1 / 18

Struktur dan kaidah pantun

Struktur dan kaidah pantun

Télécharger la présentation

Struktur dan kaidah pantun

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. CerdasBerbahasa Indonesia Kelas XI / semester I (ganjil) Bab 3 Memahami pantun

  2. KELOMPOK 1 ANGGOTA KELOMPOK : DWI FEBBY MUTIARA E. ANGGOTA DEVY SAFIRA ANGGOTA FADLI MAULANA RASYAD ANGGOTA FAIRUZ RAFIF MUFID ANGGOTA MAHA BERLINA PUTRI MODERATOR MILLENNIA CHANTIKA DWITA ANGGOTA

  3. Pak Kasim mengambil batu Melempar pohon memakan nasi Kami dari kelompok satu Izinkan untuk presentasi Bak siamang seperti simpai Berlari mengejar tulang ikan Biar nanti kita pandai Maka mari perhatikan

  4. A. STRUKTUR DAN KAIDAH PANTUN Pantun adalah puisi lama yang dibentuk oleh bait-bait dan setiap bait terdiri atas beberapa baris yang terikat oleh aturan-aturan baku. • STRUKTUR PANTUN DANKAIDAH PANTUN1. Terdiri atas 4 baris. 2. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata. 3. Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya disebut isi pantun. 4. Pantun mementingkan rima/bunyi akhir dengan pola a-b-a-b. Bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga, sedangkan baris kedua sama dengan garis keempat.

  5. B. MEMBANDINGKAN TEKS PANTUN I. Keragaman Jenis Pantun Pantun juga memiliki beberapa variasi bentuk. Bentuk-bentuk pantun lainnya adalah sebagai berikut : a. Pantun Berkait (Pantun berantai / Seloka) Pantun berkait adalah pantun yang terdiri atas beberapa bait dan bait satu dengan bait yang lainnya sambung menyambung. Baris kedua dan keempat dari bait pertama dipakai kembali pada baris pertama dan ketiga pada bait kedua. Demikian pula hubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat dan seterusnya.

  6. Contoh 1: Contoh 2: Jalan jalan ke cianjur Di cianjur ketemu mumu Kalau boleh aku jujur Aku masih sayang pada mu Di cianjur ketemu mumu Setiba ketemu mumu sudah tak kukuh Aku masih sayang pada mu Tapi mengapa kamu selingkuh Setiba ketemu mumu sudah tak kukuh Aku pergi jalan jalan kemaluku Tapi mengapa kamu selingkuh Dengan teman baik ku  Serang garuda di pohon beringin Buah kemuning di dalam puan Sepucuk surat dilayangkan angin Putih kuning sambutlah Tuan Buah kemuning di dalam puan Dibawa dari Indragiri Putih kuning sambutlah Tuan Sambutlah dengan si tangan kiri Dibawa dari Indragiri Kabu-kabu dalam perahu Sambutlah dengan si tangan kiri Seorang mahkluk janganlah tahu

  7. b. Talibun Talibun adalah pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun terdiri atas enam baris, tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikutnya merupakan isi. Contoh 1 : Contoh 2: Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak pun beli Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari Induk semang cari dahulu Kepada istri cinta utamaMerasa jenuh berlalu gampangKerja lembur berhari - hariTiada hari tanpa meranaAdinda jauh selalu terbayangJika tidur termimpi - mimpi

  8. c. Pantun Kilat Pantun kilat atau karmina adalah pantun yang terdiri atas dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua isinya. Contoh : Gendang gendut, tali kecapi Kenyang perut, senanglah hati Pinggan tak retak, nasi tak ingin Tuan tak hendak, kami tak ingin Candi Mendut rusak jalannya. Orang gendut banyak makannya. Dahulu sedan sekarang mercy. Dahulu teman sekarang istri.

  9. 2. Perbandingan Pantun dengan Jenis Puisi Lainnya Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama. Selain pantun, ada juga jenis puisi lama lainnya, yakni syair dan gurindam. a. Syair Contoh1 : Diriku lemah anggotaku layu Rasakan cinta bertalu-talu Kalau begini datangnya selalu Tentulah kakanda berpulang dahulu Kakanda rindu di kalbu Mohon adik jangan lupakan daku Apapun yang adik mau Tentulah kanda memenuhi selalu

  10. Kedua puisi di atas disebut syair. Syair memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan pantun, yakni sama-sama terikat oleh ketentuan baku, baik itu dalam jumlah larik, suku kata, maupun bunyi akhirnya. Bedanya, syair tidak memiliki sampiran. Perbedaan lainnya adalah bunyi akhir syair berpola a-a-a-a. Untuk hari esok yang penuh haruTak kan ada putus asa dibenakmuRaih semua cita lupakan masa laluItulah niat dihati terpatri selalu Siap berbagi hati disaat nanti Asalkan cinta telah bersemi di hati Rasa rindu yang jauh dari rasa benci Apapun yang akan terjadi dimasa kini Contoh 2 :

  11. Jadilah orang iman dan bertakwa Agar hidup selamat dan bahagia (2)Jika senantiasa menghargai sesama Tentulah sahabat banyak di mana-mana (3) Berbaiklah kepada orang tua Anda Niscaya hidupmu akan berkah dan bahagia (1) Mengumpat dan memuji hendaklah pikir Di situlah banyak orang tergelincir (2) Barang siapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tak bertiang b. Gurindam Kedua bait puisi tersebut dinamakan gurindam. Bentuk dan isi gurindam berbeda dengan pantun dan syair. Dari segi bentuk, gurindam hanya terdiri atas dua larik dan bunyi akhir a-a. Sementara itu, dari segi isi, gurindam mengandung pituah ajakan. 2 Buah 8-12 per larik Jumlah larik Jumlah suku kata isi Rima akhir a-a • Sebab, dugaan-dugaan • Nasihat, ajaran keagamaan

  12. Menganalisis Teks Pantun Contoh 1: Untuk menganalisis pantun, dapat digunakan sejumlah pertanyaan sebagai panduannya. Ada yang bersifat literal, interpretatif, inferensial, atau kritis. Analisis pantun ini bertujuan untuk menelaah pantun atas berbagai bagiannya, yakni berdasarkan bentuk, isi, dan bahasanya. Bapak itu pergi ke pasar Pulangnya membeli roti Anak itu rajin belajar Sayangnya lupa mengaji • 1. Pertanyaan literal, merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan wujud atau hal-hal yang ada pada puisi, misalnya tentang jumlah baris, rima, suku kata, sampiran, isi, atau arti katanya. • Contoh: • a. Kata apa saja yang rimanya sama dalam contoh puisi tersebut? • b. Berapakah jumlah suku kata pada larik ketiga puisi tersebut?

  13. Bapak itu pergi ke pasar Pulangnya membeli roti Anak itu rajin belajar Sayangnya lupa mengaji • 2. Pertanyaan interpretatif, merupakan pertanyaan yang menuntut jawaban berupa penafsiran atau pemaknaan kembali atas kata, larik, atau isi suatu puisi. • Contoh : • a. Apa maksud kata rajin didalam pantun tersebut? • b. Apa makna dari larik keempat puisi tersebut? 3. Pertanyaan inferensial, merupakan pertanyaan yang menuntut simpulan atas bentuk, isi, atau berbagai hal lainnya tentang puisi. • Contoh : • a. Apa maksud pantun yang anda sampaikan? • b. Apa kesamaan-kesamaan umum yang menandai suatu pantun? • 4. Pertanyaan kritis, merupakan pertanyaan yang berusaha menyingkap kesalahan atau kekeliruan suatu pantun. • Contoh : • a. Bagaimana pantun bisa ditradisikan dalam kehidupan masyarakat sekarang mengingat pantun itu merupakan cara berkomunikasi yang cukup berbelit-belit? • b. Layakkah puisi tersebut digolongkan kedalam pantun mengingat sampiran dan isinya tidak begitu jelas?

  14. Mengevaluasi Teks Pantun Analisis pantun bertujuan untuk memberikan penilaian atas kebaikan dan kekurangan suatu pantun. Untuk sampai pada tahap evaluasi, kita dapat memanfaatkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya. • Misalnya, dari hasil analisis, diketahui bahwa suatu pantun terdiri dari 8-16 suku kata. Pola rimanya a-a-a-a. Kata dari bahasa daerah banyak digunakan didalamnya. • Berdasarkan hasil analisis tersebut, kita dapat mengevaluasi bahwa pantun itu kurang baik. • Alasannya karena banyak aturan yang dilanggar.

  15. Contoh :

  16. Contoh lainnya:

  17. Selesai

More Related