke dalam air susu ibu (nalidiksinat & siprofloksasin). • Senyawa gol. quinolon tidak boleh diberikan pada anak dibawah 16 th karena menimbulkan penyimpangan tulang rawan terutama asam nalidiksinat (jarang siprofloksasin dan ofloksasin).

  45. IMPLIKASI KEPERAWATAN • Pengkajian • Mengkaji pasien bila ada tanda & gejala infeksi sebelum, selama, & setelah terapi dg antibiotika. • Pastikan bila sebelumnya ada riwayat hipersensitivitas terhadap penisilin / sefalosporin. • Ambil spesimen untuk kultur & sensitifitas tes sebelum terapi dimulai. Dosis pertama dapat diberikan sebelum hasil tes diperoleh. • Implementasi sebaiknya antibiotik diberikan dalam waktu 24 jam untuk mempertahankan kadar terapetik obat dalam serum & untuk mencegah kambuhnya penyakit, dilanjutkan 2-3 hari setelah gejala menghilang.

  46. IMPLIKASI KEPERAWATAN • KIE (komunikasi, informasi & edukasi) pada pasien & keluarganya. • Pasien diharuskan minum antibiotik dalam 24 jam meskipun gejala yg dirasakan sudah membaik. • Pasien dianjurkan lapor ke dokter bila ada tanda / gejala supra infeksi (stomatitis; radang saluran nafas, usus, saluran kencing; infeksi kulit & kandidiasis, bahkan diare) dan alergi. • Bila pasien mengalami diare (feses mengandung pus, darah & lendir), serta demam, segera hubungi dokter. Sarankan pada pasien untuk tidak mengobati diare tsb tanpa konsultasi dg dokter. • Pasien disarankan menghubungi dokter bila gejala yg dialami tidak membaik. • Evaluasi keberhasilan terapi menggunakan kemoterapetik (antibiotika) ditunjukkan dg : • Hilangnya tanda & gejala infeksi. • Lamanya waktu untuk pemulihan tergantung pada organisme penyebab & tempat infeksi serta kepatuhan pasien pd regimen dosis.

  47. FUNGISTATIKA (antimikotika / anti jamur)

  48. Jamur (fungi) adalah tumbuhan yang tak berklorofil, sehingga tak mampu fotosintesis untuk hidup. Jamur hidup sbg parasit pada organisme hidup lain atau saprofit pada organisme mati. • Penyebarluasan infeksi jamur : • penggunaan antibiotika spektrum luas yang mengganggu keseimbangan flora normal. • penggunaan kortikosteroid dpt menurunkan kekebalan tubuh. • pemakain hormon kelamin misalnya pil anti hamil akan menstimulasi infeksi jamur. • faktor hygiene (pribadi & lingkungan) yg kurang baik. • bertambahnya kontak internasional dibidang pariwisata dan perdagangan. • Cara penularan infeksi jamur : Spora dan serpihan kulit penderita infeksi jamur merupakan sumber utama penularan.

  49. Tindakan umum untuk menghindari infeksi jamur : menjaga kebersihan pribadi sebaik-baiknya terutama ketika berada pada tempat yang potensial sbgsumber infeksi (kolam renang, kamar ganti pakaian, ruang olah raga & fasilitas umum lainnya). • Diagnosa (spesifik) dg tes KOH : pd serpihan kulit, kuku, rambut diberi beberapa tetes larutan KOH 10-20%, diamati di bawah mikroskop ada/tidaknya jamur (hyphen & spora), untuk menentukan jenis jamur dilakukan pembiakan. • Infeksi jamur pada manusia dibagi 2 yaitu : 1.Mycose umum (sistemis), jamur atau ragi tersebar diseluruh tubuh atau menyebabkan infeksi dalam organ tubuh yg kadang dapat membahayakan jiwa. Contoh : actinomycose, aspergillose dan candidiasis (infeksi candida pada saluran cerna dan alat pernafasan). 2. Mycose permukaan (tinea), infeksi terbatas pada kulit, rambut, kuku, & mukosa. Infeksi ini mencakup dermatomycose, candidiasis vaginal, mulut dan alat cerna.

More Related