1 / 24

Asuhan Keperawatan klien dengan post KRANIOTOMI

Asuhan Keperawatan klien dengan post KRANIOTOMI. Oleh Reni Prima Gusty. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT. 1. Pengertian Kraniotomi. Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan.

ouida
Télécharger la présentation

Asuhan Keperawatan klien dengan post KRANIOTOMI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Asuhan Keperawatan klien dengan post KRANIOTOMI Oleh Reni Prima Gusty

  2. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT 1.Pengertian Kraniotomi Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan. (Hinchliff, Sue. 1999).

  3. 2. INDIKASI • Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker. • Mengurangi tekanan intrakranial. • Mengevakuasi bekuan darah . • Mengontrol bekuan darah, dan • Pembenahan organ-organ intrakranial. • Tumor otak • Perdarahan (hemorrage) • Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms) • Peradangan dalam otak • Trauma pada tengkorak.

  4. 3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK • Tomografi komputer (pemindaian CT) • Pencitraan resonans magnetik (MRI) • Electroencephalogram (EEG) • Angiografy Serebral • Sinar-X • Brain Auditory Evoked Respon (BAER) • Positron Emission Tomography (PET) • Fungsi lumbal, CSS • Gas Darah Artery (GDA) • Kimia/elektrolit darah • Pemeriksaan toksikologi • Kadar antikonvulsan darah

  5. 4. PENATALAKSANAAN MEDIS PRAOPERASI • Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi dengan medikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko kejang pascaoperasi. Sebelum pembedahan, steroid (deksametason) dapat diberikan untuk mengurangai edema serebral.

  6. PASCAOPERASI • Jalur arteri dan jalur tekanan vena sentral (CVP) dapat dipasang untuk memantau tekanan darah dan mengukur CVP. Pasien mungkin atau tidak diintubasi dan mendapat terapi oksigen tambahan.

  7. 1. Mengurangi Edema Serebral : Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi pemberian manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas dari area otak (dengan sawar darah-otak utuh). 2. Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang :Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas 37,5 C dan untuk nyeri. 3. Memantau Tekanan Intrakranial : Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada pasien yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior.

  8. 5. KOMPLIKASI PASCA BEDAH • Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pascabedah intrakranial atau kraniotomi adalah sebagai berikut : • Peningkatan tekanan intrakranial • Perdarahan dan syok hipovolemik • Ketidakseimbangan cairan dan elekrolit • Infeksi • Kejang

  9. 6. PENGKAJIAN • Primery survey (ABCDE) • Secondary survey

  10. a. Primery survey (ABCDE) Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway • Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya menurun. • Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi (suara napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. • Feel (raba)

  11. Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat • Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada yang adekuat. • Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada. • Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak memastikan adanya ventilasi yang adekuat.

  12. Circulation dengankontrolperdarahan 1. Responawaltubuhterhadapperdarahanadalahtakikardiuntukmempertahankan cardiac output walaupun stroke volummenuru 2. Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan sistolik-tekanan diastolik) 3. Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka timbullah hipotensi 4. Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut tekan pada daerah tersebut 5. Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal MAE (Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain kasa, biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal ini membantu mengurangi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial) 6. Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari terjadinya koagulopati dan gangguan irama jantung.

  13. Disability. a. GCS setelah resusitasi b. Bentukukuran dan reflekcahayapupil c. Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi tubuh penderita harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama pemeriksaan. Pemeriksaan bagian punggung harus dilakukan secara log-rolling dengan harus menghindari terjadinya hipotermi (America College of Surgeons ; ATLS)

  14. b. Secondary survey 1. Kepala dan leher • Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan distribusi rambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala, massa, pembengkakan, nyeri tekan, fontanela (pada bayi)). • Leher. Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan parut, massa), tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea), mobilitas leher.

  15. 2. Dada dan paru • Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. • Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan tactil vremitus • Perkusi. Perhatikan adanya hipersonor atau ”dull” yang menunjukkan udara (pneumotorak) atau cairan (hemotorak) yang terdapatb pada rongga pleura. • Auskultasi. Berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkeal dan untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara.

  16. 3. Kardiovaskuler • Inspeksi dan palpasi. Area jantung diinspeksi dan palpasi secara stimultan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan (heaves). • Perkusi. Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung. 4. Ekstermitas • Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada ekstremitas bersangkutan Cedera pembuluh darah • Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku

  17. Diagnosa Keperawatan dengan NANDA,NIC, dan NOC • Resikoinfeksib.dinsisi pembedahan kraniektomi NOC: Pengetahuan: PengendalianInfeksi Indikator: • Mendeskripsikanjalantansmisiinfeksi • Mndeskripsikanfaktor-faktor yang mempengaruhitransmisiinfeksi • Mendeskripsikantandadangejalainfeksi • Mendeskripsikanaktivitas-aktivitasuntukmeningkatkankekebalanterhadapinfeksi

  18. NIC: PerlindunganInfeksi Aktivitas: • Monitor tanda-tandadangejalasistemikdan local dariinfeksi • Monitor daerah yang mudahterinfeksi • Batasipengunjung • Lindungisemuapengunjungdaripenyakitmenular • Lakukanperawatankulituntuk area yang edema

  19. Inspeksikulitdan membrane mukosa yang memerah, panas, ataukering • Inspeksikondisidarilukaoperasi • Anjurkanpeningkatanmobilitasdanlatihan • Anjurkannapasdalamdanbatukefektif • Instruksipasienuntukmendapatkan antibiotic sesuairesep • Laporkankemungkinanadanyainfeksidalamupayapengendalianinfeksi

  20. 2.Gangguan rasa nyaman NOC I : Kontrol Nyeri Kriteria Hasil : • 1. Mengetahui faktor penyebab nyeri • 2. Mengetahui permulaan terjadinya nyeri • 3. Menggunakan tindakan pencegahan • 4. Melaporkan gejala • 5. Melaporkan kontrol nyeri

  21. NOC II : Tingkat Nyeri Kriteria Hasil : • 1. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang • 2. Frekuensi nyeri berkurang • 3. Lamanya nyeri berlangsung • 4. Ekspresi wajah saat nyeri • 5. Posisi tubuh melindungi

  22. NIC I : Manajemen Nyeri Aktivitas • 1. Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, kualitas, keparahan nyeri dan faktor pencetus nyeri. • 2. Observasi ketidaknyamanan non verbal. • 3. ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal relaksasi, guide imajeri, terapi musik, distraksi.

  23. NIC II : Manajemen Analgetik Aktivitas • 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan tingkat nyeri sebelum mengobati pasien. • 2. Cek obat meliputi jenis, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik. • 3. Tentukan jenis analgetik ( Narkotik, Non-Narkotik) disamping tipe dan tingkat nyeri. • 4. Tentukan Analgetik yang tepat, cara pemberian dan dosisnya secara tepat. • 5. Monitor tanda – tanda vital

  24. THANK YOU

More Related