1 / 28

GENERASI BERENCANA: MENUJU KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA (Perspektif Islam)

GENERASI BERENCANA: MENUJU KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA (Perspektif Islam). Oleh : Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag Rektor IAIN Raden Intan Lampung Disampaikan dalam Rapat Kerja Daerah (Rakedda) Program Kependudukan dan KB Nasional Bandar Lampung, 13 Maret 2014. MUKADDIMAH.

lamar
Télécharger la présentation

GENERASI BERENCANA: MENUJU KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA (Perspektif Islam)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. GENERASI BERENCANA: MENUJU KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA(Perspektif Islam) Oleh : Prof. Dr.H. Moh. Mukri, M.Ag Rektor IAIN Raden Intan Lampung Disampaikan dalam Rapat Kerja Daerah (Rakedda) Program Kependudukan dan KB Nasional Bandar Lampung, 13 Maret 2014

  2. MUKADDIMAH • Sensus Penduduk Tahun 2010: Jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,49% per tahun. Jika LDP ini tetap bertahan hingga 2045 mendatang, maka jumlah penduduk akan meledak menjadi sekitar 450 juta jiwa. Hal ini berarti, selain negara kita akan melampaui jumlah penduduk Amerika, pada saat yang sama, satu dari 20 penduduk dunia adalah orang Indonesia.

  3. Jumlah penduduk remaja usia 10-24 tahun 2010 mencapai 64 juta jiwa atau sekitar 27,6 % dari total penduduk. Para remaja ini mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialaminya. Masalah yang menonjol di kalangan remaja diantaranya adalah masalah seksualitas (kehamilan tak diinginkan dan aborsi), terinfeksi Penyakit Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS, penyalahgunaan NAPZA dan sebagainya.

  4. Pemerintah melalui BKKBN telah melaksanakan dan mengembangkan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) yang diarahkan untuk mencapai Tegar Remaja dalam rangka mewujudkan Kelurga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Ciri-ciri Tegar Remaja adalah remaja yang menunda usia pernikahan, remaja yang berprilaku sehat, terhindar dari resiko Triad KRR (Seksualitas, NAPZA, dan HIV/AIDS), bercita-cita mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, serta menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya.

  5. Generasi Berencana (Genre) melalui program PKBR akan dapat mencegah ledakan penduduk Indonesia dimasa datang bilamana program PKBR terus mendapat dukungan dan dilaksanakan oleh dan untuk remaja itu sendiri. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa untuk menurunkan Total Fertility Rate (TFR) ada dua faktor kunci yang sangat mempengaruhinya dan perlu terus ditingkatkan, yaitu pertama; usia kawin yang dilakukan oleh remaja melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), dan kedua; kesertaan ber KB dengan menggunakan alat kontrasepsi modern.

  6. PRINSIP UMUM(Kependudukan, Sumber Daya, dan Pembangunan) dalam Islam • Dalam akidah Islam, Allah telah menjamin sumber kehidupan (rezeki) bagi manusia dan seluruh makhluk hidup dengan pola tertentu. • وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ “Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (QS. Al-Hijr/15: 21). Lihat juga Hud/11: 6, al-Ankabut/29: 60). • Sumber daya alam ini telah didesain sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, daripada-Nya” (QS. Al-Jatsiyah/45: 13).

  7. Allah menciptakan manusia dan kelangsungan keturunannya melalui proses perkawinan/keluarga. وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik” (QS. An-Nahl/16: 72). • Allah memerintahkan manusia untuk memakmurkan bumi (membangun) dan bekerja keras meraih rezeki. هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya” (QS. Al-Mulk/67: 15). • Kemakmuran pembangunan terealisir jika terbangun sinergi apik antara SDM dan SDA. • Allah menetapkan cinta pada anak dan kekayaan sebagai nilai fitriah yang mendorong manusia untuk meraihnya.

  8. PRINSIP HUKUM ISLAM • Islam adalah agama rahmah yang sesuai dengan fitrah manusia (QS. Al-Anbiya’/21:107); ‘mudah, memberi kemudahan, dan tidak membebani (QS. Al-Baqarah/2: 185, Al-Mu’minun/23:78, An-Nisa’/4:28). • Hukum/syariat Islam menjunjung tinggi ‘maslahat’ dengan lima prinsip vital yang harus dipelihara (adh-dharurat al-khams) atau maqashid asy-syariah: Agama (ad-din), jiwa (an-nafs), akal (al-’aql), keturunan (an-nasl), dan harta (al-mal). • Syariat Islam menafikan segala bentuk ‘dharar dan dhirar (bahaya/membahayakan) dalam praktik kehidupan.

  9. Konsep Keluarga Sejahtera 1. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. 2. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

  10. 3. Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui (a) pendewasaan usia perkawinan, (b) pengaturan kelahiran, (c) pembinaan ketahanan keluarga, dan(d) peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. (PP 21/1994 tentang Penyelenggaraan Keluarga Sejahter)

  11. Paradigma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dalam Islam • وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka.” (QS. An-Nisa’ (4): 9). • كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah” (QS. Al-Baqarah (2): 249). قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ • “Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu’.” (QS. Al-Ma’idah (5): 100.

  12. “Hampir datang suatu masa di mana umat-umat mengepung kalian (untuk menghabisi kalian) seperti orang-orang yang kelaparan mengerubuti nampan penuh berisi makanan”. Para shahabat bertanya, “Apakah kala itu jumlah kami minoritas, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak. Kala itu kalian banyak, namun seperti buih di lautan. Allah mencabut rasa takut di hati musuh-musuh terhadap kalian, dan menimpakan wahn di dalam hati kalian.” Para shahabat bertanya, “Apa itu wahn?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud). الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ • “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah” (HR. Muslim).

  13. KB dalam Perspektif Islam • KB dalam bahasa Arab diistilahkan dengan “tanzhim an-nasl” atau “tanzhim al-usrah” (family planning). • Majma’ al-Fiqh al-Islami (Lembaga Fikih Islam Dunia) mendefinisikan KB: Kesepakatan pasangan suami-isteri untuk menggunakan sarana dan mekanisme pengatur kelahiran yang legal dan aman karena pertimbangan kesehatan, sosial, atau ekonomi dalam kerangka tanggung jawab terhadap kualitas anak dan pribadi mereka. (Majalah Majma’ al-Fiqh al-Islami, Vol. 5/1988, h. 616. Lihat juga Masyfuk Zuhdi, 1997: 54).

  14. Tidak ada teks al-Quran maupun hadis yang secara eksplisit yang melarang atau memerintahkan KB. Jadi, hukumnya dikembalikan pada prinsip dasar bahwa sesuatu diperbolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya. الا صل فى الأشياء الاباحة حتى يدل على الدليل على تحريمها

  15. Ada sejumlah ayat dan hadis yang secara implisit membolehkan ber-KB dengan alasan justifikatif: 1) Menghawatirkan keselamatan jiwa ibu dan anak. ولا تلقوا بأيديكم إلى التهلكة (البقرة : 195)       “Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”. 2) Menghawatirkan keselamatan agama (murtad dan tindak kriminalitas), akibat kesulitan ekonomi, merujuk hadis Nabi: كادا الفقر أن يكون كفرا “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”. 3) Menghawatirkan kesehatan ibu/anak atau perawatan anak-anak bila jarak kelahiran anak terlalu dekat. لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ [البقرة:233] “Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya” lكَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًاً أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَعُوْل “Cukuplah seseorang berdosa jika ia menelantarkan orang yang ditanggungnya (anak/isterinya).”

  16. Pada konteks ini, ber-KB berarti kesepakatan pasangan untuk menggunakan sarana yang bisa menjamin jarak aman kehamilan (Optimum Birth Spacing Interval) atau mencegah kehamilan dalam rentang waktu tertentu, dengan visi kualitatif, sehingga mereka mampu merawat dan mendidik anak-anak mereka mjd generasi berkualitas, tanpa kesulitan, kepayahan, dan risiko.

  17. Sebagai program pemerintah, KB berarti perencanaan yang sahih dan syar’i agar pasangan memiliki jumlah anak tertentu yang menyesuaikan kemampuan mereka dalam mendidik anak di satu sisi, dan potensi ketersediaan sarana hidup yang layak di tengah lingkungan masyarakat di sisi lain. • Syar’i berarti tidak menggunakan mekanisme yang terbukti atau terindikasi kuat haram dengan cara merubah/merusak organ tubuh, seperti aborsi, vasektomi, dan tubektomi, karena bertentangan dengan tujuan perkawinan (menghasilkan keturunan).

  18. ISLAM & ISU KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA • Sehat menurut WHO: Suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial. Artinya, sehat tidak hanya suatu keadaan terbebas dari penyakit atau kecacatan. Artinya seseorang yang sehat tidak menglami keluhan fisik, tapi juga merasa terbebas dari tekanan psikologis dan bisa berinteraksi dan berperan secara sosial dengan lingkungannya. • Kespro dalah keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.

  19. ISLAM BICARA TENTANG KESPRO oleh • Menstruasi (Qs. Al Baqarah [2]: 222) • Proses kejadian manusia (Qs. [32]: 8-9) • Fase hamil & menyusui (Qs. Luqman [31]: 14) • Laranganberhubunganseksdiluarnikah (Qs. An Nur [24]: 33) Hadisnabi pun banyakbicaramengenai: Persetubuhan, Onani, Sodomi, dan Penjarakankehamilan Konkretisasidarimisikemaslahatan yang diemban Islam; hifdz an-nafsdanhifdz an-nasl

  20. Prinsip2 Kespro dalam Islam • Al-Quran menetapkansalahsatutolokukurkesalehanadalahmenjagakehormatan (menjagaalat-alatreproduksi). Hal inisama-samaditekankankepadalelakimaupunperempuan. إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا “Sesungguhnyalaki-lakidanperempuan yang muslim, laki-lakidanperempuan yang mukmin, laki-lakidanperempuan yang tetapdalamketaatannya, laki-lakidanperempuan yang benar, laki-lakidanperempuan yang sabar, laki-lakidanperempuan yang khusyuk, laki-lakidanperempuan yang bersedekah, laki-lakidanperempuan yang berpuasa, laki-lakidanperempuan yang memeliharakehormatannya, laki-lakidanperempuan yang banyakmenyebut (nama) Allah, Allah telahmenyediakanuntukmerekaampunandanpahala yang besar“. (QS.Al-Ahzab/33:35)

  21. 2) Islam telahmenetapkanstandarpemeliharaankesehatanreproduksiremaja, melaluiprosedur: Pertama, menjagakebersihansebagaifitrahdan barometer keimanan (termasukalatreproduksi). Kedua, menghindariberkhalwat. “Janganlahsekali-kali seoranglelakiberdua-duaandenganseorangperempuanditempat yang sepikecualiadamahrambaginya”. (HR. Bukhari). Larangantersebutadalahtindakanpreventif (pencegahan) agar terhindardariperzinahanataukerentananatastindakankekerasanseksuallainnya; misalnyapelecehanseksualataukekerasandalammasapacaran (dating rape).

  22. Ketiga, menikahjikasudahsiapdanmampusecarafisikdan mental. Allah berfirman: وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesuciannya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An-Nur/24: 33). Rasulullah saw. bersabda: يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ “Wahai para pemuda! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.“ (HR. Bukharidan Muslim).

  23. Keempat, melakukan hubungan seksual dengan persetujuan pasangan (suami atau isteri). Perlu disadari, hubungan seksual dalam pernikahan harus menjadi kerelaan suami dan isteri. Jangan sampai ada pihak yang merasa dipaksa melakukannya, sehingga terjadi ‘perkosaan’ dalam hubungan perkawinan (marital rape)  dengan alasan apapun. Sebab Islam telah mengajarkan berlaku santun kepada pasangan (mu’asyarah bil ma’ruf). يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata . Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS. An-Nisa’/4: 19).

  24. Kelima, menjauhi perilaku berganti-ganti pasangan. Berganti-ganti pasangan, adalah satu perilaku yang sangat rentan menularkan Penyakit Menular Seksual (PMS). Larangan ini disebutkan dalam firman Allah, “Dan janganlah kamu mendekati zina karena ia adalah perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya jalan”. (QS. Al-Isra’/17: 32). Sering gonta-ganti pasangan baik dengan cara ‘jajan, perselingkuhan, kawin-cerai, maupun poligami, dapat berdampak pada terjadinya penyakit menular seksual baik kepada laki-laki maupun perempuan. Sementara perempuan sendiri lebih berisiko tertular karena bentuk alat reproduksinya bersifat lebih terbuka sehingga rentan tertular PMS, termasuk oleh suaminya sendiri.

  25. Ketujuh, menggunakan alat kontrasepsi (KB). Dengan menggunakan alat kontrasepsi ini perempuan bisa mengatur kehamilannya. Sebab jarak kehamilan yang terlalu dekat akan berdampak negatif terhadap kesehatan alat reproduksinya. Dalam hal ini perlu diingat, tidak semua alat kontrasepsi cocok bagi tubuh akseptor. Sebab itu, akseptor, terutama perempuan berhak mendapat informasi yang benar terhadap layanan KB ini.

  26. SUMBER PUSTAKA • BKKBN, Pembangunan Keluarga Sejahtera di Indonesia:   Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1992 dan GBHN1993,  Jakarta: BKKBN, 1994. • Saad Gamal ar-Ris, “an-Nasl Hifzhuhu, wa Tanzhimuhu: Dirasah Fiqhiyyah Muqaranah”, Tesis, Jurusan Fiqh Muqarin Univ. al-Azhar, 1433/2012. • Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1997. • Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta: Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, dll 2005.

  27. TERIMA KASIH Wallahu a’lam! Semoga bermanfaat!

More Related