1 / 20

ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA STUDI ISLAM

ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA STUDI ISLAM. Kelompok 6 : Nurngaeni Sulistiyowati ( 1001100160) Wiji Lestari ( 1001100181 ) Warsih Supriyatin ( 1001100173 ) Dian Purnamasari ( 1001100199 ) Tofik Sukma Widodo ( 1001100185 ) Ristia Purwandani ( 1001100166 )

nami
Télécharger la présentation

ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA STUDI ISLAM

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARASTUDI ISLAM Kelompok 6 : Nurngaeni Sulistiyowati (1001100160) Wiji Lestari (1001100181) Warsih Supriyatin (1001100173) Dian Purnamasari (1001100199) Tofik Sukma Widodo (1001100185) Ristia Purwandani (1001100166) Fitriana Nur Pangestika (1001100164)

  2. ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA • Latar Belakang Permasalahan Berbagai permasalahan menimpa Bangsa Indonesia seperti : • sering mengedepankan cara kekerasan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan • praktek korupsi yang semakin canggih • sering terjadi perkelahian antar pelajar • pelanggaran etika dan susila yang semakin vulgar • tindakan kejahatan yang mengancam ketenteraman dan keamanan ke 5 faktor ini bertabrakan dengan budaya dan nilai-nilai kepatutan sebagai bangsa Timur dan bangsa yang religius.

  3. Masyarakat Sekarang ini… Indonesia juga masih menghadapi persoalan yang serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain : • adanya sebagian umat Islam yang belum at home sebagai Bangsa Indonesia. • maraknya gerakan-gerakan umat yang kontra produktif, seperti terorisme, garakan-gerakan bawah tanah yang bertujuan mengganti bentuk negara, berbagai bentuk pembangkangan dan bahkan perlawanan terhadap negara dan pemerintahan yang sah Akibat dari sikap sebagian umat Islam ini sangat luas, berangkai dan kontra produktif bagi bangsa dan negara, dan khususnya bagi umat Islam.

  4. Tingkah Laku Berbangsa dan Bernegara Belakangan Ini… Berbagai permasalahan tersebut diasumsikan bersumber dari krisis etika dan moral: bisa korupsi dianggap prestasi, penipuan dianggap lumrah asalkan tidak keterlaluan, hilangnya budaya malu (marwah), hilangnya keperawanan tidak lagi disesalkan, politik uang untuk membeli kekuasaan, berbudi bahasa yang santun dianggap suatu kelemahan, agama tidak lagi dipedomani sebagai akhlak melainkan sebagai alat kepentingan dan kekuasaan, dan bahasa kekerasan adalah bahasa kekuasaan dan ketertindasan.

  5. Peraturan Pemerintah Sejak tahun 2001, MPR-RI mengeluarkan Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Lahirnya TAP ini, dipengarui oleh lemahnya pemahaman terhadap etika berbangsa, bernegara, dan beragama.

  6. Etika yang dimaksudkan dalam ketetapan MPR ini, yaitu: 1. Etika Sosial dan Budaya yang bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, memahami, menghormati, mencintai, dan saling menolong di antara sesama manusia. Sejalan dengan itu, perlu ditumbuhkan budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Dan budaya keteladanan yang harus diwujudkan dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun informal.

  7. 2. Etika Politik dan Pemerintahan mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokrasi yang bercirikan keterbukaan, tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat lain yang lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa

  8. 3. Etika Ekonomi dan Bisnis yangdimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi dan bisnis, baik oleh perseorangan, pemangku kepentingan, maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi, dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan saing, dan terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak kapada rakyat kecil melalui kebijakan secara berksinambungan

  9. 4. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan yang dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada keadilan. Etika ini meniscayakan penegakan hukum secara adil, perlakuan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak diskriminatif terhadap setiap warganegara di hadapan hukum, dan menghindarkan penggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan dan bentuk-bentuk manipulasi hukum.

  10. 5. Etika Keilmuan yang dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan martabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya

  11. 6. Etika Lingkungan yang menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan melestarikan lingkungan hidup serta penataan tata ruangan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.

  12. Agama sebagai Penebar Rahmat dan Anti Kekerasan • Islam dalam wataknya yang asli adalah anti kekerasan. Islam mengajarkan agar manusia memiliki sikap sosial luhur • Di Zaman sekarang pengabdian menggantikan kekuasaan, pelayanan menggantikan dominasi, pengampunan mengganti­kan permusuhan, cinta kasih menggantikan kebencian, derma menggantikan keserakahan, keadilan menggantikan kerusakan, dan kesabaran menggantikan kekerasan.

  13. Aspek Etika dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara • Bentuk etika dalam kehidupan publik Islam memberikan petunjuk bahwa persoalan publik itu diselesaikan dengan dengan cara musyawarah: “sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka”-(QS. Asy-Syura/48:38).

  14. 2) Etika kepada sesama warga Bangsa Dalam sebuah Negara yang menerapkan system syura, sesama warga bangsa memiliki dedudukan dan hak serta kewajiban yang sama. Negara tidak melakukan klasifikasi warganya atas dasar agamanya, melainkan atas dasar hukum yang berlaku apakah dia taat atau membangkang (bughot)

  15. 3) Etika terhadap Negara dan pemimpin Negara Etika terhadap pemimpin bangsa adalah bersikap loyal selama pemimpin bangsa itu tidak menyimpang terhadap dasar Negara. Dengan demikian, loyalitas warga Negara terhadap pemimpin Negara bersifat loyal-kritis, dan loyalitas konstitusional, bukan taat atau membangkang secara total

  16. 4) Nasionalisme Kecintaan terhadap tanah air dan bangsa merupakan fenomena alamiah, dan bagian dari fitrah manusia, dan bahkan ditakatan bagian dari iman. Sebaliknya paham yang meniadakan cinta tanah air adalah paham yang absurd (tidak masuk akal) dan utopia. Pendidikan agama perlu mengembangkan pemikiran dan sikap cinta tanah air, bukan nasionalisme sempit atau nasionalisme simbolik.

  17. 5) Patriotisme Patriotisme adalah sikap rela berkorban dan pantang menyerah dalam membela dan memperjuangkan kejayaan bangsa dan Negara.Sikap patriotisme biasanya lahir dari idealisme agama untuk bangsa dan Negaranya Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sikap patriotisme tidak bersifat sektarian, yaitu memperjuangkan kejayaan kelompok berdasar identitas agama, suku atau golongan

  18. Kesimpulan: etika dalam perilaku masyarakat, termasuk dalam politik bernegara adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, karena menafikkan salah satunya berarti menarik kegiatan politik dari dimensi sosial dan hanya menjadi urusan pribadi.

  19. Solusi Kondisi tersebut tentu saja sangat memprihatinkan. Kondisi ini menuntut semua pihak untuk mengambil peran masing-masing guna menyelamatkan generasi muda dan bangsa. Kaum agamawan sebagai penjaga etika dan moral masyarakat termasuk di dalamnya guru agama harus diberdayakan agar dapat mengambil peran secara signifikan. Demikian juga pendidikan agama yang memiliki peran strategis harus semakin ditingkatkan mutu dan relevansinya bagi upaya pembangunan moral bangsa. Pendidikan agama di sekolah perlu direkonstruksi agar dapat memerankan tugas dan fungsinya secara efektif yaitu membangun akhlak (etika dan moral) generasi penerus bangsa.

  20. Terima Kasih dan Wassalamualaikum Wr.Wb

More Related