220 likes | 448 Vues
METODE PEMBELAJARAN MANAJEMEN NON-TRADISIONAL. T. Hani Handoko, Ph.D Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Yogyakarta, 25 Januari 2008. The mediocre teacher tells The good teacher explains The superior teacher demonstrates The great teacher inspires William A. Ward.
E N D
METODE PEMBELAJARAN MANAJEMEN NON-TRADISIONAL T. Hani Handoko, Ph.D Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Yogyakarta, 25 Januari 2008
The mediocre teacher tellsThe good teacher explainsThe superior teacher demonstratesThe great teacher inspiresWilliam A. Ward
Dengan hanya menekankan penerapan scientific model, pendidikan manajemen konvensional mengabaikan pentingnya untuk mengkombinasikan dan menyeimbangkan art, craft, dan science (Mintzberg, 2004), serta soul. Minztberg (2004) dan Bennis dan O’Toole (2005) menekankan adanya kebutuhan untuk mengkombinasikan science, art dan craft dalam pendidikan manajemen (model “profesional”). Di Indonesia, komponen soul merupakan keharusan. Pencarian Model Pendidikan Manajemen Art mendorong kreativitas, yang menghasilkan “insights” dan “vision.” Art (Visi) Harvard Model Scientific Model Soul (Jiwa) Science mengembangkan cara pandang dan cara pikir yang teratur, analitis, dan sistematik. Craft merefleksikan “pertemuan” antara konsep dan pengalaman. Sains (Analisis) Craft (Pengalaman) • Soul mendorong kompetensi pengelolaan dengan hati.
Perbaikan Proses Pembelajaran Manajemen Perbaikan Kualitas Proses Pembelajaran Beyond Clasrooms Beyond Students Beyond Teaching • Melibatkan manajer praktisi yang berpengalaman; • Meningkatkan kualitas interaksi antara praktisi, mahasiswa dan dosen. • Proses pendidikan manajemen dengan para mahasiswa dan berbagai pihak yang lebih berpengalaman membantu proses transfer pembelajaran antara kelas dan tempat kerja, meningkatkan kesiapan untuk belajar, dan membahas berbagai masalah yang lebih relevan (Pfeffer & Fong, 2002). • Menggunakan perusahaan sebagai tempat pembelajaran (“teaching” companies) (Harrigan, 1990); • Menggunakan fasilitas pembelajaran yang lebih variatif. • Menggunakan berbagai metode pembelajaran non-tradisional • Meneraokan metode pembelajaran eksperiential yang lebih reflektif,seperti reflection papers, managerial exchanges, dan tutoring, mentoring dan monitoring (Minztberg & Gosling 2002); • Memasukkan komponen klinis dan aksi.
Kebutuhan Pengembangan Metoda Pembelajaran Manajemen Non-Tradisional • Knowing-doing gap. Pendidikan manajemen mensyaratkan “knowledge-in-action,” yang tidak dapat dipelajarai hanya dengan kuliah dan membaca, tetapi memerlukan penerapan learning-by-doing. Pendidikan manajemen tidak hanya mengajarkan capacity to know, tetapi juga mengembangkan capacity to act. • Pengembangan judgments. Pendidikan manajemen tidak hanya mentransfer pengetahuan, melatih kemampuan dan ketrampilan, tetapi lebih penting mengembangkan judgments dalam menghadapi berbagai situasi manajerial. • Kemampuan sintesis. Pendidikan manajemen tidak hanya mengajarkan analisis fungsional, sektoral, industrial dan sebagainya, tetapi juga sintesis – mengintegrasikan berbagai hasil analisis. • Pembelajaran mandiri. Pendidikan manajemen harus suportif terhadap pengembangan daya kreatif, inovatif dan sikap pembelajaran mandiri (self-learning), terutama untuk menghadapi lingkungan bisnis yang terus berubah (dinamik). • Interdisipliner. Pendidikan manajemen adalah multidisipliner, menggunakan beragam perspektif, berbasis isu, dan mengintegrasikan konsep dan praktik (pengalaman) (refelection-in-action).
Metode Pembelajaran Manajemen Non Tradisional • Metoda kasus • Experiential learning • (experimental exercises, kegiatan kelompok di luar kelas, dan role playing) • Cost-benefit exercises • Incident cases • Pengajaran diskusi (discussion teaching) • Skill Videos • Pengajaran dengan buku bestseller • Penggunaan teknologi informasi (proyek) • Evaluasi dan kritik jurnal • Simulasi riset • Kunjungan perusahaan • Internship (learning companies) Penguasaan konsep dan teknik Kapasitas untuk bertindak dan “judgements” Managerial competencies Sikap dan dimensi keperilakukan
Mengapa Metode Pembelajaran Alternatif?:Beyond Teaching Learning occurs where concepts meet experiences through reflection (Mintzberg & Gosling, 2002). Reflecting does not mean musing; it means wondering, probing, analyzing, synthesizing – and struggling. Konsep Refleksi Dampak Pengalaman
Metoda Kasus Instead of textbooks, the case method uses descriptions of specific business situations. Instead of giving lectures, the teacher under the case method leads a discussion of these business situations. A method of instruction in which students and instructors participate in direct discussion of business cases or problems. These cases, usually prepared in written form and derived from actual experience of business executive, are read, studied, and discussed by students among themselves, and they constitute the basis for class discussion under the direction of the instructor. The case method, therefore, includes both a special type of instructional material and the special techniques of using that material in the instructional process (Leenders & Erskine, 1978).
Karakteristik Pengajaran Metoda Kasus dalam Pendidikan Manajemen Management education is like legal training, medical training or any field of professional education based on situational diagnosis and prescription. The reasoning is inductive; it proceeds from the particular to the general. The product of such training are analytical skills and conceptual understanding in the fields of study. By comparison, deductive learning proceeds from the teaching of a body of principles which may then applied to the relevant classes of problems. Students first learn principles, and then seek to apply them to the specific situations. In management, though, problems do not yield to sets of law, theorems or principles unless perhaps the problems are reduced to artificially simple terms (Corey, 1980). Mahasiswa belajar secara induktif dengan metoda kasus dalam empat cara: • Learning by discovery • Learning by probing • Learning through practice • Learning by contrast and comparison
Metoda Kasus • Kasus memberikan kesempatan kepada mahasiswa pengalaman firsthand dalam menghadapi berbagai masalah manajerial yang kompleks dan realistik di organisasi. • Kasus menyajikan ilustrasi teori dan materi kuliah manajemen, serta mengkaitkan teori dan praktik. • Kasus mengembangkan daya analisis dan sintesis. • Kasus mengembangkan self-analysis, sikap, kepercayaan diri, dan tanggungjawab. • Metode kasus memberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas dan mendapatkan pengalaman dalam mempresentasikan gagasan kepada orang lain – Pengembangan ketrampilan interpersonal dan komunikasi. • Kasus memfasilitasi pengembangan sense of managerial judgment and wisdom, bukan hanya menerima secara tidak kritis apa saja yang diajarkan dosen atau kunci jawaban yang tersedia di halaman belakang buku teks.
Metode Pembelajaran EksperientialI hear and I forgetI see and I rememberI do and I understandConfucius • Kegiatan pembelajaran eksperiential memberikan mahasiswa kesempatan untuk mengalami situasi manajerial secara langsung (“hands-on”) dan personal. • Pengalaman personal memfasilitasi peningkatan komponen penting pembalajaran – self efficacy. • Dua tipe pembelajaran eksperiential: pembelajaran diri-sendiri dan pendidikan eksperiential. • Empat elemen model pembelajaran eksperiential: pengalaman nyata, observasi dan refleksi, formasi sikap, pengetahuan (cara pikir atau teori) dan ketrampilan, dan pengujian dalam situasi baru.
Metode Pendidikan Eksperiential • Karakteristik penting pendidikan eksperiential: Keterlibatan aktif mahasiswa, pengalaman mahasiswa mempunyai nilai penting dalam proses pendidikan, dan keragaman bentuk dan pendekatan. • Pendidikan eksperiential dapat dilakukan baik di dalam kelas (laboratorium manajemen) maupun di luar kelas (misal, internships, job shadowing, outdoor education, group-based learning projects, dan cooperative education placements)
Pengajaran dengan Diskusi:Premis dan Praktik • Penciptaan partnership antara dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran • Pembentukan suatu learning community yang mempunyai tujuan dan berbagi nilai yang sama • Penekanan pada partisipasi, dialog, dan komunikasi dua arah • Pengembangan pemikiran reflektif dan pemecahan masalah kreatif • Pertukaran ide, pendapat, pengalaman, reaksi, informasi, dan konklusi • Persyaratan dual competency: kemampuan untuk mengelola content dan process • Pemahaman materi pembelajaran yang lebih baik dan lebih lama
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:Pengajaran dengan Buku Bestseller • Pengembangan pemikiran kritis dalam penerapan standar riset akademik pada simplifikasi masalah dalam buku-buku bestseller • Pembelajaran “rahasia” keberhasilan eksekutif dan manajemen, berbagai atribut sukses, dan ketrampilan manajerial praktis • Pengajaran aplikasi dan keterbatasan berbagai konsep dan teknik manajemen • Buku-buku bestseller dapat menjadi bahan perdebatan Contoh penerapan buku Competitive Advantage Through People: Unleashing the Power of the Workforce (Pfeffer, 1994): Sejumlah menu penugasan kelas – Kritik metodologi dan desain studi, analisis berbagai best practices dalam Manajemen, penerapan praktik Manajemen terbaik pada perusahaan di Indonesia, dan sebagainya.
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:Pengajaran dengan Videotapes Penggunaan teknologi videotape sebagai suatu pendekatan untuk melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran merupakan teknik efektif pengajaran melalui permodelan (modelling). Basis penggunaannya adalah teori permodelan dan vicarious learning Pendekatan yang dapat diterapkan adalah penggunaan tapes dalam segmen-segmen pendek untuk mengilustrasikan pola perilaku atau proses manajerial tertentu Produksi tapes: Penggunaan tapes tersedia secara komersial, role-playing oleh mahasiswa di luar kelas dan direkam, dan pembuatan dengan aktor profesional
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:Evaluasi dan Kritik Artikel • Mahasiswa diminta untuk memilih artikel dan jurnal yang berorientasi praktik dan/atau akademik. Mereka ditugaskan tidak hanya untuk meringkas artikel, tetapi membahas pembelajaran (lessons) yang diperoleh dan mereview secara kritis konsep dan/atau metoda penelitian yang digunakan. • Mehasiswa dikembangkan sebagai pembelajar mandiri, dengan kemampuan untuk mengumpulkan informasi secara selektif, mengevaluasi secara kritis, dan menilai validitas dan kegunaan suatu teori atau konsep, atau menciptakan dan mengembangkan pengetahuan berdasar penelitian.
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:Proyek Riset Unobtrusive • Mahasiwa ditugaskan untuk memilih lokasi di kampus, mall, perusahaan atau di tempat umum lain. Mereka diminta untuk melakukan studi unobtrusive pada lokasi tersebut dengan mengobservasi fenomena dan perilaku tertentu pada periode waktu tertentu. • Mahasiswa belajar berbagi perilaku secara langsung, membuat laporan, dan kemudian membahasnya di kelas. Mahasiswa akan heran begitu banyak perilaku yang “menarik” dan penting, serta implikasinya, yang dapat dipelajari. Proyek riset ini sering diterapkan untuk mendapatkan pengalaman dalam penerapan “management by walking around”
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:Penggunaan Mikrokomputer Mikrokomputer dapat digunakan secara efektif untuk mencapai berbagai sasaran kognitif pendidikan, seperti diagnosis, pengambilan keputusan, asimilasi, dan aplikasi konsep Pengetahuan yang menjadi dasar sistem pembelajaran komputer harus divalidasi Mikrokomputer adalah learning tools, bukan learning replacements
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:Penggunaan Masalah Manajerial dalam Kelas Secara regular, dosen dapat menugaskan mahasiwa untuk mengumpulkan berbagai masalah dan concerns manajerial dari para manajer (wilayah) lokal (managerial problem survey). Hasil survei kemudian digunakan sebagi bahan diskusi. Metoda ini tidak hanya memberikan konsep dan aplikasi, tetapi juga pengembangan proses discovery, inquiry, dan eksperimentasi. Variasi penggunaannya dapat sebagai: • Pendekatan untuk mentransfer konsep, dengan fokus pembahasan pada relevansinya untuk memecahkan masalah manajerial • Penugasan kelompok untuk menganalisis dan menyajikan rekomendasi terhadap masalah manajerial nyata • Kegiatan ice-breaking • Exercise pengambilan keputusan kelompok • Materi pembelajaran langsung dari para manajer (yang diwawancara) • Bahan ujian
Referensi Bain, G., McArthur, J., Spence, M., & Mintzberg, H. 1994. The greening of business schools. Dalam H. Thomas, D. O’Neal, R. White, & D. Hurst (Eds.), Building Strategically Responsive Organization, New York: John Wiley & Sons. Bennis, W. G., & O’Toole, J.. 2005. How business schools lost their way. Harvard Business Review, May: 96-104 Cheit, E. F. 1985. Business schools and their critics. California Management Review, 27 (3): 43-62. Corey, E. R. 1976. The use of cases in management education. Harvard Business Review Case #9-376-240. Boston, MA: Harvard Business School Press. Cummings, L. L. 1990. Management education drifts into the 21st century. Academy of Management Executive, 4 (3): 66-67. Harrigan, K. R. 1990. Professionalism in management education: Is the emperor naked in the 1990s. Academy of Management Review, 15 (4): 696-698. La Force, J. C., & Novelli, R. J. 1985. Reconciling management research and practice. California Management Review, 27 (3): 64-81. Leenders, M. R., & Erskine, J. A. 1978. Case Research: The Case Writing Progress, 2nd edition. London, Canada: School of Business Administration, The University of Western Ontario. Macfarlane, B., & Lomas, L. Competence-based management education and the needs of the learning organization. Education + Training, 36 (1): 29-32.
Referensi (Lanjutan) Miles, R. E. 1985. The future of business education. California Management Review, 27 (3): 63-73. Mintzberg, H. 2004. Managers, Not MBAs. San Francisco, CA: Berrett-Koehler Publishers, Inc. Mintzberg, H., & Gosling, J. 2002. Educating managers beyond borders. Academy of Management Learning and Education, 1 (1): 64-76. Pfeffer, J., & Fong, C. T. 2002. The end of business schools? Less success than meets the eye. Academy of Management Learning and Education, 1 (1):78-95. Porter, L. W. 1997. A decade of change in the business school: From complacency to tomorrow. Selection, The Magazine of the Graduate Management Admission Council, Winter: 1-8. Smith, P. 2000. Introducing competence-based management development: A case study of a university-hospital partnership. Journal of Workplace Learning, 12 (6): 245-251. Vinten, G. 2000. The business school in the new millennium. The International Journal of Educational Management, 14 (4): 180-191. HH/ugm