1 / 19

Avian Influenza

Avian Influenza. Oleh:. Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen. Penyebab. Avian Influenza atau Flu Burung merupakan penyakit pada unggas yang disebabkan oleh virus, yaitu Orthomyxoviridae tipe A , yang menyerang ayam, burung, itik, kalkun, angsa dan sebagainya.

arav
Télécharger la présentation

Avian Influenza

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Avian Influenza Oleh: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen

  2. Penyebab • Avian Influenza atau Flu Burung merupakan penyakit pada unggas yang disebabkan oleh virus, yaitu Orthomyxoviridae tipe A, yang menyerang ayam, burung, itik, kalkun, angsa dan sebagainya. (www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/avianflu_htm)

  3. Sifat Virus Kelemahan virus tersebut adalah tidak tahan panas. Pada daging akan mati pada suhu 80 0 C selama 1 menit. Pada telur akan mati pada suhu 64 0 C selama 4,5 menit. (Deptan RI, 2005)

  4. Hewan peka AI di Indonesia: ayam ras, ayam buras, burung puyuh,itik, entog, angsa, burung unta, merpati, merak, perkutut, burung rangkong, kakaktua, dll. Hewan peka dan terdeteksi positif AI di Indonesia: ayam layer, broiler, puyuh, itik, beberapa jenis burung di Kebun Binatang Ragunan, babi (Tangerang). (Haryono, 2005)

  5. Patogenesis AIV Unggas HPAIv LPAIv Alat pernafasan & Alat pernafasan dan Pencernaan pencernaan Viremia Infeksi sekunder Tidak ada infeksi Seluruh jaringan sekunder Kematian tinggi kematian rendah tidak 40-100% 3-5% terdapat kematian

  6. Gejala Klinis (HPAI= Highly Pathogenic Avian Influenza) • Kematian mendadak • Kelemahan, cangkang telur lembek, diare profus, keluar leleran dari hidung dan mulut • Pial dan gelambir mengalami pembengkakan dan berwarna kebiruan (sianosis). • Edema bawah kulit sekitar leher sering pula dijumpai pada penyakit AI. • Pendarahan meluas atau bintik-bintik sering dijumpai pada mukosa trakea, proventrikulus, usus, lapisan lemak, otot dada dan kaki.

  7. Low Pathogenic AI • Pada AI yang kurang ganas, gejala pernafasan lebih menonjol disamping depresi, kurang nafsu makan, produksi telur turun, pembengkakan pada kepala terrmasuk pial dan gelambir. (Deptan RI, 2005)

  8. Perubahan Patologi Ayam • Mungkin tidak ditemukan lesi pada kasus yang mati secara tiba-tiba. • Kongesti berat pada otot. • Dehidrasi. • Edema subkutan pada daerah kepala dan leher. • Leleran ekskresi dari hidung dan mulut. • Kongesti berat pada konjungtiva mata, kadang-kadang disertai petechie. • Cairan eksudat dalam trachea atau dapat juga disertai hemorragik tracheitis. • Petechie pada sternum, pada serosa dan lemak abdominal, permukaan serosa dalam rongga tubuh. • Kongesti berat pada ginjal dan kadang-kadang disertai deposit urat dalam tubuli ginjal. • Hemorragi dan degenerasi ovarium. • Hemorragi pada permukaan mukosa proventrikulus, terutama pada batas dengan gizard. • Hemorragi dan erosi pada garis dari gizard. • Foki hemorragik pada jaringan limfoid usus. (Haryono, 2005)

  9. Cara Penularan • Cairan/ lendir yang berasal dari lubang hidung, mulut, mata (konjungtiva), dan lubang anus (tinja) dari unggas yang sakit ke lingkungan. • Kontak langsung dengan ayam sakit. • Secara tidak langsung melalui pakan, air minum, pekerja kandang, dan peralatan peternakan, rak telur, keranjang ayam dan alat transportasi yang tercemar AI. • Unggas air yang berperan sebagai reservoir virus AI melalui virus yang ada pada saluran intestinal dan dilepaskan melalui kotoran. (www.cdc.gov/flu/avian/gen-info/facs.htm)

  10. Pencegahan dan Pemberantasan • Peningkatan Biosekuriti • Biosekuriti dilakukan antara lain dengan: isolasi, kontrol lalu lintas ternak/ orang/ alat/ kendaraan serta peningkatan sanitasi. • Intensifikasi pengamanan lingkungan (untuk peternak rakyat, agar terrnaknya tidak diumbar, tetapi supaya dikandangkan). • Semua ternak yang mati harus dikubur dengan kedalaman ± 1 m dan diberi kapur/ dibakar. • Semua ternak tidak sehat (sakit) harus dimusnahkan (stamping out).

  11. Ternak-ternak yang masih sehat dilakukan vaksinasi secara rutin. • Menjaga kesehatan badan pekerja kandang antara lain dengan memakai masker N 95, kacamata renang, sarung tangan, sepatu boots, dan mencuci tangan sesering mungkin. (Deptan RI, 2005)

  12. Pengisian Kembali (Restocking) • Peternak diperbolehkan mengisi kandang kembali 30 hari setelah pengosongan kandang. • Sebelumnya harus dipastikan semua tindakan dekontaminasi (desinfeksi) dan disposal (pembakaran/ penguburan) sesuai prosedur yang telah dilaksanakan (Deptan RI, 2005)

  13. Pelaporan Kematian Unggas : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen Jl.Anggrek 32 Sragen (0271) 891051 Staf Teknis Peternakan di Kecamatan atau perangkat desa setempat

  14. Terima kasih

  15. Daftar Pustaka www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/avianflu_htm, 2006, Avian Influenza A Virus www.cdc.gov/flu/avian/gen-info/facs.htm, 2006, Avian Influenza Virus in Poultry Haryono, 2005, Penanggulangan Avian Influenza dan Kondisi Terkini, Seminar AI 2005 Anonim, 2005, Gejala Klinis Flu Burung, leaflet, Departemen Pertanian RI

More Related