1 / 23

JANUARI 2005

Beberapa Pemikiran Tentang Penataan Ruang NAD dan SUMUT Pasca Bencana. JANUARI 2005. POTENSI ALAMIAH WILAYAH INDONESIA : Tempat pertemuan 3 Lempeng Besar - Lempeng Australia - Lempeng Pasifik - Lempeng Eurasia. Potensi Bencana Geologi :

haracha
Télécharger la présentation

JANUARI 2005

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Beberapa Pemikiran Tentang Penataan Ruang NAD dan SUMUT Pasca Bencana JANUARI 2005

  2. POTENSI ALAMIAH WILAYAH INDONESIA :Tempat pertemuan 3 Lempeng Besar - Lempeng Australia- Lempeng Pasifik- Lempeng Eurasia Potensi Bencana Geologi : Pola pergerakan lempeng aktif dan cenderung menyatu untuk membentuk gunung api (Sumatera – Laut Banda) Potensi Geologi : simpanan sumberdaya mineral & energi

  3. KARAKTERISTIK WILAYAH PESISIR : • Meliputi 81.000 km garis pantai serta 17.508 pulau • Dihuni ± 110 juta jiwa atau 60% penduduk Ina dlm radius 50 km dari garis pantai • 47 kota pantai dari Sabang-Jayapura sebagai pusat pelayanan aktivitas ek-sos pada 37 kawan laut • Potensi kelautan : pertambangan (60 cekungan minyak), perikanan (6,7 juta ton/thn pada 9 dari 17 titik penangkapan ikan dunia), pariwisata bahari (21 spot potensial), biodiversity sangat tinggi • Sumberdaya masa depan yang belum berkembang secara optimal (perikanan baru termanfaatkan 58,5% & nilai investasi dalam 30 thn hanya 2% dari total investasi nasional) • Merupakan kawasan perbatasan yang sensitif (berimplikasi pada pertahanan-keamanan NKRI)

  4. KONSEP PENATAAN RUANG MAKRO-STRATEGIS • KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM GEOLOGI : • Salah satu klasifikasi dalam kawasan lindung menurut RTRWN  Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional • (Pola pemanfaatan ruang kawasan lindung & kawasan budidaya) • yang mencakup : • Kawasan yang memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah tinggi • Kawasan rawan bencana III gunung api • Zona patahan aktif • Kawasan yang pernah atau berpotensi mengalami tsunami • Kawasan yang pernah atau berpotensi mengalami abrasi • Kawasan yang pernah dan/atau berpotensi mengalami aliran lahar • Kawasan yang pernah dan/atau berpotensi bahaya gas beracun

  5. KONSEP RTRWN …….Lanjutan • Resiko bencana alam  masukan signifikan dlm RTRWN,karena : • Besarnya konsentrasi penduduk di kawasan pesisir • Besarnya potensi ekonomi di kawasan pesisir • Belum sinergi antara kepentingan ekonomi & lingkungan (kepentingan lingkungan seringkali dikorbankan untuk kepentingan ekonomi) • Konflik pemanfaatan ruang lintas sektor & wilayah • Belum terciptanya keterkaitan fungsional antara hulu-hilir (cenderung merugikan pesisir) • POLA PENGELOLAAN KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM : • Pengaturan kegiatan manusia di kawasan tsb untuk melindungi manusia dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia • ARAHAN POLA PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN : pemanfaatan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan permukiman dengan menyediakan lingkungan yang sehat & aman dari bencana alam, serta memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup

  6. KONSEP PENATAAN RUANG MIKRO-OPERASIONAL • PENGEMBANGAN/PENGELOLAAN KAWASAN BUDIDAYA : • RELOKASI : apabila dampak ekonomi & lingkungan sangat besar maka kawasan budidaya berada jauh dari garis pantai. Bila kondisi ekstrim, perlu menghindari sama sekali kawasan yang memiliki kerentanan sangat tinggi • AKOMODASI : bersifat penyesuaian terhadap perubahan alam atau resiko dampak seperti reklamasi, peninggian bangunan atau perubahan pola agriculture • PROTEKSI : melalui hardstructure seperti pembangunan penahan gelombang (breakwater) atau tanggul banjir (seawalls) dan yang bersifat softstructure seperti revegetasi mangrove atau penimbunan pasir (beach nourishment)

  7. KONSEP MIKRO OPERASIONAL….Lanjutan 2 • PENGEMBANGAN/PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG : • PRIORITAS : sempadan pantai, sungai, mangrove, terumbu karang, suaka alam margasatwa/cagar alam/habitat flora-fauna, dan kawasan yang sensitif atau rentan terhadap perubahan alam • PULAU-PULAU KECIL YANG MEMILIKI FUNGSI KHUSUS,seperti : tempat transit fauna, habitat flora/fauna langka/dilindungi, dan kepentingan pertahanan-keamanan, dan sebagainya.

  8. KEBUTUHAN INTERVENSI KEBIJAKAN PENATAAN RUANG Revitalisasi Dan Operasionalisasi Rencana Tata Ruang Nspm, kelembagaan, sistem informasi, data base, peta Strategipendayagunaan penataan ruang Proses penataan ruang Kerjasama dengan lembaga-lembaga yang interest dengan penanganan dampak bencana alam (internasional dan nasional)

  9. STRATEGI MAKRO PEMANFAATAN RUANG KAWASAN TEPI - AIR (PESISIR) Strategi Strategi Strategi Strategi Relokasi Protektif Akomodatif Aplikasi Pola Pola Bangunan Pengaturan Pembangunan dimundur - Ulang Pengaman kan Bangunan Pantai • • • • • • Rekomendasi Penyiapan kawasan penyangga Perencanaan Darurat ( sistem Pembangunan struktur keras ( pintu Rekomendasi Penyiapan kawasan penyangga Perencanaan Darurat ( sistem Pembangunan struktur keras ( pintu (buffer zone) melalui penetapan peringatan dini dan evakuasi ) air, penahan intrusi , pemecah (buffer zone) melalui penetapan peringatan dini dan evakuasi ) air, penahan intrusi , pemecah kawasan lindung di pesisir/tepi gelombang , tanggul banjir /dam, kawasan lindung di pesisir/tepi gelombang , tanggul banjir /dam, • • Pengaturan ketat tata guna lahan Pengaturan ketat tata guna lahan air sebagai “ ruang untuk air” dsb ) air sebagai “ ruang untuk air” dsb ) dengan instrumen zoning dengan instrumen zoning • • • • regulation Penghutanan mangrove secara Aplikasi struktur lunak (sand dunes, regulation Penghutanan mangrove secara Aplikasi struktur lunak (sand dunes, massal pemeliharaan pantai / nourishment , massal pemeliharaan pantai / nourishment , • • Pengembangan model desalinasi Pengembangan model desalinasi constructed wetlands ) • constructed wetlands ) • Pemindahan bangunan hingga Pemindahan bangunan hingga • • Peningkatan sistem drainase Peningkatan sistem drainase • • jarak aman ( relokasi bertahap , Pendekatan alamiah ( penghutanan jarak aman ( relokasi bertahap , Pendekatan alamiah ( penghutanan ( sistem polder, peningkatan ( sistem polder, peningkatan khususnya bagi bangunan kembali , penanaman kelapa/bakau , khususnya bagi bangunan kembali , penanaman kelapa/bakau , kapasitas saluran/pompa ) kapasitas saluran/pompa ) dengan resiko tinggi ) dinding penahan/batu ) dengan resiko tinggi ) dinding penahan/batu ) • • Perubahan pola budidaya Perubahan pola budidaya • • Pengaturan allignment ( dengan Pengaturan allignment ( dengan ( aquaculture , pemfungsian jalan ( aquaculture , pemfungsian jalan masukan teknologi ) masukan teknologi ) sekaligus sebagai tanggul ) sekaligus sebagai tanggul )

  10. STRATEGI MAKRO PEMANFAATAN RUANG KAWASAN TEPI-AIR (PESISIR) Berdasarkan Tipologi Kawasan dan Resiko Bencana

  11. GRAND SCENARIO untuk Aceh dan Sumut : • Konsep pengembangan wilayah dan Sistem Perkotaan di Aceh dan Sumut • Konsep Pengembangan Kota-kota Pantai pasca bencana REHABILITATION : 2005 - 2006 • Penyiapan Data, Informasi & Peta : • Fisik • Sosial • Ekonomi • Budaya • Psikologi • Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Skenario Pembangunan individu Kota-Kota Tepi Pantai di Aceh dan Sumut • Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan • Arahan Program Pembangunan Prasarana • Arahan Pengembangan Sektor Lainnya • Pendampingan (advisory / supervisi) Analisis Kebutuhan Indikator Perkembangan Sektor

  12. GRAND SCENARIO untuk Aceh dan Sumut : • Konsep pengembangan wilayah dan Sistem Perkotaan di Aceh dan Sumut • Konsep Pengembangan Kota-kota Pantai pasca bencana RECONSTRUCTION : 2005 - 2009 • Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Skenario Pembangunan individu Kota-Kota Tepi Pantai di Aceh dan Sumut • Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan • Arahan Program Pembangunan Prasarana • Arahan Pengembangan Sektor Lainnya • Pendampingan (advisory / supervisi) Pelaksanaan • Monitoring & Evaluasi • Pendampingan (advisory/ supervisi)

  13. METODA IDENTIFIKASI KAWASAN PENGEMBANGAN RE-KONSTRUKSI

  14. OUTPUT • Wilayah I Pengembangan kawasan yang harmonis dengan air • Wilayah II Pengembangan kawasan dengan pertahanan resiko air • Wilayah III Pengembangan kawasan jauh dari air

  15. PROSES • Identifikasi kondisi alam dengan peta 1:50.000 sebelum bencana • Indentifikasi wilayah bencana berdasarkan indikator bahaya • Identifikasi kawasan fungsi yang dipertahankan berdasarkan zonasi bahaya dan kondisi pasca bencana • Identifasi wilayah/kawasan perlindungan • Identifikasi wilayah pengembangan baru

  16. INDIKATOR BAHAYA • Zona bahaya I : < 7 m diatas laut • Zona bahaya II : 7 - 12 m diatas laut • Zona bahaya III : 12 - 25 m diatas laut • Zona aman IV : > 25

  17. KAWASAN YANG DIPERTAHANKAN Dasar kawasan dan fungsi yang dipertahankan bergantung kepada sumbangan dan besaran kertergantungan kota pada fungsi tersebut serta tingkat kerusakan setelah bencana, diantaranya berfungsi sebagai : • Pusat pemerintahan • Pusat aktivitas ekonomi-sosial : pelabuhan, industri, universitas, pusat kota, identitas kota • Jaringan prasarana regional dan nasional

  18. TINGKAT KERUSAKAN • Zona I : Kerusakan total • Zona II : Kerusakan bangunan struktural • Zona III : Kerusakan bangunan non struktural • Zona IV : Kerusakan lahan dan sumber air

  19. KRITERIA DAERAH/WILAYAH PERLINDUNGAN • Ketinggian merujuk pola tingkat keamanan • Menampung jumlah yang harus dilindungi • Pada jarak daya jangkau • Dikembangkan dengan pertimbangan fungsi lain yang menunjang pemanfataan sehari-hari

  20. ALTERNATIF BARIER UNTUK MENGURANGI RESIKO Alam : Hutan Mangrove Terumbu Karang Buatan : Break Water Bendung

  21. IDENTIFIKASI KAWASAN BARU YANG DIREKOMENDASIKAN • Pengembangan jaringan prasarana dan sarana • Pengaturan perkembangan untuk masa yang akan datang • Ketersediaan air baku • Ketersediaan sumber daya penunjang aktivitas ekonomi

More Related