1 / 21

KERANGKA KITAB NIDHOMUL ISLAM

KERANGKA KITAB NIDHOMUL ISLAM.

Télécharger la présentation

KERANGKA KITAB NIDHOMUL ISLAM

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KERANGKAKITAB NIDHOMUL ISLAM

  2. kitabNizham al-Islam merupakan kitab yang mencoba menggambarkan sistem kehidupan Islam (nizham al-islam) secara komprehensif dalam sebuah sistem Khilafah. Namun sebagaimana Rasulullah SAW dahulu menegakkan pemerintahan Islam berdasarkan Aqidah Islam, Hizbut Tahrir pun meneladani Rasulullah SAW dengan menjadikan Aqidah Islam sebagai pondasi bagi sistem kehidupan Islam itu.

  3. THORIQUL IMAN • menjelaskan bagaimana metode memperoleh keimanan yang benar, yaitu diperoleh dengan jalan berpikir cemerlang (mustanir), bukan lewat jalan wijdan (naluri) semata. Dengan kata lain, Aqidah Islam hendaknya didasarkan pada dalil akli, bukan hanya didasarkan pada naluri fitri (h. 8-9).

  4. Berdasarkan dalil akli itu yang digunakan untuk memahami bukti-bukti empiris, akan diperoleh iman adanya Allah, iman bahwa Al-Qur`an kalamullah, dan iman bahwa Muhammad SAW rasul Allah. Ketiga perkara keimanan inilah yang selanjutnya menjadi dasar penetapan dalil nakli (Al-Qur`an dan As-Sunnah) untuk mengimani perkara-perkara yang gaib, seperti adanya Hari Kiamat, surga, neraka, malaikat, jin, setan, dan sebagainya (h. 12).

  5. materi Aqidah seperti Thariqul Iman tersebut sebenarnya bukanlah semata-mata materi mengenai Aqidah Islaman sich. Lebih dari itu, materi Thariqul Iman ingin meletakkan Aqidah Islam sebagai landasan bagi ideologi dan peradaban Islam (h. 13). Jadi, materi Thariqul Iman ini agak berbeda fokusnya dengan pembahasan berjudul Al-Aqidah al-Islamiyah dalam kitabasy-Syakhshiyah al-Islamiyah Juz I.

  6. dalam materi Thariqul Iman, Syaikh an-Nabhani hendak mengkontekstualisasikan Aqidah Islam dalam realitas masa kini, yakni meletakkan aqidah Islam sebagai asas ideologi dan peradaban Islam. Hal ini dikarenakan Islam telah kehilangan sifatnya sebagai idelogi dan peradaban, setelah Khilafah Islam di Turki tahun 1924 dihancurkan oleh Mustafa Kamal Ataturk yang murtad. Di sinilah keistimewaan materi Thariqul Iman. Ia bukanlah semata penjelasan Aqidah Islam, melainkan juga peletakan Aqidah Islam dalam sebuah konteks ruang dan waktu tertentu pada saat kaum muslimin hidup di bawah tindasan ideologi-ideologi asing di abad ke-20 ini.

  7. Pada titik inilah kita dapat memahami mengapa banyak para aktivis Hizbut Tahrir yang kemudian men-syarah lebih jauh materi Thariqul Iman menjadi banyak kitab yang membicarakan kebangkitan. Tercatat ada kitabThariqul Iman karya Samih Athif az-Zain (1983), kitaban-Nahdhah karya Ustadz Hafizh Shalih (1988), dan kitabUsus an-Nahdhah ar-Rasyidah karya Ahmad al-Qashash (1995).

  8. QODHO QODAR

  9. Adapun materi Qadha`-Qadar, menjelaskan bagaimana kita memahami persoalan Qadha`-Qadar secara tepat dan proporsional, di tengah perbedaan pendapat dalam persoalan ini pada kalangan Jabariyah, Mu’tazilah, dan Ahlus Sunnah (h. 14-21). Yang fundamental, Syaikh an-Nabhani meletakkan paradigma baru dalam pembahasan Qadha`-Qadar. Yaitu, membahas perbuatan manusia secara relevan dengan pahala dan dosa, bukan lagi membahas perbuatan manusia dari segi-segi lain yang tidak relevan dengan pahala dan dosa, misalnya dari segi penciptaan perbuatan (khalq al-‘af’al) dan tertulisnya perbuatan manusia dalam Lauhul Mahfuzh (h. 15).

  10. Maka Syaikh an-Nabhani lalu menelaah fakta perbuatan manusia itu dari segi apakah manusia dipaksa untuk berbuat (musayyar) atau diberi hak pilih (mukhayyar). Fakta menunjukkan, ada dua jenis perbuatan manusia,YAITU:

  11. Pertama, adakalanya manusia itu musayyar, misalnya ia tidak bisa terbang dengan tubuhnya sendiri atau ia mengalami suatu kecelakaan di luar kuasanya. Segala perbuatan atau fakta di saat manusia berstatus musayyar inilah yang disebut Qadha`. Yang menetapkan Qadha` adalah Allah dan manusia tidak akan dihisab tentang Qadha` dari Allah itu. Tidak ada perhitungan dosa dan pahala di sini.

  12. Kedua, adakalanya manusia mukhayyar, misalnya ia makan nasi, minum khamr, mencari nafkah dengan jalan mencuri, sesuai kehendak dan pilihannya sendiri. Di sinilah manusia dikatakan telah memanfaatkan Qadar, yakni karakter khusus yang melekat pada segala sesuatu, misalnya sifat menghasilkan kalori pada nasi, atau adanya hasrat ingin memiliki harta (hubbut tamalluk) pada naluri manusia. Yang menetapkan Qadar adalah Allah semata, namun manusia tetap akan dihisab tentang pemanfaatan Qadar dari Allah itu. Tetap ada perhitungan dosa dan pahala di sini (h. 18-19).

  13. al-Qiyadah al-Fikriyah fi al-Islam (h. 22-57).

  14. Materi ini pada dasarnya membicarakan dua hal. Pertama, melakukan studi komparatif pada dataran normatif (konseptual) antara ideologi Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam. Kedua, melakukan studi historis-empiris untuk menjelaskan penerapan ideologi Islam sepanjang sejarah umat Islam.

  15. Pada studi komparatif-normatif itu, Syaikh an-Nabhani memaparkan secara meyakinkan bahwa ideologi Islam lebih unggul daripada Kapitalisme dan Sosialisme. Beliau menjelaskan hal itu dengan membandingkan aqidah (asas ideologi) masing-masing ideologi. Berdasarkan kriteria umum bahwa suatu asas ideologi haruslah memuaskan akal, sesuai fitrah, dan menentramkan hati, terbukti bahwa asas ideologi Kapitalisme (yakni sekularisme) dan asas ideologi Sosialisme (yakni materialisme) telah gagal memenuhi kriteria tersebut. Hanya asas ideologi Islam (yakni Aqidah Islam) yang mampu lulus dari batu ujian berupa ketiga kriteria universal itu (h. 42-43).

  16. Keunggulan Islam juga didasarkan pada perbandingan pada aspek-aspek lainnya, yaitu (1) bagaimana lahirnya peraturanhidup dari aqidah, (2) standar perbuatan, (3) pandangan terhadap individu dan masyarakat, dan (4) pandangan terhadap metode

  17. penerapan peraturanhidup (h. 34-39). Sementara studi historis-empiris yang dilakukan Syaikh an-Nabhani, dilakukan untuk menjawab satu pertanyaan kritis,"Kalau ideologi Islam itu satu-satunya yang benar, apakah ia pernah diterapkan dalam kenyataan?" Di sinilah Syaikh an-Nabhani lalu membentangkan penerapan Islam sebagai ideologi dan prestasi-prestasi keberhasilannya dalam rentang sejarahnya yang panjang, sejak tahun 622 ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah hingga tahun 1917 ketika Daulah Islam yang terakhir jatuh di tangan penjajah (h. 43-44)

  18. Adapun materi-materi selanjutnya, semuanya adalah uraian lebih jauh tentang hal-hal yang terkait dengan materi al-Qiyadah al-Fikriyah. Mungkin kita bertanya, bagaimana metode mewujudkan kembali Islam sebagai sebuah kepemimpinan ideologi (al-Qiyadah al-Fikriyah) dalam Khilafah? Jawabannya ada pada materi tentang cara mengemban dakwah Islam (Kaifiyah Haml ad-Da’wah al-Islamiyah) pada halaman 58-62.

  19. Materi-materi selanjutnya semakin merinci bagaimana wujud sistem kehidupan Islam itu, termasuk perbedaan kontrasnya dengan gaya kehidupan Barat. Materi al-Hadharah al-Islamiyah (h. 63 dst) dan materi Nizham al-Islam (h. 69 dst) menerangkan perbedaan tajam antara sistem kehidupan Islam dan sekularisme.

  20. Materi-materi selanjutnya menjelaskan hukum syara’ (yang terpancar dari Aqidah Islam) sebagai substansi peraturan dalam sistem kehidupan Islam (h. 75-79). Teori-teori umum seperti definisi dan macam-macam hukum syara’ kemudian dilanjutkan dengan rincian secara mendetail mengenai penerapan sistem kehidupan Islam secara nyata. Ini dijelaskan dalam bab Masyru’ ad-Dustur, sebuah rancangan konstitusi negara Khilafah yang terdiri dari 186 pasal (h. 90-128).

  21. KitabNizham al-Islam ditutup dengan bab Akhlaq. Bab ini menjelaskan posisi akhlaq dalam Islam dan peran akhlaq dalam masyarakat serta bahaya berdakwah focus pada akhlak (h. 129-132).

More Related