1 / 51

KLASIFIKASI RACUN

KLASIFIKASI RACUN. OLEH : Suharyana, SKM, M.Kes. Klasifikasi Racun. Racun dapat diklasifikasikan berdasarkan atas berbagai hal seperti: sumber, sifat kimiawi dan fisikanya, bagaimana dan kapan terbentuknya, efek terhadap kesehatan, kerusakan organ, dan

ajay
Télécharger la présentation

KLASIFIKASI RACUN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KLASIFIKASI RACUN OLEH : Suharyana, SKM, M.Kes

  2. Klasifikasi Racun • Racun dapat diklasifikasikan berdasarkan atas berbagai hal seperti: • sumber, • sifat kimiawi dan fisikanya, • bagaimana dan kapan terbentuknya, • efek terhadap kesehatan, • kerusakan organ, dan • hidup/tidaknya racun tersebut

  3. Klasifikasi berdasar sumber : • Sumber alamiah/buatan. • Klasifikasi ini membedakan racun asli yang berasal dari flora dan fauna dan kontaminasi organisme dengan berbagai racun yang berasal dari bahan baku industri beracun ataupun buangan beracun dan bahan sintetis beracun. • Sumber berbentuk titik, area dan bergerak. Klasifikasi sumber seperti ini biasanya dipergunakan orang yang berminat melakukan pengendalian. Tentunya sumber titik lebih mudah dikedalikan daripada sumber area dan bergerak.

  4. Sumber domestik, komersial dan industri : • Sumber domestik biasanya berasal dari permukiman, kurang beracun kecuali bercampur dengan buangan pestisida, obat-obatan dll. • Buangan komersial dapat sangat beragam, demikian pula dengan buangan industri

  5. KLASIFIKASI ATAS DASAR WUJUDSangat bermanfaat dalam memahami efek yang mungkin terjadi serta pengendaliannya

  6. Wujud pencemar : • Padat : padatan yang sangat halus dapat terbang bersama udara, disebut debu, fume, mist, sehingga dampaknya dapat sangat luas. • Cair : banyak dipergukan dalam pertanian dan biasanya ditambah pengencer dampaknya tidak secepat gas. • Gas : dapat berdifusi sehingga menyebar lebih cepat dari pada cairan dan zat padat.

  7. Ukuran pencemar, densitas, serta komposisi : • Hal ini akan memberikan petunjuk mudah tidaknya pencemar memasuki tubuh host dan cepat tidaknya menimbulkan efek serta seberapa jauh efeknya.

  8. Klasifikasi atas dasar sifat fisika dan kimia (B3) : • Korosif • Radioaktif • Evaporatif • Eksplosif • Reaktif Semua nya memerlukan penanganan, transportasi, dan pembuangan yang berbeda, karena bahaya yang mungkin timbul akan berbeda.

  9. Klasifikasi atas dasar terbentuknya pencemar/xenobiotik: • Pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber disebut pencemar primer. • Pencemar yang sudah bereaksi dilingkungan disebut pencemar sekunder. • Pencemar sekunder yang bereaksi menjadi pencemar tersier dst. k/e tgl 27/9/05

  10. Klasifiaksi atas efek kesehatan: • Fibrosis : terbentuknya jaringat ikat secara berlebihan; • Granuloma : didapatnya jaringan radang kronis; • Demam : suhu badan melebihi suhu normal; • Asfiksia : keadaan kekurangan oksigen; • Alergi : sensitifitas yang berlebihan; • Kanker : tumor ganas; • Mutan : generasi yang berbeda dg gen induknya • Teratogenik : cacat bawaan • Keracunan sistemik : keracunan yang menyerang seluruh tubuh.

  11. Klasifikasi atas dasar kerusakan organ target : • Hepatoksik : beracun pada hati; • Nefrotoksik : beracun pada ginjal; • Neurotoksik : beracun pada saraf; • Hematotoksik : beracun pada sel darah; • Pneumotoksik : beracun pada paru-paru.

  12. Klasifikasi atas dasar hidup/matinya racun : • Klasifikasi ini dibuat berdasarkan pertimbangan bahaya yang ditimbulkannya • Zat yang hidup dapat berkembang biak bila lingkungannya mengijinkan • Zat abiotis dapat berubah menjadi berbagai senyawa • Sehingga pengendaliannya berbeda

  13. Racun biotis atau biotoksin • Adalah racun yang berasal dari biota; • Dapat berupa racun asli/racun primer (biota tsb beracun); • Racun sekunder : Akibat kontaminasi dg lingkungannya;

  14. Ada dua jenis racun asli : • Organisme itu sendiri beracun bagi manusia atau organisme lain yg memakannya; • Racun dari biota sengaja dimasukkan ke dlm tubuh organisme lain sebagai defens biota tadi.

  15. Ada 3 macam biotoksin : • Mikroba; • Tanaman; • Hewan.

  16. Racun mikroba : • Racun di dalam mikroba dapat berupa : • racun yang dibuat oleh mikroba itu sendiri atapun • dapat berupa sisa metabolismenya

  17. Mikroba pembentuk racun atau toksin : • Vibrio cholera; • Clostridium botulinum; • Pseudomonas cocovenans; • Staphilochoccus aureus; • Michotoksin; • Algatoksin; • dll

  18. Racun Biotis (Biotoksin) • Vibrio Cholerae • Sebagai penyebab penyakit cholera • Meski sudah di cegah, namun masih saja terjadi kasus dan manusia termasuk salah satu mata rantainya. • Masuk melalui makanan dan minuman secara selanjutnya menkontaminasi usus halu, di dalam usus halus merangsang enzim adenylcyclase sehingga ion Na tidak dapat terserap dan terjadi keluarnya ion Cl kedalam lumen usus, akibat terganggunya balans osmosis maka banya cairan yang masuk ke usus, sehingga terjadi diare. • Pengobatan dengan rehidrasi

  19. Racun Biotis (Biotoksin) • Clostridium Botulinum • Penyebab keracunan Botulism • Gejala keracunan : - mata tidak fokus - kelemahan otot. • Masa tunas : 24 jam – 7 hari dan bila tidak cepat ditolong maka dalam 3-7 jam akan terjadi sulit menelan dan sulit bernapas.

  20. Racun Biotis (Biotoksin) • Clostridium Botulinum • Karanteristik : • Anaerobik • Gram positif • Membentuk spora • Tamperatur optimum 42,5 °C • pH 5,5 – 8 • Habitat aslinya adalah tanah. • Resisten terhadap panas diatas 120 °C selama 30 menit. • Tahan terhadap pendinginan, keadaan aerobik dan anaerobik, radiasi pengion, dan berbagai zat kimia.

  21. Racun Biotis (Biotoksin) • Clostridium Botulinum • Toksin bakteri ini disebut botulin dengan LD 50 adalah 0,5 µg. • Resisten terhadap panas, tetapi botulin dapat dihancurkan pada suhu 80-100 °C selama 10 menit. • Toksin bakteri labil terhadap panas, berupa protein dan hanya keluar saat sel pecah atau lisis. • Sewaktu bakteri ada didalam makanan, membuat protoksin yang akan dikeluarkan sebelum dan sewaktu lisis.

  22. Racun Biotis (Biotoksin) • Pencegahan botulism • Ph < 4,5 • Garam = 10 % dari berat • Disimpan pada suhu 3 °C • Proses masak sampai dengan 90 °C sebelum dikonsumsi • Cegah kontaminasidengan tanah, saat pemrosesan dan penyajian

  23. Racun Biotis (Biotoksin) • Clostridium Tetani • Habitat sama dengan botulinum yaitu di tanah, namun hidup komensal di usus kuda. • Penyebab penyakit tetanus • Toksin yang masuk akan menghambat glisin sehingga terjadi kejang.

  24. Racun Biotis (Biotoksin) • Pseudomonas Cocovenans • Terkenal di daerah banyumas Jateng. • Terkandung pada tempe bongkrek (kedelai, bungkil kacang tanah, ampas kelapa, dan diberi bibit jamur.) • Racun berasalkan dai ampas kelapa yang terkontaminasi Pseudomonas Cocovenans yang memproduksi asam bongkrek. (cairan tidak berwarna) • Gejala keracunan terjadi hiperglikemia.

  25. Racun Biotis (Biotoksin) • Pseudomonas Cocovenans • Keracunan dimulai dengan hiperglikemi, karena menghambat ATP, sehingga terjadi glikolisis dari glikogen mjd glukosa • Setelah glikogen habis maka terjadi hipoglikemi. • Merupaka trikarboksilat C28H38O7 dengan berat molekul 486 • Asam bongkrek merupakan antibiotik terhadap aspergillus niger dan cladosporium cucumerin. • LD 50 1,4 mg/kg. • Saat ini sudah dilarang

  26. Racun Biotis (Biotoksin) • Staphylococcus Aureus • Terdapat dimana-mana, kulit, permukaan tubuh, selaput lendir, hidung, dll • Menyebabkan, bisul bernanah, pada neonatus menyebabkan epidemi pneumonia (infeksi paru) • Karakteristik : • Gram + pada usia 18-24 jam selanjutnya sesuai variabel • Habitat : kult, faring, air susu, tinja, dll • Temperatur optimum pertumbuhan : 35-37 °C • Bersifat fakultatif anaerob • Membentuk enim koagulase • Hancur pada pH 2 dan oleh pepsin • Keracunan akut dengan Masa tunas 6-8 jam

  27. Racun Biotis (Biotoksin) • Corynebacterium diphteriae • Penyebab diphteri (menyerang saluran pernapasan dan kulit) • Mengeluarkan exotoksin oleh bakteri aerob. • Efek toksiknya meghentikan sintesa protein. • Sifatnya irreversibel

  28. Racun yang berupa metabolit organisme : • Ammonia; • Nitrat, nitrit; • CO, CO2, derifat sulfur dll.

  29. Racun biotis ada disebut exo dan endo-toksin : • Exotoksin : dibuat dan dikeluarkan dari tubuhnya oleh bakteri semasa masih hidup serta sehat; dan efeknya dapat dirasakan dari efek yang sangat jauh. • Endotoksi : hanya dapat dirasakan bila terjadi kehancuran sel bakteri.

  30. Karakteristik Pelepasan toksin Komposisi Neutralisasi Termostabilitas Pewarnaan Gram Toksisitas Endotoksin Lisis sel Protein = antigen Polisakarida = zat immun Lipida = toksin Homolog, negative Lebih stabil Negative Kurang toksik Perbedaan endotokisn dan exotoksin : • Exotoksin • Sel yang baik • Protein • Positif • Kurang stabil • Positif • Lebih toksik

  31. RACUN JAMUR/FUNGI ATAU MIKOTOKSIN

  32. Mikotoksin • Adalah racun yang dibuat oleh fungi atau jamur; • Habitatnya dialam sangat luas; • Ada yg di gudang, lapangan, pada semua pelapukan dan pembusukan.

  33. Beberapa fungi yg beracun : • Claviceps purpurea; • Aspergilus flavus; • Fusarium roseum; • Fusarium tricintum; • Penilicium sp; • Aspergilus sp.

  34. Racun Biotis (Biotoksin) • Racun Jamur/Fungi atau mikotoksin • Mikotoksin adalah racun yang dibuat oleh fungi atau jamur. • Jamur bisa ditemukan di berbagai macam tempat dan bahan. • Beberapa Fungi yang beracun adalah sbb : • Caviceps Pupurea • Adalah jamur yang hidup sebagai parasit dalam butiran gandum • membuat toksin ergot, yakni suatu alkaloid sehingga terjadi orgotisme. • Jamur berbentuk spora dan terbawa angin

  35. Racun Biotis (Biotoksin) • Keracunan ergot dikenal sejak 600 tahun SM • Sifat keracunan akut dan kronis • Gejalanya akut: kontraksi otot, otot kebas, gangren, bingung, depessi, dll • Gejala kronis : mual, muntah, diare, keguguran, pingsan, mati

  36. Racun Biotis (Biotoksin) • Aspergilus flavus • Merupakan aflatoksin yang karsinogenik • Terdapat pada makanan, maupun makanan yang menbusuk • Di absorsi tubuh melalui oral, mudah larut dalam air, dan mudah diabsorbsi lewat usus, dan masuklah ke sel hati. • Didalam hati terjadi mutagenik terjadilah kanker hati.

  37. Racun Biotis (Biotoksin) • Aflatoksin di Indonesia juga dikenal sebagai tempe dan oncom. Fusarium roseum • Jamur ini mensintesa Zearalenone • Zearalenone merupakan kontaminan jagung dan gandum. • Juga makanan yang di fermentasi spt bir, inuman asam, dll

  38. Racun Biotis (Biotoksin) • Jamur yang juga membuat racun : • Fusarium Sporotrichoides, racunnya adalah sporogenin • Fusarium Poae racunnya Poae fusarigenin • Clapidosporium epiphyllum racunnya epicladosporic acid • Cladosprium fagi racun fagi cladosporic acid • Aspergilus ochraceous membuat okratoksin • Phytomyces chartarum racunnya sporidesmin • Penicillium islandium racunnya ilanditoksin

  39. Racun Biotis (Biotoksin) • Fusarium trinicinctum • Jamur lain yang terdapat pada gandum dan jagung • Memproduksi toksin Mycotoxin T-2 atau mykotoksin trikotesena • LD 4,0 mg/kg per oral • Masa tunas 1-12 jam • Gejala : pusing, mual, muntah, kulit melepuh dan membusuk, diare, dan mati. • Disinyalir digunakan dalam perang kamboja dikenal sbg yellow rain, menyebabkan kematian karena asfiksia

  40. Racun Biotis (Biotoksin) • Penicillium Sp dan Aspergilus Sp • Enam spesies pennicillium dan tujuh spesies aspergilus menghasilkan okratoksin • Okratoksin sering ditemukan pada tumbuhan gandum, kopi, jagung, pakan hewan, dll • Penyebab kelainan ginjal/Nefropati

  41. RACUN ALGAE

  42. BANYAK TERDAPAT DI ALAM : • Pyrrophyceae merupakan protozoa, hewan laut, mastigofora. • Cyanophyceae disebut juga blue green algae, • Cyanobacterium, suatu organisme air tawar; • Chrysophyceae, algae yang hidup di air payau.

  43. Pyrrophyceae • Adalah algae beracun dan berwarna merah; • Bila nutrien cukup, berkembang biak dg pesat, shg laut berwarna merah yg disebut “red tides” • Bila terdapat ini kerang-kerang banyak mengandung racun shg tdk dapat dikonsumsi • Keracunan kerang (shelfish) menyebabkan paralisis;

  44. Kasus yang terjadi : • Dilaporkan sekitar 1600 kasus; • Daerah kasus : Indonesia, Malaysia, Filipina, di tahun1970-1980. • Tahun 2001 terjadi red tides shg pengusaha udang tambak merugi, • Tahun 1987 di Amerika Latin tjd epidemi dikota champerico, Guatemala, sebanyak 186 kasus, dg kematian 26 orang.

  45. Cyanophyceae • Algae yg berwarna biru; • Jenis yg beracun : Mycrocytis; Anabaena; Aphanizomenon, kesemuanya hidup di air tawar dan membuat endotoksin. • Bila terdpat banyak pupuk terjadilah eutrofikasi menyebabkan : populasi banyak, oksigen terlarut kurang, terjadi kematian hewan aquatik

  46. Dapat terjadi fluktuasi diurnal karena: • Siang terjadi fotosintesis maksimum, shg DO menjadi maksimum, dan pH menuju 9,5. karena toksin labil dalam alkali, maka terjadi pengurangan toksisitas. • Pada malam hari, terjadi yg sebaliknya, shg terjadi kematian ikan, burung pemakan ikan dan ternak.

  47. Chrysophyceae • Adalah flagellata bersel tunggal, berwarna kuning coklat, hidup di air payau,dg kadar NaCl 0.12%. • Spesies Prymnesium parvum bersifat racun bagi ikan. • Algae ini membuat toksin hemolisin, sitotoksin, banteriolitik, dan ichtyotoksin.

  48. Tanaman beracun

  49. Tanda-tanda tanaman beracun : • Rasa pahit, bergetah seperti susu; • Racun dapat terdapat pada buah, daun, biji, dan akar; • Jamur liar; • Tanaman dengan kuncup berlaminasi; • Racun labil terhadap panas, dan larut dalam air, shg air bekas masak sebaiknya tdk diminum; • Tanaman liar tdk dikenal jangan dimakan; • Bagian tanaman yg tdk lazim dimakan, jangan dimakan.

  50. Racun yg didapat dlm tanaman berupa : • HCN didapat pada Cassava, Acacia, Sorghum muda, dll. • Asam oksalat didapat pada Chenopodiaceae, Rumex, Oxilidaceae; • Fosfor organik tdp pada Oxylobrium paviflorum, Gatrolobium bilobium;

More Related