1 / 24

KECELAKAAN PROSES

KECELAKAAN PROSES. MENGENAL PENYAKIT AKIBAT KERJA. Dalam melakukan pekerjaan apapun , sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan gangguan Kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.

ordell
Télécharger la présentation

KECELAKAAN PROSES

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KECELAKAAN PROSES

  2. MENGENAL PENYAKIT AKIBAT KERJA

  3. Dalam melakukan pekerjaan apapun , sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan gangguan Kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. • Oleh karena itu , penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,alat kerja , bahan , proses maupun lingkungan kerja. • Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease .Hal ini merupakan problem bagi para pekerja di berbagai sektor . Sebagian orang menyadari bahwa penyakit yang diderita besar kemungkinan karena pekerjaannya ,tetapi banyak yang tidak menyadari bahwa pekerjaan yang ditekuninya sehari – hari sebagai penyebab penyakit tertentu

  4. Banyak definisi tentang penyakit akibat kerja ,, yang semuanya terkait dengan alat kerja dan pekerjaan . • Beberapa di antaranya antara lain , “ An occupational disease maybe defined simply as one that is caused , or made worse , by exposure at work ” ( Cherry,1999 ) . • Di sini menggambarkan bahwa secara sederhana sesuatu yang disebabkan , atau diperburuk , oleh pajanan di tempay kerja . • Atau , “ An occupational disease is health problem caused by exposure to a workplace hazard ” ( Workplace Safety and Insurance Board –a, 2005 ) , sedangkan dari definisi kedua tersebut , penyakit akibat kerja adalah suatu masalah Kesehatan yang disebabkan oleh pajanan berbahaya di tempat kerja

  5. Dalam hal ini , pajanan berbahaya yang dimaksud oleh Work place Safety and Insurance Board ( 2005 ) antara lain : • Debu , gas , atau asap • Suara / kebisingan ( noise ) • Bahan toksik ( racun ) • Getaran ( vibration ) • Radiasi • Infeksi kuman atau dingin yang ekstrem • Tekanan udara tinggi atau rendah yang ekstrem

  6. Sebenarnya penyakit akibat kerja telah ada seusia peradapan manusia . Namun , publikasi akibat kerja baru ditulis oleh Bernardino Ramazzini ( 1633 – 1714 ) , seorangdokter keluarga D’Este di Modena . • Bukunya yang berjudul De Morbis Artificium sangat dikenal dan dianggap sebagai pelopor dalam kedokteran kerja . • Waktu itu karyanya tidak banyak dibaca orang , bahkan nyaris diabaikan. Barulah pada masa Revolusi Industri di Inggris , setelah penyakit yang bayak muncul di kalangan pekerja industri sangat meresahkan , buku ini mulai dilirik dan pemikiran-pemikirannya mulai dipertimbangkan .

  7. Penyakit akibat kerja merupakan manifestasi dari kesehatan kerja, atau kondisi kesehatan dari tenaga kerja atau pekerja. • Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/ metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk : • Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya. • Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerjanya. • Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya darikemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. • Menempatkan dam memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

  8. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengidentifikasi, menganalisa serta mengatasi penyakit akibat kerja, adalah : • kapasitas kerja, • beban kerja dan • lingkungan kerja. • Ketiga nya memberikan andil yang sangat besar bagi timbulnya penyakit akibat kerja. • Kapasitas kerja , beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. • Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

  9. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. • Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain- lain. • Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. • Kondisi lingkungan kerja ( misalnya , panas , bising , debu , zat –zat kimia dan lain – lain ) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja . • Beban-beban tersebut secara sendiri –sendiri atau bersama –sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja .

  10. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan . • Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor – faktor pelayanan kesehatan kerja , perilaku kerja serta faktor lainnya. • Penyakit akibat kerja dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja . Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya – bahaya kesehatan berperan dan usaha – usaha untuk mencegahnya . • Misalnya antara penyakit yang sudah jelas penularannya dapat melalui darah dan pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang , atau perlindungan yang belum baik pada para pekerja rumah sakit dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung

  11. Untuk mengantisipasi hal ini , maka langkah awal yang penting adalah pengenalan / identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi , kemudian dilakukan pengendalian .Karena itu ,untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama ( WHO ,1997 ) ,yakni :1) Pengenalan lingkungan kerjaPengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal( walk through inspection ) , dan ini merupakan langkah dasar yang pertama –tamadilakukan dalam upaya kesehatan kerja .2) Evaluasi lingkungan kerjaMerupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi –potensi bahaya yang mungkin timbul , sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan .3) Pengendalian lingkungan kerjaPengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap agen berbahaya di lingkungan kerja .Kedua tahapan sebelumnya , pengenalan dan evaluasi , tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat . Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang memadai untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja

  12. KESEHATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEKERJAAN • Setiap pekerja akan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya apabila kondisi Kesehatannya dalam keadaan prima. Agar kondisi Kesehatan kita tetap prima, tentunya kita harus faham tentang faktor-faktor yang dapat mengganggu Kesehatan.Status Kesehatan seseorang, menurut Blum (1981) ditentukan oleh 4 factor yakni :1. Genetik, Yang merupakan faktor bawaan manusia. 2. Pelayanan Kesehatan Meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.3. Perilaku Yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku. 4. Lingkungan Dapat berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia(organic/anorganik, logam berat, debu), biologi (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

  13. Interaksi dari berbagai faktor tersebut sangat mempengaruhi tingkat Kesehatan seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja. Dengan demikian, dalam pengelolaan Kesehatan, keempat factor tersebut perlu diperhatikan, khususnya dalam ketiga aspek terakhir yaitu pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.Hubungan antara kesehatan dan pekerjaan seseorang mulai dikenal sejak beberapa abad yang lalu, antara lain dengan didapatkannya penyakit akibat cacing atau gejala sesak nafas akibat timbunan debu dalam paru pada pekerja pertambangan. • Kaitan timbal balik pekerjaan yang dilakukan dan kesehatan pekerja semakin banyak dipelajari dan terus berkembang sejak terjadinya revolusi industri. • Pekerjaan mungkin berdampak negative bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik.Demikian pula status Kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.

  14. Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehatdan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan ataupenyakit. • Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan kearah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin. Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : • Beban kerja , berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatanpekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. • Kapasitas kerja yang banyak terga ntung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dsb. • Lingkungan kerja sebagai beban tambahan, baik itu berupa faktor fisik, kimia, biologi, ergonomic maupun psikososial

  15. Ketiga faktor tersebut diatas sangat berpengaruh terhadap produktifitas seorang pekerja. Sebagai contoh, apabila seorang pekerja mendapatkan tugas yang biasanya harus diselesaikan oleh dua orang namun saat ini ia harus menyelesaikannya sendiri, maka hal ini akan mempengaruhi kondisi kesehatannya dan juga pada gilirannya akan menurunkan produktifitas pekerja yang bersangkutan. Kapasitas kerja seseorang dapat dibedakan dengan seseorang lainnya denganmelihat dari beberapa hal diantaranya yaitu : • · Status kesehatannya • · Status Gizi • · Kesegaran Jasmani • · KSA ( knowledge, skill & attitute ) • · Motivasi • · Ukuran tubuh • Semakin baik faktor- faktor tersebut diatas , maka akan sebakin baik kapasitas seseorang dan semakin baik pula produktifitas kerja seorang pekerja.

  16. Safety in The Process • Safety atau keselamatan kerja merupakan salah satu faktor utama yang sering didengung-dengungkan oleh industri-industri beberapa tahun terakhir ini. • Kesadaran akan pentingnya safety ini didasari oleh keadaan di mana suatu investasi yang telah dilakukan, yang umumnya bernilai besar pada suatu pabrik/plant, dapat hilang atau rusak akibat adanya kelalaian dalam pengoperasian atau kelalaian terhadap safety procedure yang ada yang juga dapat membahayakan para pekerja.

  17. Safety dapat ditinjau dari dua sisi: 1) sisi teknikal dan 2) sisi manajemen. • Dari sisi teknikal, topik bahasan tentunya akan menjadi sangat beragam. Sebagai contoh, sudut pandang safety dari sisi Teknik Kimia tentu saja akan berbeda jika diihat dari sudut pandang Teknik Industri. • Teknik Kimia yang lebih banyak bergelut dengan industri proses tentu saja akan lebih banyak bersinggungan dengan faktor safety dari alat-alat (pressured vessel, flare stack, dan lain sebagainya). • Dalam hal ini tentunya akan ada parameter-parameter standar yang harus dipatuhi seperti (GPSA, API, ASME, ASTM, dan lain-lain) serta mungkin teman-teman akan sering mendengar istilah MAWP (Maximum Allowable Working Pressure), Mach number (relativitas kecepatan linier fluida terhadap kecepatan suara) dan istilah-istilah lainnya. • Sedangkan dari sisi Teknik Industri yang lebih banyak berhubungan dengan industri manufaktur, tentunya istilah dan acuan yang digunakan akan berbeda. • Walaupun demikian, akan terdapat beberapa kesamaan prosedur apabila dilihat sisi manajemen. Hal ini didasari akan tujuan safety tiap industri yang tidak terlalu jauh berbeda. Berikut akan dibahas tentang safety procedure dari sisi manajemen.

  18. Safe from the start • “Safe from the start” ialah suatu jargon yang diharapkan terjadi pada tiap proyek yang dilakukan mulai dari tahapan definition, planning, preliminary design, detailed design, construction, commissioning , dan hingga ke tahap production operation. • Banyak parameter yang digunakan dalam menyatakan seberapa patuh dan aware sebuah perusahaan terhadap perihal keselamatan kerja. • Salah satu parameter yang digunakan di Amerika Serikat adalah Total Case Incident Rate (TCIR) dimana nilai TCIR ini harus lebih kecil dari 1.0, parameter TCIR ini dikeluarkan oleh US. Occupational Safety and Health Admininstration dan dinyatakan sebagai standar pada tahun 2002. • TCIR sendiri dihitung berdasarkan kasus injury/illness yang terjadi selama 200,000 man-hour period (1 man-hour dapat didefinisikan sebagai 1 orang dikalikan dengan 1 jam). Pada konteks 200,000 man-hour period ini dianggap ada 100 orang pekerja dengan waktu kerja 50 minggu pertahunnya dan 40 jam perminggunya. • TCIR juga dipakai oleh U.S. Bereau of Labor Statistics (semacam Biro Pusat Statistik untuk buruh) sebagai suatu sumber data untuk kasus kecelakaan kerja yang terjadi.

  19. Untuk mencapai angka kecelakaan kerja yang kecil, sebagaimana dinyatakan dalam syarat TCIR diperlukan suatu safety procedure yang baik. Adapun tujuan dari prosedur safety ini antara lain: • Menghindari kecelakaan, luka, atau penyakit akibat kelalaian dalam bekerja • Menghindari adanya dampak buruk terhadap lingkungan • Menghindari adanya pelanggaran terhadap undang – undang keselamatan kerja yang berlaku • Menghindari adanya kehilangan aset, produk atau sistem bisnis perusahaan

  20. The Safest Company Year 2003 • Salah satu perusahaan yang mempunyai record TCIR yang baik adalah Honeywell Process Solution (HPS). Perusahaan ini dilaporkan memiliki nilai TCIR sebesar 0.29 dan 0.05 untuk Project Operation Group (bagian dari perusahaan tersebut yang khusus menangani proyek) pada tahun 2003. Berikut beberapa tahapan penerapan safety yang disadur dari Honeywell Process Solution (HPS): • Project Safety Assessment (PSA)Pada tahapan ini, perusahaan akan membentuk suatu tim khusus untuk meninjau dan mengevaluasi setiap faktor atau kejadian yang mungkin terjadi dan menyebabkan terjadinya hazard. Pada tahapan ini biasanya akan menghasilkan beberapa checklist yang akan ditinjau lebih lanjut oleh pihak-pihak terkait dalam proyek. • Data Gathering and ScopeChecklist yang telah dihasilkan dari tahapan pertama selanjutnya akan diberikan kepada pihak terkait dalam proyek (construction manager) sebagai langkah awal dalam pengumpulan data. Pada tahap ini biasanya akan ada interview dari tim PSA untuk memastikan efek dan cakupan dari bahaya (hazard) yang mungkin terjadi pada tiap tahapan proses.

  21. Defining The Action PlanSetelah semua data terkumpul tim PSA akan membandingkan hazard yang mungkin terjadi dengan regulasi dan standar operasi yang telah ada untuk mengembangkan safety action plan yang bersifat spesifik terhadap tiap bahaya. Dalam tahapan ini ada 4 langkah yang harus dilakukan : • Executive overview and project description • Administrative issues • Policies and procedures • Forms • Management Sign-OffRencana yang telah ditetapkan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari pihak manajemen. Untuk itu perlu adanya komitmen dari pihak manajeman, kontraktor, dan pelanggan (customer) dalam mengimplementasikan safety didalam proyek tersebut. Salah satu cara adalah dengan membuat semacam nota kesepakatan yang ditandatangani oleh setiap stakeholder perusahaan yang menyatakan akan selalu mengikuti, menjalankan, dan mengutamakan safety dalam tiap tahapan proyek.

  22. Safety Program Kickoff and TrainingSalah satu bentuk nyata dari komitmen perusahaan adalah dengan mengirimkan para pekerjanya ke dalam suatu bentuk safety training. Para pekerja diwajibkan untuk mengikuti pelatihan tersebut dan harus lulus dengan nilai memuaskan untuk memastikan bahwa safety knowledge telah diterima dengan baik oleh para pekerja tersebut. Daftar pihak – pihak yang terkait dalam pelatihan beserta jenis pelatihan dapat dilihat pada Figure 1. • Project ExecutionTibalah saatnya untuk menjalankan proyek yang disepakati. Pada tahapan ini akan dilakukan pengontrolan terhadap proyek yang telah berjalan untuk memastikan apakah safety procedure yang telah ditetapkan dipatuhi atau tidak. Berikut salah satu formulir administratif yang harus diisi (contoh dari Honeywell Process Solution).

  23. Reward and RecognitionTujuan dari tahapan ini adalah untuk memberikan ‘contoh’ kepada pekerja lain. Dimana pada tahapan ini akan dicari pekerja/tim yang ‘paling’ mematuhi safety procedure yang telah ditetapkan. Penghargaan akan diberikan untuk memicu prestasi dari tim/pekerja lain. Dalam tahapan ini reward juga dapat diberikan oleh project owner kepada contractor. • Project Review and CloseSetelah proyek selesai akan ada evaluasi oleh tim PSA dengan pihak terkait dalam (konstruksi dan perancangan) proyek. Dalam evaluasi akan dibahas faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan atau keberhasilan dalam menjalankan safety procedure atau lebih dikenal dengan istilah learned lessons dari suatu proyek.

More Related