1 / 127

ORANG YANG AKAN DAPAT BERTAHAN HIDUP DALAM ERA GLOBALISASI:

ORANG YANG AKAN DAPAT BERTAHAN HIDUP DALAM ERA GLOBALISASI:. Orang yang kompeten: memiliki life skill/ life competency - Minimal, sebagai sandaran hidup dirinya sendiri - Maksimal, berperan-serta dalam membangun identitas budaya, integritas sosial dan kepribadian bangsanya.

haruko
Télécharger la présentation

ORANG YANG AKAN DAPAT BERTAHAN HIDUP DALAM ERA GLOBALISASI:

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. ORANG YANG AKAN DAPAT BERTAHAN HIDUP DALAM ERA GLOBALISASI: Orang yang kompeten: memiliki life skill/ life competency - Minimal, sebagai sandaran hidup dirinya sendiri - Maksimal, berperan-serta dalam membangun identitas budaya, integritas sosial dan kepribadian bangsanya

  2. PEMBELAJARAN HENDAKNYA DIUPAYAKAN UNTUK DAPAT MENGINTERVENSI PESERTA DIDIK MENJADI: •  Pemikir logis, kritis, kreatif, inovatif dan produktif •  Pemecah masalah dan pengambil keputusan dalam setiap aspek kehidupan •  Merefleksi dan mengendalikan diri • Jujur, disiplin, tanggung-jawab, demokratis, terbuka dan akomodatif • Belajar bagaimana hidup saling ketergantungan dan kolaborasi • Belajar bagaimana hidup bersama dalam setiap komunitas Setiap orang belajar dan bekerja bergantung pada potensi fisik dan akal-budinya

  3. Setiap individu bertanggung-jawab atas kualitas dirinya Mau dan mampu belajar dan berlatih secara totalitas Watak/kepribadian yang sempurna, insan kamil ---> manusia yang berhasil mengembangkan semua kualitas yang baik secara seimbang (fisik, mental dan spiritual)--->penyatukaitan (interpenetrasi): kreativitas bersamaan dengan cinta-kasih-sayang, intelek, kebenaran, dan kejujuran

  4. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan (approach): cara umum dalam memandang permasalahan/obyek sehingga berdampak, ibarat seorang yang memakai kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar. Kacamata berwarna hijau akan menyebabkan lingkungan sekitar kelihatan serba kehijau-hijauan, dsb., (T. Raka Joni, 1991) Pembelajaran: - Materi pembelajaran - Bagaimana menyajikan materi pembelajaran - Hasil belajar yang efektif, efisien dan menyenangkan

  5. Pendekatan pembelajaran, cara memandang pembelajaran sebagai suatu kegiatan penyajian bahan ajar yang memudahkan siswa dalam belajar, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat terwujud secara efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Pendekatan pembelajaran sebagai cara dalam mengelola kegiatan instruksional untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien, (Atwi Suparman, 1996)

  6. Metode, cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta didik,(Tardif dalam Muhibbin Syah) Metode, cara yang umum untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau mempraktekkan teori yang telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar, (Fred Percival dan Henry Ellington).. Metode mencakup pengorganisasian bahan ajar, strategi penyampaian dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan tujuan, hambatan dan karakteristik peserta didik, sehingga diperoleh hasil yang efektif, efisien dan menimbulkan daya tarik pembelajaran, (Charles M Reigeluth) Metode, cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan dalam mempelajari/membahas bahan ajar yang disampaikan oleh guru

  7. Ketepatgunaan dalam memilih metode sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif, menyenagkan, sehingga kegiatan pembelajaran (instructional activities) dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat meraih hasil belajar sesuai harapan. Secara demikian metode merupakan suatu komponen yang sangat menentukan terciptanya kondisi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Suatu kegiatan pembelajaran tidak selalu menjamin orang (peserta didik) dapat belajar,(Ivor K Davies). Sebaik apapun desain pelaksanaan pembelajaran dibuat, sangat kecil peluangnya akan dapat secara optimal mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan, apabila tidak didukung oleh pemilihan sekaligus penggunaan metode secara tepat.

  8. Strategi, ilmu dan kiat dalam memanfaat-kan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,(T Raka Joni). Strategi, pandangan umum tentang rangkaian tindakan yang diadaptasi dari perintah-perintah terpilih untuk metode pembelajaran,(A.J. Romiszowski). Strategi, komponen umum suatu set bahan ajar dan prosedur yang akan digunakan bersama bahan ajar tersebut untuk memperoleh hasil belajar tertentu. Komponen: kegiatan pra-instruksional, penyajian informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan tindak lanjut,(Dick & Carey). Strategi, langkah-langkah kegiatan (syntax) atau prosedur yang digunakan untuk menyajikan bahan ajar dalam rangka mencapai kompetensi/hasil belajar. Suatu strategi dipilih untuk melaksanakan metode.

  9. Teknik, keragaman khas dalam mengaplikasikan suatu metode sesuai dengan latar (setting) tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, kemampuan dan kesiapan peserta didik, dsb. Contoh, dalam mengaplikasikan metode ceramah, maka dapat disebutkan rentangan teknik berceramah mulai dari yang diibaratkan tape-recorder dalam menyampaikan bahan ajar sampai dengan menampilkan berbagai alat bantu/media untuk menyampaikan isi pelajaran yang dirancang berdasarkan teori pembelajaran mutakhir,(T Raka Joni)

  10. Model, suatu struktur secara konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang, (Marx, 1976). Model dan yang paling banyak digunakan ialah model-model fisika, komputer dan matematik. Semua model itu mempunyai sifat "jika-maka", dan model-model ini terikat pada teori, (Snelbecker dalam Ratna Wilis Dahar). Model pembelajaran, suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran, (Winataputra, 1996). Contoh, model RPP ekspositori dan cooperative learning, dsb.

  11. Karakteristik pendekatan pembelajaran, al. : 1. Peserta didik melakukan kegiatan belajar yang beragam. 2. Peserta didik berpartisipasi aktif, baik secara individu maupun kelompok. 3. Memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik dalam menumbuh-kembangkan potensinya 4. Interaksi terbangun melalui komunikasi multi-arah dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar, metode, media, dan strategi pembelajaran 5. Selama proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan pemimpin.

  12. Karakteristik strategi pembelajaran, al.: 1. Setiap tahapan kegiatan memungkinkan penggunaan berbagai macam sumber belajar, metode dan media pembelajaran. 2. Setiap tahapan kegiatan mencerminkan kegiatan belajar yang beragam, baik secara individu maupun kelompok. 3. Dalam kegiatan memungkinkan peserta didik belajar bekerjasama dan saling tukar-menukar pengalaman. 4. Setiap tahapan kegiatan memberikan pengalaman belajar (learning experiences) yang bermakna bagi peserta didik 5. Setiap tahapan kegiatan memungkinkan bagi peserta didik untuk menumbuh-kembangkan kemampuannya dalam berpikir secara kritis, kreatif, inovatif, dan produktif 6. Setiap tahapan kegiatan memotivasi peserta didik untuk mengkaji lebih-jauh bahan-bahan yang telah dan sedang dipelajari 7. Dalam proses pembelajaran peserta didik memperoleh berbagai macam fasilitas belajar untuk melakukan kegiatan praktek dan/atau latihan. 8. Dalam proses pembelajaran peserta didik memperoloeh kesempatan untuk berdialog dengan dirinya sendiri dan lingkungan sekitar (fisik dan sosial) secara bebas.

  13. Karakteristik metode pembelajaran, al: 1. Memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif selama proses pembelajaran 2. Memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mempelajari bahan ajar 3. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran 4. Memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang mencakup segenap potensi dalam dirinya secara seimbang 5. Memungkinkan peserta didik untuk melakukan refleksi secara bebas terhadap pengalaman belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar (fisik dan sosial) 6. Mendorong tumbuh-kembangnya kepribadian peserta didik, utamanya sikap terbuka, demokratis, disiplin, tanggung-jawab dan toleran serta komitmen terhadap nilai-nilai sosio-budaya bangsanya.

  14. Kedudukan Pendekatan Pembelajaran Sebagai orientasi pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam berbagai tahapan (tahap demi tahap) yang mencerminkan cara bagaimana siswa belajar secara efekfif, efisien dan seoptimal mungkin. Mendesain program pembelajaran dengan menggunaan pendekatan, strategi dan metode secara tepat akan dapat memfasilitasi siswa dalam belajar untuk mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan.

  15. Kedudukan metode: membangun kondisi yang memudahkan untuk memfasilitasi cara belajar peserta didik agar dapat mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan secara efektif, efisien dan seoptimal mumgkin. Kedudukan strategi: untuk mengemas atau menata keterlaksanaan berbagai macam metode dan media yang terpilih serta mengorganisasikan bahan ajar dari berbagai sumber dan peserta didik yang belajar, sehingga tujuan pembelajaran, kompetensi dapat diwujudkan secara efektif, efisien dan seoptimal mungkin.

  16. Fungsi Pendekatan Pembelajaran sebagai acuan dalam: 1. Mengorganisasikan materi pelajaran yang akan disajikan sehingga mudah dipelajari oleh siswa 2. Memilih strategi dan metode pembelajaran yang akan digunakan, sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam mempelajari materi pelajaran yang disajikan 3. Memilih sumber dan media pembelajaran yang akan digunakan, sehingga siswa lebih termotivasi dalam mempelajari materi pelajaran yang disajikan

  17. Fungsi metode dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan bagi peserta didik memperoleh kemudahan dalam mempelajari bahan ajar. Fungsi strategi dalam kegiatan pembelajaran untuk mewujudkan keterlaksanaan berbagai metode terpilih untuk penyajian bahan ajar dengan menggunakan media yang relevan, sehingga dapat mencapai tujuan, kompetensi yang diharapkan dalam diri peserta didik.

  18. Ragam Pendekatan Pembelajaran Ditinjau dari segi proses: Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru/lembaga pendidikan (teacher/institution centered approach) dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa (student centered approach) a. Pendekatan yang berorientasi pada guru, suatu pola/ sistem pembelajaran yang konvensional, di mana hampir semua kegiatan dikendalikan oleh guru dan staf lembaga pendidikan (sekolah). Karakteristiknya: proses komunikasi selalu berlangsung di dalam kelas dengan metode ceramah, dijadwalkan oleh sekolah, dan siswa hanya menerima apa saja yang disampaikan oleh guru

  19. SILABUS LEMBAGA PENDIDIKAN Mengatur tempat, jadwal penyediaan sarana, dan mengatur guru-guru GURU Menentukan isi materi pokok, struktur dan metode dalam mengajar SISWA PENILAIAN

  20. b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (CBSA), suatu pola/ sistem pembelajaran yang menunjukkan dominasi siswa selama kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing dan pemimpin. Karakteristiknya: kegiatan pembelajaran beragam dengan menggunakan berbagai macam strategi/metode secara bergantian, sehingga siswa berpartisipasi aktif baik secara individu maupun kelompok.

  21. Perpus takaan Pusat Sum- ber Belajar Kores- pondensi Media Bimbingan Dlm Belajar Bahan bacaan Tutorial SISWA Administrasi pendidikan Saling meno- long antar siswa Penitia uji- an / tes Kontak sosial Penyuluhan Fasilitas ker- ja praktek Bimbingan Kejuruan

  22. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning approach – CTL) Proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu konteks lingkungan pribadi, sosial, dan budaya, (Johnsosn dalam Nurhadi, dkk., 2004)

  23. CTL menuntun siswa untuk: 1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections) 2. Mengerjakan pekerjaan/kegiatan yang berarti (doing significant work) 3. Mengatur cara belajar sendiri (self regulated learning) 4. Bekerja bersama (collaborating) 5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) 6. Memelihara pribadi siswa (nurturing the individual) 7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards) 8. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment)

  24. Prosedsur6 Konstruksi Pembelajaran Kontektual • - Siswa aktif selama proses pembelajaran • Siswa belajar dari temannya melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi • Pembelajaran berbasis masalah lingkungan • Perilaku baik tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran diri/keyakinan • Perilaku menyimpang dihindari karena sadar bahwa hal itu keliru dan merugikan • Hadiah atas perilaku berupa kepuasan diri

  25. - Ketrampilan berbahasa berkembang melalui komunikasi secara praktis • Ketrampilan fisik dan non fisik tumbuh dan berkembang atas dasar pemahaman • Pengetahuan berkembang secara kontinu yang dibangun melalui pemaknaan dan pemahaman atas dasar pengalaman • Siswa sadar akan tanggung-jawab dalam memonitor perkembangan belajarnya • Penghargaan terhadap pengalaman belajar lebih diutamakan • Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses dan hasil kerja • Pembelajaran berlangsung di berbagai tempat, kontek dan latar (setting)

  26. Komponen Permbelajaran Kontekstual: Konstruktivisme (Constructivism) sebagai filisofi: siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja, menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan di sekitarnya  Inkuiri (Inquiry) sebagai metode/ strategi: untuk mengarahkan siswa melaksanakan kegiatan dalam mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan  Bertanya (Questioning) sebagai ketrampilan belajar untuk menumbuh-kembangkan rasa keingintahuan siswa

  27. Masyarakat Belajar (Learning Community) sebagai kondisi belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk lebih meningkatkan prestasi/hasil  Pemodelan (Modeling) sebagai indikator ketercapaian kompetensi yang perlu ditunjukkan berupa hasil karya inovasi • Refleksi (Reflection) sebagai media untuk merasakan hasil belajar • Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assessment) sebagai instrumen untuk mengukur ketercapaian kompetensi dari berbagai sumber dan cara

  28. Pendekatan Tematik (Thematic Approach) Proses pembelajaran di mana materi yang akan dipelajari oleh siswa disajikan dalam bentuk topik-topik dan tema yang dianggap relevan.

  29. 1. Pendekatan pemebelajaran tematik untuk satu disiplin ilmu Penyajian materi-materi pokok suatu mata pelajaran untuk mencapai sejumlah kemampuan dasar selama satu semester atau satu tahun dalam bentuk tema. SILABUS Materi Pokok – Kemampuan Dasar SISWA PENILAIAN

  30. 2. Pendekatan pemebelajaran tematik untuk multi-disiplin ilmu Penyajian materi pembelajaran dalam suatu tema yang isinya mencakup materi pokok untuk mencapai kemampuan dasar dari berbagai mata pelajaran yang dianggap relevan dengan tema yang disajikan. Materi pokok dari setiap mata pelajaran menjadi suatu topik. SILABUS UTK BERBAGAI MAT PEL Materi Pokok – Kemampuan Dasar SISWA PENILAIAN

  31. Kriteria Pemilihan Topik: 1. Topik dirumuskan berdasarkan materi pokok dari setiap kemampuan dasar 2. Rumusan topik menggambarkan materi secara kontekstual 3. Topik dirumuskan dalam ungkapan atau kalimat yang menunjukkan satu pengertian atau gagasan secara utuh 4. Rumusan topik dalam bentuk ungkapan atau kalimat positif, misal untuk materi pokok masyarakat hukum datap dirumuskan topik: mentaati tata-tertib kelas

  32. Kriteria Perumuskan Tema: 1. Tema dirumuskan sebagai abstraksi dari topik-topik 2. Cakupan materinya lebih luas dari topik 3. Satu tema mewakili beberapa topik 4. Rumusan tema menggambarkan materi esensial dan kontekstual dari topik-topik 5.Tema dirumuskaan dalam suatu kalimat proposisi 6. Suatu tema hendaknya dapat memunculkan banyak masalah yang dapat menjadi bahan kajian dalam pembelajaran, (Pedoman Kegiatan Intra kurikuler dan dan Ekstra-kurikuler berdasarkan Kurikulum 2004 oleh Dirjen Dikdasmen, 2004: 15-16).

  33. STRATEGI PEMBELAJARAN SECARA UMUM PENDAHULUAN Informasi tentang: 1. Tujuan pembelajaran ( T ). 2. Relevansi materi yang akan dipelajari dengan kepemntingan peserta didik ( R ). 3. Garis besar isi materi yang akan dipelajari ( G ). KEGIATAN INTI 1. Presentasi materi secara rinci dengan menggunakan pendekatan, strategi, metode, sumber dan media pembelajaran yang telah ditetapkan ( P ). 2. Memberikan contoh-contoh yang relevan dengan materi yang dipelajari ( C ). 3. Latihan ( L ). PENUTUP 1. Mencari umpan balik ( U ). 2. Melakukan refeksi ( R ). 3. Membuat kesimpulan ( K ). 4. Tindak lanjut ( T ).

  34. PENCAPAIAN KONSEP (Concept Attainment - CA) Model pembelajaran untuk melatih siswa membangun sekaligus mengembangkan konsep sendiri dalam kerangka berpikirnya berdasarkan realita yang dialami dan/atau ciri-ciri suatu peristiwa/obyek Tujuan : * mengembangkan kemampuan berpikir induktif * mengembangkan dan menganalisis konsep * melakukan kategorisasi, sehingga meningkatkan kemampuan intelektual dalam mengolah informasi yang teredia (Brunner dalam Joyce end Weil)

  35. Prosedur Pencapaian Konsep Persiapan: • Menentukan kemampuan dasar dan memilih konsep yang relevan • Membuat gambar/media yang positif (ya) dan negatif (tidak) sesuai dengan konsep • Merumuskan atribut/ciri-ciri khusus dari konsep • Merumuskan pengertian/definisi konsep

  36. Pelaksanaan: 1. Secara klasikal, menjelaskan esensi kompetensi yang akan dicapai dan langkah-langkah kegiatan 2. Secara bergantian, mempresentasi-kan/menyajikan gambar yang positif dan negatif sehubungan dengan topik kajian 3. Secara klasikal, menugaskan siswa untuk mengamati gambar/media lain sekaligus mengidentifikasi ciri-ciri khusus dari gambar yang positif dan negatif Jawaban siswa ditulis di papan tulis pada kolom “ya” untuk gambar positif dan kolom “tidak” untuk gambar negatif

  37. 4. Secara klasikal, menugaskan siswa untuk mengamati ciri-ciri gambar yang ada di papan tulis sekaligus membandingkan antara keduanya 5. Secara klasikal, menugaskan siswa untuk merumuskan definisi atau pengertian suatu konsep berdasarkan ciri-ciri yang esensial 6. Melakukan penilaian proses dan hasil pencapaian konsep (Global Dialogue Institute)

  38. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based instruction - PBI), pemecahan -- masalah (problem solving), pembelajaran berbasis proyek (project-based teaching), pembelajaran berbasis pengalaman (experienced-based education), pembelajaran autentik (authentic learning), atau pembelajaran berakar pada kehidupan nyata (anchored instruction) Suatu pola penyajian bahan ajar dalam bentuk permasalahan nyata/ autentik dan bermakna agar memudahkan peserta didik dalam melakukan penyelidikan atau inkuiri,(H. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, 2000).

  39. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah: a. Pengajuan pertanyaan, masalah Pembelajaran diorganisasikan dengan pertanyaan/masalah kehidupan nyata untuk mengundang berbagai solusi. b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Untuk menjamin keautentikan masalah perlu ditinjau dari berbagai bidang studi, antar disiplin. c. Penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang nyata pula. Perumusan masalah – hipotesis, ramalan (prediction) - pengumpulan dan analisis informasi/data - eksperimen (jika diperlukan) – perumusan kesimpulan. d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya (display) Produk, karya nyata atau artefak, seperti: transkrip debat, laporan, model fisik, video, program computer, dan peragaan yang menjelaskan bentuk penyelesaian masalah.

  40. Tujuan pembelajaran berbasis masalah: a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan berpikir melalui pemecahan masalah dalam kehidupan nyata dengan bekerjasama, baik dalam pasang-pasangan maupun kelompok. b. Pemodelan peranan orang dewasa, peserta didik dibantu untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar pentingnya mengalami peran orang dewasa. c. Menjadikan peserta didik seseorang yang otonom dan mandiri melalui bimbingan, arahan, dorongan untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata, belajar menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri untuk kehidupannya kelak.

  41. Pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan dengan langkah-langkah, sebagai berikut: a. Mengorientasikan peserta didik pada masalah: 1) Menginformasikan tujuan pembelajaran 2) Menjelaskan logistik yang diperlukan 3) Memotivasi peserta didik agar terlibat pada kegiatan pemecahan masalah yang dipilih b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dengan jalan: 1) Membantu peserta didik dalam mendefinisikan/merumuskan masalah 2) Membantu peserta didik dalam mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

  42. c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok dengan cara: 1) Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah 2) Mendorong peserta didik untuk melaksanakan eksperimen dalam rangka mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan jalan: 1) Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai dengan masalah 2) Mendorong peserta didik untuk berbagi tugas dengan temannya dalam rangka penyiapan karya e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan cara membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan yang telah dilakukan berikut prosesnya.

  43. Belajar Bekerjarasam (cooperative Learning - CL) Model pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil di mana siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai kemampuan seoptimal mungkin Esensi CL terletak pada tanggung-jawab individu sekaligus kelompok, sehingga dalam diri siswa tumbuh & berkembang sikap-laku saling ketergantungan secara positip Kondisi ini mendorong siswa untuk belajar, bekerja & bertanggung-jawab secara sungguh-sungguh sampai kemampuan dapat diwujudkan (Slavin dalam Jacobs, George M., et. All., 1996)

  44. Prosedur Pembelajaran CL dengan Teknik Jigsaw : Persiapan: Buat beberapa wacana berisi pesan sesuai topik bahasan secara berlainan sebanyak anggota dalam setiap kelompok. Untuk memudahkan, setiap indikator dibuatkan satu wacana atau lebih berikut tugasnya.

  45. Pelaksasnaan: Tahap Kooperatif • 1. Siswa dikelompokan dengan anggota 3 - 5 orang • Setiap kelompok diberikan sejumlah wacana yang telah disiapkan • Tugaskan setiap kelompok berbagi tanggung-jawab untuk memahami informasi/pesan dalam wacana

  46. Tahap Ahli 1. Tugaskan siswa dalam setiap kelompok yang mendapat tugas memahami wacana tentang informasi yang sama untuk membuat kelompok baru (kelompok ahli) 2. Tugaskan agar siswa belajar bersama untnk menjadi ahli di bidang informasi dalam suatu wacana yang menjadi tugasnya • Tugaskan setiap kelomp untuk merencanakan bagaimana caranya mengajarkan/ menginformasikan isi pesan dalam wacana yang telah dipahami kepada anggota kelompok kooperatifnya • Tugaskan agar masing-masing kembali ke kelompoknya semula/kelompok kooperatif

  47. Tahap Tiga atau Lima Serangkai 1. Secara bergiliran, tugaskan agar setiap siswa dalam kelompoknya masing-masing untuk menginformasikan isi pesan yang telah dipahami dari suatu wacana kepada anggota kelompoknya yang lain 2. Setelah selesai, perintahkan kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan tugas yang sudah disiapkan, sekaligus untuk melaporkan hasilnya

More Related