1 / 28

A. Dasar-dasar Morfologi Definisi Morfem Pengertian Morfem Morf dan Alomorf

A. Dasar-dasar Morfologi Definisi Morfem Pengertian Morfem Morf dan Alomorf Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem Klasifikasi Morfem Morfem Bebas dan Terikat Morfem Segmental dan Suprasegmental Morfem Bermakna Leksikal dan Tak Bermakna Leksikal Morfem Utuh dan Terbelah

rocio
Télécharger la présentation

A. Dasar-dasar Morfologi Definisi Morfem Pengertian Morfem Morf dan Alomorf

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. A. Dasar-dasar Morfologi • Definisi • Morfem • Pengertian Morfem • Morf dan Alomorf • Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem • Klasifikasi Morfem • Morfem Bebas dan Terikat • Morfem Segmental dan Suprasegmental • Morfem Bermakna Leksikal dan Tak Bermakna Leksikal • Morfem Utuh dan Terbelah • Morfem Monofonemis dan Polifornemis • Morfem Aditif, Replasif, dan Substraktif • Kata MorfologiLanjut B. ProsesMorfemis Segmental: AfiksasidanKlitisisasi C. BerbagaiJenisFleksi D. Derivasi, Reduplikasi, Komposisi

  2. Definisi • Berasal dari morphologie (Yunani), yaitu • morphe > bentuk • logos > ilmu • Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. • Contoh: • berhak = ber- + hak • undo = un- +do berhak dan undo > polimorfemis ber- dan un- > monomorfemis (Verhaar, 2008)

  3. Morfem Definisi • suatubentukbahasa yang tidakmengandungbagian-bagian yang miripdenganbentuk lain, baikbunyimaupunmaknanya. (Bloomfield, 1974) • unsur-unsurterkecil yang memilikimaknadalamtutursuatubahasa (HookettdalamSutawijaya, dkk.) • unsurterkecildaripembentukankatadandisesuaikandenganaturansuatubahasa. Jadi, morfemadalahsatuangramatik yang terkecil yang mempunyaimakna, baikmaknaleksikalmaupunmaknagramatikal.

  4. Morfem Contoh: memperbesar = mem-perbesar per-besar be-sar > tidakbermakna mem-, per-, danbesar > morfem Analisis: besar > 1 morfembebas mem-, per- > 2 morfemterikat

  5. Morf dan Alomorf • Definisi • dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. • Morf: nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya /distribusinya (misal: {i} pada kenai) • Alomorf : nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya (misal [br], [b], [bl] adalah alomorf dari morfem ber-) • > anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, fungsi dan makna sama • > perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi, setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah • Contoh

  6. Contoh Morfem me-N : me-, men-, mem-, meny-, meng-, menge- meN- + /l/ , /r/ = me- meN- + /d/ , /t/ = men- meN- + /b/ , /p/ = mem- meN- + /s/ = meny- meN- + /g/ , /k/ = meng- meN- + ekasuku = menge-

  7. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem (Ramlan, 1980) • Prinsip Pertama: bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti/makna yang sama merupakan satu morfem • Contoh: baca : membaca, pembaca, bacaan, membacakan > struktur fonologis sama + makna sama = satu morfem ke-an : kemanusiaan, kecepatan, kedutaan, kedengaran > struktur fonologis sama + makna beda = > satu morfem karena makna gramatikalnya berbeda

  8. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem (Ramlan, 1980) • Prinsip Kedua: bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis berbeda merupakan satu morfem jika bentuk-bentuk itu memiliki arti sama dan perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologi. • Contoh: meN- + bawa = membawa meN- + tarik = menarik meN- + sisir = menyisir meN- + goyang = menggoyang meN- + lembar = melempar meN- + bor = mengebor

  9. Prinsip-prinsipPengenalanMorfem(Ramlan, 1980) • PrinsipKetiga: bentuk-bentuk yang memilikistrukturfonologisyang berbeda,sekalipunperbedaannyatidakdapatdijelaskansecarafonologis, masihdapatdianggapsebagaisatumorfemapabilamempunyaimakna yang sama, danmempunyaidistribusi yang komplementer. • Contoh: ber – : berkarya, bertani, bercabang bel – : belajar, belunjur ber – : bekerja, beteriak, beserta Kedudukanafiksber- yang tidakdapatbertukartempat > distribusikompelementer

  10. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem (Ramlan, 1980) • Prinsip Keempat: apabila dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero. • Contoh: • Kakek membeli ganja. • Nenek menulis surat cinta • Kakek membaca majalah Playboy. • Jordan makan pecel. • Kakek minum susu. • struktur SPO • P verbaaktiftransitif> meN- • struktur SPO • P verbaaktiftransitif >kosong • > MORFEM ZERO

  11. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem (Ramlan, 1980) • Prinsip Kelima: bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang samamungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan fonem yang berbeda. • Toni membeli buku. Buku itu sangat mahal. makna buku sama > morfem sama • Toni membaca buku. Toni makan buku tebu. makna bukutidak sama > morfem berbeda

  12. Prinsip-prinsipPengenalanMorfem(Ramlan, 1980) • PrinsipKeenam: setiapbentuk yang tidakdapatdipisahkanmerupakanmorfem. • Iniberartibahwasetiapsatuangramatikyang tidakdapatdipisahkanlagiatassatuan-satuangramatik yang lebihkecil, adalahmorfem. Contoh ber- + lari = berlari, ter- + tinggi = tertinggi > tidakdapatdipisahkanlagiatassatuan-satuan yang lebihkecil > ber-, lari, ter, dantinggiadalahmorfem.

  13. KlasifikasiMorfem • MorfemBebasdanTerikat • saya, buku > morfembebas • ber-, -kan, me-, pra- > morfemterikat • Morfem Segmental danSuprasegmental • Morfem segmental adalahmorfem yang terjadidarifonemataususunanfonem segmental. Contoh: morfem {rumah} berupafonem [rumah] • Morfemsuprasegmentaladalahmorfem yang terjadidarifonemsuprasegmental Contoh: bapakwartawanbapak//wartawan ibu guru ibu//guru

  14. KlasifikasiMorfem 3. MorfemBermaknaLeksikaldanTakBermaknaLeksikal • Morfem yang bermaknaleksikal > satuandasarbagiterbentuknyakata > merupakanleksem, Leksem: bahandasar yang setelahmengalamipengolahangramatikalmenjadikatakedalamsubsistemgramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempatbelajar’. • Morfem yang takbermaknaleksikalberupamorfemimbuhan, Contoh : {ber-}, {ter-}, dan {se-} Morfem-morfeminibermaknajikaberadadalampemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakaisepatu’.

  15. KlasifikasiMorfem 4. MorfemUtuhdanTerbelah • Morfemutuh > morfem-morfem yang unsur-unsurnyabersambungansecaralangsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}. • Morfemterbelah > morfem-morfem yang tidaktergantungmenjadisatukeutuhan. morfem-morfemituterbelaholehmorfem yang lain. Contoh : {ke-an}, {ber-an}, {-er-}, {-in-}, {-el-}, {-em-}

  16. KlasifikasiMorfem 5. MorfemMonofonemisdanPolifonemis • MorfemMonofonemis > morfem yang terdiridarisatufonem. Contoh: morfem {-i} padakatadatangi (Indonesia) morfem{a} padakataasystematic (Inggris) • MorfemPolifonemis > morfem yang terdiridaridua, tiga, danempatfonem. Contoh: morfem {un-} berarti ‘tidak’ (Inggris) morfem {se-} berarti ‘satu, sama’ (Indonesia)

  17. KlasifikasiMorfem 6. MorfemAditif, Replasif, danSubstraktif • MorfemAditif: morfem yang ditambahatauditambahkan. Contoh: mengaji, berbaju (Indonesia), childhood, houses (Inggris) • MorfemReplasif: morfem yang bersifatpenggantian Contoh: terdapatmorfempenggantian yang menandaijamak. {fut}  {fi:t}.morfem {un-} berarti ‘tidak’ (Inggris) • MorfemSubstraktif: morfem yang alomorfnyaterbentukdarihasilpenguranganterhadapunsur (fonem) yang terdapatmorf yang lain. BiasanyaterdapatdalambahasaPerancis.

  18. Kata • satuanterkecildarikalimat yang dapatberdirisendiridanmempunyaimakna. Kata-kata yang terbentukdarigabunganhurufataumorfembarukitaakuisebagaikatabilabentukitusudahmempunyaimakna. (LahmudinFinoza). • morfemataukombinasimorfem yang olehbahasawandianggapsebagaisatuanterkecil yang dapatdiujarkansebagaibentuk yang bebas. (Kridalaksana). Jadi, kataadalahsatuanterkecilsebagaibentukbebasdanbermakna.

  19. Kata Contoh: mobil, rumah, sepeda , ambil, dingin, kuliah. Keenamkatadiatas > kata > mempunyaimakna Bandingkan: adepes, libma, ninggib, haklab Keempatkatadiatas > bukankata > tidakbermakna Macamkata: • kata yang bermofemtunggal> katadasar > kata yang tidakberimbuhan > dikembangkanmenjadikataturunan/berimbuahn • kata yang bermorfembanyak> kataberimbuhan

  20. Kata Kata Dasar : buat, edar, sapu Pelaku : pembuat, pengedar, penyapu Proses :pembuatan, pengedaran, penyapuan Hal/tempat : perbuatan, peredaran, persapuan Perbuatan : membuat. mengedar, menyapu Hasil : buatan, edaran, sapuan • Terlihat perubahan kata dasar > kata turunan • Selain mengubah bentuk, juga mengubah makna. • Perubahan makna > perubahan jenis atau kelas kata. :

  21. HAKIKAT KATA Para linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu. Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal. Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia, misalnya: mengajar, di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima buah kata yang berbeda, melainkan varian dari sebuah kata yang sama. Tetapi bentuk-bentuk, mengajar, pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah lima kata yang berlainan.

  22. KLASIFIKASI KATA Klasifikasi kata ini dalam sebuah linguistik selalu menjadi salah satu topik yang tidak pernah terlewatkan, sejak zaman aristoteles hingga kini,termasuk juga dalam kajian linguistik Indonesia, persoalannya tidak pernah tertuntaskan. Hal ini terjadi, karena, pertama setiap bahasa mempunyai cirinya masng-masing, dan kedua, karena kriteria yang digunakan untuk membuat klasifikasi kata itu bisa bermacam-macam. Klasifikasi atau penggolongan kata itu memang perlu. Besar manfaatnya bak secara teoretis dalam studi semantik, maupun secara praktis dalam beratih keterampilan berbahasa. Dari pembicaraan kelas kata ini, bisa dikatakan penentuan kata-kata berdasarkan kelas atau galongan memang perlu dilakukan. Namun, kalau sampai kini banyak menimbulkan persoalan, terutama dalam bahasa indonesia, kiranya patokan atau kriterianya itu yang perlu dipikirkan kembali, dicari yang betul-betul memang bisa mengungkapkan ciri yang paling hakiki dari setiap kelas kata

  23. PEMBENTUKAN KATA Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan berikut ini. 1. INFLEKTIF Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu. 2. DERIFATIF Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas nomina.

  24. PROSES MORFEMIS • Berikut ini akan dibicarakan proses-proses morfemis yang berkenaan dengan afiksasi, ruduplikasi, komposisidanjugatentangkonversidanmodifikasiintem, kiranyaperlujuadibicarakanproduktifitasproses-prosesmorfemisitu. • AFIKSASI • Afiksasiadalahprosespembubuhanafikspadasebuahdasarataubentukdasar. Dalamprosesiniterlibatunsur-unsur, (1) asarataubentukdasar, (2) afiks. • Bentuk dasar atau dasar adalah bentuk terkecil yang tidak dapat • disegmentasikan lagi. • 2. Afiksadalahsebuahbentuk, biasanyaberupamorfemterikat, yang • diimbuhkanpadasebuahdasardalamprosespembentukankata.

  25. 2. REDUPLIKASI Reduplikasi dalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. 3. KOMPOSISI Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dangan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. 4. KONVERSI, MODIFIKASI INTENAL, dan SUPLESI Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.

  26. Modifikasi internal (sering di sebut juga penambahan internal atau perubahan internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan). Suplesi, dalam proses suplesi perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau hampir tidak tampak lagi. Boleh dikatakan bentuk dasar itu. PEMENDEKAN Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Dalam bahasa Indonesia pemendekan ini menjadi sangat produktif adalah karena bahasa indonesia sering kali tidak mempunyai kata untuk menyatakan suatu konsep yang agak pelik atau sangat pelik.

  27. PRODUKTIVITAS PROSES MORFEMIS Produktifitas proses morfemis adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi,reduplikasi,dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tak terbatas, artinya,ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut. Proses infektif atau paradigmatis, karena tidak membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya, tidak dapat dikatakan proses yang produktif. Lain halnya dengan derivasi. Proses derivasi besifat terbuka. Artinya, penutur suatu bahasa dapat membuat kata-kata baru dengan proses tersebut. Tidak adanya sebuah bentuk yang seharusnya ada di sebut Bloking. Dalam bahasa Indonesia kasus bloking tampaknya tidak sejalan dengan dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia yang ada tanpaknya bukan kasus bloking, melainkan ”persaingan” antara kata derivatif dengan bentuk atau kontruksi frase yang menyatakan bentuk dasar dengan maknanya.

More Related