1 / 90

MATA KULIAH FONOLOGI

MATA KULIAH FONOLOGI. OLEH DIRMAN, M.Pd. Pengertian Fonologi. Dari beberapa sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut 1) Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30). pengertian.

michi
Télécharger la présentation

MATA KULIAH FONOLOGI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MATA KULIAH FONOLOGI OLEH DIRMAN, M.Pd. fonologi

  2. Pengertian Fonologi • Dari beberapa sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut • 1) Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30). fonologi

  3. pengertian • 2) Fonologi ialah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana, 1995: 57). • 3) Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu (Chaer, 1994: 102). fonologi

  4. simpulan • Berdasarkan beberapa sumber tersebut dapatlah disimpulkan bahwa fonologi ialah bidang linguisik atau lmu bahasa yang menyelidiki, mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berserta fungsinya. fonologi

  5. Cabang Fonologi • Cabang Fonologi Fonologi Fonemik Fonetik fonologi

  6. Pengertian • 1) Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994: 102). fonologi

  7. Pengertian • 2) Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf, 1984: 30). fonologi

  8. Pengertian • Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi (Kridalaksana, 1995: 56). fonologi

  9. simpulan • Dengan demikian, jelaslah bahwa fonetik itu ialah cabang studi fonologi yang menyelidiki, mempelajari, dan menganalisis penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi-bunyi ujaran/bahasa yang dipakai dalam tutur tanpa memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna/arti, yang melibatkan analisis ilmu fisika, anatomi, dan psikologi. fonologi

  10. Fonemik • 1) Fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Untuk jelasnya kalau kita perhatikan baik-baik ternyata bunyi [i] yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan [batik] adalah tidak sama. fonologi

  11. Begitu juga bunyi [p] pada kata inggris [pace], [space], dan [map], juga tidak sama. Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi [p] pada deretan kata-kata di atas itulah salah satu contoh obyek atau sasaran studi fonetik. fonologi

  12. Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer, 1994: 102). fonologi

  13. Pengertian • 2) fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti (Keraf, 1984: 30). • 3) Fonemik adalah penyelidikan mengenai sistem fonem suatu bahasa (Kridalaksana, 1995: 56). fonologi

  14. simpulan • Jadi, jelaslah bahwa fonemik itu adalah cabang studi fonologi yang menyelidiki dan mempelajari bunyi ujaran/bahasa atau sistem fonem suatu bahasa dalam fungsinya sebagai pemdeda arti. • Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran/bahasa yang manakah dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti. fonologi

  15. Jenis-jenis Fonetik • Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa, Chaer (1994: 103) membedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu Fonetik FonetikAuditoris Fonetik Artikulatoris Fonetik Akustik fonologi

  16. penjelasan • fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. fonologi

  17. penjelasan • Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrennya • Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. fonologi

  18. Kridalaksana (1995: 57) mengemukakan adanya fonetik-fonetik sebagai berikut. Fonetik Fonetik instrumental Fonetik terapan Fonetik parametris fonologi

  19. penjelasan • Fonetik instrumental adalah bagian dari fonetik yang merekam, menganalisis, dan mengukuur unsur-unsur bunyi dengan mesin atau alat-alat elektronis seperti spektograf, osiloskop, dan lai-lain. fonologi

  20. Fonetik parametris adalah pendekatan dalam fonetik yang memandang wicara sebagai sistem fisiologis tunggal dengan variabel-variabel artikulasi dalam saluran suara yang terus-menerus bergerak dan saling bekerja sama dalam dimensi waktu untuk menghasilkan kontinuum bunyi yang disegmentasikan oleh pendengar menurut kaidah bahasa yang berlaku. Pandangan dinamsis ini berbeda dari pandangan statsis yang menganggap wicara sebagai urutan segmen-segmen yang terurai sebagai kumpulan ciri-ciri yang dapat dipisah-pisahkan (tempat artikulasi, artikulator, dan sebagainya). fonologi

  21. Fonetik terapan yaitu bidang linguistik terapan yang mencakup metode dan teknik pengucapan bunyi dengan tepat; misalnya, untuk melatih orang yang gagap, untuk melatih pemain drama, dan sebagainya. fonologi

  22. Ramelan (1985: 82) mengemukakan adanya fonetik sebagai berikut: fonetik fonetik khusus fonetik umum fonologi

  23. Penjelasan • fonetik umum, yaitu fonetik yang membahas bunyi bahasa yang dapat dihasilkan manusia secara umum. • Fonetik khusus, yaitu fonetik yang memfokuskan perhatiannya pada bunyi bahasa tertentu, misalnya fonetik yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa Indonesia disebut fonetik bahasa Indonesia. fonologi

  24. Alat Ucap Alat Ucap Titik artikulasibagian dari alat ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator Udara, yang dialirkan keluar dari paru-paru. Artikulator, bagian dari alat ucap yang dapat digerakkan atau atau digeserkan untuk menimbulkan suatu bunyi. fonologi

  25. Pita Suara • Di ujung atas dari larynx terdapatlah dua buah pita yang elastis yang disebut pita suara. Letak pita suara itu horizontal. Antara kedua pita suara itu terdapat suatu celah yang disebut glottis. fonologi

  26. Vokal • Vokal adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan (Keraf, 1984: 34). Vokal Maju Mundurnya Lidah Posisi Bibir Tinggi Rendahnya Lidah fonologi

  27. Diftong Diftong Diftong lebar Diftongturun Diftong naik Diftong sempit fonologi

  28. Konsonan • Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan. (Keraf, 1984: 35). Konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada satu tempat di saluran suara di atas glottis; bunyi bahasa yang dapat berada pada tepi suku kata dan tidak sebagai inti suku kata; fonem yang mewakili bunyi tersebut (Kridalaksana, 1993: 118). fonologi

  29. Berdasarkan artikulator dan titik artikulasinya • Konsonan-konsonan dapat dibagi atas: • 1) Konsosnan bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir: p, b, m, w. Karena kedua belah bibir sama-sama bergerak, serta keduanya juga menjadi titik sentuh dari bibir yang lainnya, maka sekaligus mereka bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. • 2) Konsonan labiodental, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulatornya: f, v. fonologi

  30. Konsonan apikointerdental, yaitu bunyi yang terjadi dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antargigi (dens) sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat konsonan t dan n. Dalam bahasa Jawa terdapat konsonan t, d, dan n. • 4) Konsonan apikoalveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi (alveolum) sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat d dan n, sedangkan dalam bahasa Jawa terdapat t, d, dan n. fonologi

  31. Konsonan palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulatror dan langit-langit keras (palatum) sebagai titik artikulasinya: c, j, ny. • 6) Konsonan velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dan langit-langit lembut (velum) sebagai titik artikulasinya, misalnya: k, g, ng, kh. fonologi

  32. 7) Hamzah (glotalstop), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan posisi pita suara tertutup sama sekali, sehinga sama sekali menghalangi udara yang keluar dari paru-paru. Celah antara kedua pita suara (sama dengan glottis) tertutup rapat. • 8) Laringal, yaitu bunyi yang terjadi karena pita suara terbuka lebar. Bunyi ini dimasukkan dalam konsonan karena udara yang keluar mengalami gesekan fonologi

  33. Berdasarkan halangan yang dijumpai udara waktu keluar dari paru-paru konsonan Getar atau tril Konsonan hambat (stop) Frikatif Likuida atau disebut juga lateral Spiran fonologi

  34. Penjelasan • 1) Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru sama sekali dihalangi, misalnya: p, b, k, t, d, dan lai-lain. Dalam pelaksanaannya, konsonan hambat dapat disudahi dengan suatu letusan; dalam hal ini konsonan hambat itu tersebut: konsonan peletus atau konsonan eksplosif, misalnya konsonan p dalam kata pukul, lapar. Atau konsonan hambat itu dapat dilaksanakan dengan tidak ada letusan; maka hambat itu bersifat implosif, misalnya t dalam kata berat, parit, dan lai-lain. Dengan cara sederhana dapat dikatakan bahwa hambat eksplosif terdapat bila suatu konsonan hambat diikuti vokal, sedangkan konsonan hambat implosif terjadi bila konsonan hambat itu tidak diikuti vokal. fonologi

  35. 2) Frikatif, yaitu bila udara yang keluar dari paru-paru digesekkan, terjadilah bunyi yang disebut bunyi geser atau frikatif, misalnya f, v, kh. • 3) Spiran, yaitu bila udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan berupa pengadukan, sedangkan sementara itu terdengar bunyi desis, maka konsonan itu disebut spiran; s, z, sy. fonologi

  36. 4) Likuida atau disebut juga lateral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mengangkat lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan keluar melalui kedua sisi (sisi = latin: latus) lidah: l. fonologi

  37. 5) Getar atau tril, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke alveolum atau pangkal gigi, kemudian lidah itu menjauhi lagi alveolum, dan seterusnya terjadi lagi seperti tadi berulang-ulang dengan cepat, sehingga udara yang keluar digetarkan. Bunyi ini, yang dihasilkan dengan ujung lidah sebagai artikulator disebut getar apical (apical tril). fonologi

  38. Di samping itu dalam ilmu bahasa dikenal pula semacam bunyi getar lain yang mempergunakan anak tekak sebagai artikulatornya, dan yang bertindak sebagai titik artikulasinya adalah belakang lidah. Konsonan getar macam ini disebut: getar uvular (uvular tril). Getar apical dilambangkan dengan /r/, sedangkan getar uvular secara fonetis dilambangkan dengan /R/. fonologi

  39. Berdasarkan turut tidaknya pita suara bergetar, konsonan dapat dibagi atas: • 1) Konsonan bersuara, yaitu bila pita suara turut bergetar: b, d n. g, w, dan sebagainya. • 2) konsonan tak bersuara, yaitu bila pita suara tidak bergetar: p, t, c, k, dan sebagainya fonologi

  40. Berdasarkan jalan yang diikuti arus udara ketika keluar dari rongga ujaran, konsonan dapat dibeda-bedakan atas: • 1) Konsonan oral, yaitu bila udaranya keluar melalui rongga mulut (mulut = Latin: os, -oris), misalnya p, b, k, d, w, dan sebagainya. • 2) konsonan nasal, yaitu bila udaranya keluar melalui rongga hidung (hidung = Latin: nasus), misalnya: m. n, ny, ng. fonologi

  41. Intonasi Intonasi Tekanan (Stress) Durasi Nada Perhentian fonologi

  42. tekanan tekanan Tekanan Kalimat Tekanan Distingtif dan Nondistingtif Tekanan dalam Bahasa Indonesia fonologi

  43. Penjelasan • Intonasi adalah kerja sama antara nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur, dari awal hingga ke perhentian terakhir (Keraf,1984: 38). Intonasi adalah pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada waktu mengucapkan ujaran atau bagian-bagiannya (Kridalaksana, 1993: 85). fonologi

  44. tekanan • 1) Pengertian Tekanan Yang dimaksud dengan tekanan (stress) adalah suatu jenis unsur supra segmental yang ditandai oleh keras lembutnya arus ujaran. Arus ujaran yang lebih keras atau lebih lembut ditentukan oleh amlpitudo getaran, yang dihasilkan oleh tenaga yang lebih kuat atau lebih lemah. Bila kita mengucapkan sepatah kata secara nyaring, misalnya kata /perumahan/, maka akan terdengar bahwa dalam arus ujaran itu ada bagian yang lebih keras diucapkan dari bagian yang lain fonologi

  45. Jadi, dalam hal ini dapat dibeda-bedakan beberapa macam tekanan yang bertalian dengan tingkatan keras-lembutnya, yaitu: • Tekanan paling keras • Tekanan keras • Tekanan lembut • Tekanan paling lembut fonologi

  46. Penjelasan • 1) Pengertian Tekanan • Yang dimaksud dengan tekanan (stress) adalah suatu jenis unsur supra segmental yang ditandai oleh keras lembutnya arus ujaran.Arus ujaran yang lebih keras atau lebih lembut ditentukan oleh amlpitudo getaran, yang dihasilkan oleh tenaga yang lebih kuat atau lebih lemah. fonologi

  47. Bila kita mengucapkan sepatah kata secara nyaring, misalnya kata /perumahan/, maka akan terdengar bahwa dalam arus ujaran itu ada bagian yang lebih keras diucapkan dari bagian yang lain. Jadi, dalam hal ini dapat dibeda-bedakan beberapa macam tekanan yang bertalian dengan tingkatan keras-lembutnya, yaitu: fonologi

  48. Tekanan paling keras • Tekanan keras • Tekanan lembut • Tekanan paling lembut fonologi

  49. 2) Tekanan Distingtif dan Nondistingtif • Dalam beberapa bahasa Barat, misalnya Inggris dan Belanda, tekanan dapat berfungsi untuk membedakan arti (distingtif). Berarti bila tekanan keras pada suatu bagian (segmen) dari kata dipindahkan ke bagian yang lain maka makna kata berubah, misalnya: • Inggris : refuse = sampah • refuse = menolak fonologi

  50. 3) Tekanan dalam Bahasa Indonesia • Walapun tekanan dalam bahasa Indonesia tidak bersifat distingtif, itu tidak berarti bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia tidak mengandung tekanan. Seperti dalam ilustrasi dengan kata /prumahan/, jelas ada tekanan dalam bahasa Indonesia. fonologi

More Related