50 likes | 324 Vues
Risiko Lentera Kehidupan Seorang pria berlayar menyeberangi Selat Sunda dalam rangka mudik ke kampung halamannya. Ia mengalami mabuk laut yang parah dan mengurung diri di kamar. Hingga suatu malam ia mendengar teriakan, “Ada orang jatuh ke laut!”
E N D
Risiko Lentera Kehidupan Seorang pria berlayar menyeberangi Selat Sunda dalam rangka mudik ke kampung halamannya. Ia mengalami mabuk laut yang parah dan mengurung diri di kamar. Hingga suatu malam ia mendengar teriakan, “Ada orang jatuh ke laut!” Akan tetapi, ia merasa bahwa tidak ada yang dapat ia lakukan untuk memberikan pertolongan. Kemudian ia berkata kepada dirinya sendiri yang tengah mengalami mabuk laut tersebut, “Setidaknya saya dapat menaruh lentera pada tingkap di sisi kapal!” Lalu ia berusaha berdiri dan menggantungkan lenteranya. Keesokan harinya dia mendengar bagaimana orang yang berhasil diselamatkan tersebut berkata, “Saya nyaris tenggelam di tengah gelapnya malam. Namun, pada saat yang tepat, seseorang menaruh sebuah lentera pada tingkap di sisi kapal. Ketika lentera itu menyinari tangan saya, seorang pelaut yang ada di sekoci penyelamat menangkap tangan saya dan menarik saya masuk ke dalam sekocinya.” *** Teringat akan yang diungkapkan KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) tentang konsep 3M-nya untuk mengubah diri dalam rangka mengubah dunia, yaitu Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil, dan Mulai dari sekarang juga. Hidup akan terasa lebih hidup dan lebih bermakna bukan karena hal-hal yang besar, melainkan dari hal-hal kecil yang dikerjakan dengan jiwa yang besar. Cahaya kehidupan abadi bukan tampak dari kemilau harta yang dimiliki, bukan pula dari indahnya tahta kedudukan yang dipunyai seseorang atau deretan gelar yang disandang. Cahaya kehidupan abadi justru dimulai dari lentera kecil yang ada dalam diri yang menyala dalam ketulusan memberi pertolongan pada orang lain dalam segala kekurangan dan kecukupannya.
Lentera kehidupan tidak berarti selalu memberi kebaikan kepada orang-orang yang baik dengan kita. Memberi pertolongan kepada orang yang sepaham, sealiran, dan sependapat dengan kita adalah hal biasa. Namun, memberi pertolongan dengan dasar cinta kasih kepada orang-orang yang justru membenci kita, yang berbeda dan tidak sepaham dengan kita merupakan nilai tertinggi dari lentera kehidupan tersebut. • Seorang sahabat senior yang sangat bijak dan rendah hati, sungguh pun memiliki jabatan yang tinggi, pernah bertutur, “Harta saya yang abadi itu adalah yang saya berikan pada orang lain.” • Pernyataan yang menunjukkan implementasi nilai-nilai spiritual yang tinggi itu, memberikan inspirasi dan dorongan bahwa apa yang kita miliki saat ini adalah titipan dan sebagian milik orang lain. Inspirasi yang memperkokoh keyakinan bahwa semua yang kita miliki saat ini tidaklah abadi. Hidup semata-mata adalah menjadi saluran berkah bagi orang lain. • Ketika lentera menyala bukan berarti tidak ada risiko -paling tidak risiko tertiup angin dan padam. Risiko terberat yang dirasakan seseorang ketika memberi pertolongan bagi orang lain, bukanlah semata-mata akibatnya harta yang berkurang atau tenaga dan waktu yang tersita, melainkan mempertaruhkan harga diri dan gengsi. Menyalakan lentera kehidupan berarti rela turun dengan rendah hati untuk sama-sama sederajat dengan orang yang ditolong untuk kemudian secara bersama-sama membawanya terbang tinggi. • Hambatan utama dalam menyalakan lentera kehidupan justru datang dari dalam diri sendiri yang tidak mau keluar (in side out) memperhatikan dan menolong orang lain. Dr. Lyndon pernah menyatakan bahwa orang yang menaklukkan orang lain adalah orang kuat, sedangkan orang yang menaklukkan dirinya sendiri adalah orang yang berkekuatan dahsyat.
Berbicara mengenai risiko, akan sendi-sendi kehidupan kita yang berjalan tanpa risiko. Tertawa berarti mengambil risiko kelihatan tolol. Menangis berarti mengambil risiko kelihatan sentimental. Mengulurkan tangan kepada orang lain berarti mengambil risiko terlibat. Menunjukkan perasaan berarti mengambil risiko menunjukkan diri sejati kita. Memberitahukan ide-ide dan impian-impian kita di depan banyak orang berarti mengambil risiko kalah. Mengasihi berarti mengambil risiko tidak dikasihi. Hidup berarti mengambil risiko mati. Berharap berarti mengambil risiko putus asa. Mencoba berarti mengambil risiko gagal. • Keberanian mengambil risiko moderat untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain, perusahaan, dan masyarakat merupakan awal yang baik untuk memulai hidup baru dengan menyalakan lentera kehidupan. Tidak dapat dipungkiri, begitu komitmen ini mulai dibangun, maka pada saat yang bersamaan pula rasa takut mulai datang untuk menghambat laju komitmen tersebut. Berani berarti melawan rasa takut, menguasai rasa takut. Bukannya tidak merasa takut. Lebih baik mengambil risiko sekarang daripada selalu hidup dalam ketakutan. • Kehidupan yang paling menyedihkan adalah ketidakberanian mengambil risiko sekecil apa pun (safety player). Orang yang tidak mau mengambil risiko berarti dia tidak dapat meraih apa pun, tidak memiliki apa pun, tidak merasakan apa pun, dan akhirnya tidak menjadi siapa-siapa. Nyalakanlah lentera kehidupanmu dengan risiko apa pun, besok mungkin sudah terlambat dan padam.