1 / 54

Balai Diklat Transportasi Darat Tegal Jl. Semeru No. 3 Tegal Jawa Tengah

Part 1. TEORI UMUM PERSIMPANGAN. Balai Diklat Transportasi Darat Tegal Jl. Semeru No. 3 Tegal Jawa Tengah. oleh : Anton Budiharjo. CURRICULUM VITAE. Nama : Anton Budiharjo Asal: Jombang Instansi : BPPTD Tegal Pengalaman: 1. Diklat Training of the Trainer 2009

ovid
Télécharger la présentation

Balai Diklat Transportasi Darat Tegal Jl. Semeru No. 3 Tegal Jawa Tengah

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Part 1 TEORI UMUM PERSIMPANGAN Balai Diklat Transportasi Darat Tegal Jl. Semeru No. 3 Tegal Jawa Tengah oleh: Anton Budiharjo

  2. CURRICULUM VITAE Nama : Anton Budiharjo Asal: Jombang Instansi : BPPTD Tegal Pengalaman: 1. Diklat Training of the Trainer 2009 2. Diklat Road Safety management 2010 3. Diklat RSP, Thailand 2010

  3. INTRODUCTION ? MENGAPA SIMPANG PERLU DIATUR

  4. INTRODUCTION PERSIMPANGAN = SUMBER KEMACETAN

  5. INTRODUCTION ALASAN • DAERAH KONFLIK PERGERAKAN • DAERAH SUMBER KEMACETAN • MEMBERI KESEMPATAN KEPADA PEJALAN KAKI • DAERAH RAWAN KECELAKAAN • TUNDAAN/ DELAY YANG TINGGI • KONVERSI ENERGI • DAN ALASAN-ALASAN LAINYA

  6. INTRODUCTION ASPEK LEGALITAS UU NO. 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NO.KM 62 TAHUN 1993 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS

  7. INTRODUCTION • Persimpangan adalah simpul pada jaringan jalan dimana jalan jalan bertemu dan lintasan kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing masing kaki persimpangan menggunakan ruang jalan pada persimpangan secara bersama sama dengan lalu lintas lainnya. • Persimpangan merupakan tempat yang rawan terhadap kecelakaan karena terjadinya konflik antara kendaraan dengan kendaraan lainnya ataupun antara kendaran dengan pejalan kaki, oleh karena itu merupakan aspek yang sangat penting dalam pengndalian lalu lintas.

  8. INTRODUCTION MANAJEMEN PERSIMPANGAN Yaitukegiatanperencanaan, pengaturan, pengawasan, pengendaliankawasanpersimpangansupayadapatdigunakan optimal danefisien

  9. INTRODUCTION • Terdapat 4 (empat) jenis dasar dari alih gerak kendaraan pada persimpangan, yaitu : • berpencar (diverging) • bergabung (merging) • berpotongan (crossing) • bersilangan (weaving) • Suatu pergerakan alih gerak berpotongan lebih berbahaya dari pada bersilangan, dan secara berurutan, lebih berbahaya dari pada alih gerak yang bergabung dan berpencar. Hal ini disebabkan karena diikut sertakannya kecepatan kecepatan relatif yang besar.

  10. INTRODUCTION Pergerakan dasar di simpang DIVERGING MERGING WEAVING CROSSING

  11. INTRODUCTION • ADA 3 CARA PEMECAHAN KONFLIK DI SIMPANG : • SOLUSI TIME SHARING • Yaitusolusi yang melibatkanpenggunaanbadanjalanuntukmasing – masingarahpergerakanlalulintaspadasetiapperiodewaktutertentu . ContohnyaSimpang APILL ( signalized intersection) • 2. SOLUSI SPACE SHARING • Yaitusolusimerubahkonflikpergerakanbersilangan(crossing) menjadijalinan(weaving dan merging). Contohnyaadalahbundaran(roundabout) • 3. SOLUSI GRADE SEPARATION • Yaitusolusi yang meniadakankonflikpergerakanbersilangan (crossing) denganmenempatkanaruslalulintasdenganelevasi yang berbedapadatitikkonflik. Contohnyaadalahsimpangtaksebidang( Interchange) • (Banks theory, 2002)

  12. INTRODUCTION HIERARKI PENGATURAN PERSIMPANGAN SIMPANG PRIORITAS ( PRIORITY JUNCTION / GIVE WAY ) SIMPANG DIATUR PETUGAS SIMPANG BERLAMPU LALU LINTAS (TRAFFIC LIGHT / APILL) BUNDARAN (ROUNDABOUT) SIMPANG TAK SEBIDANG ( INTERCHANGE )

  13. INTRODUCTION SIMPANG PRIORITAS ( PRIORITY JUNCTION / GIVE WAY)

  14. INTRODUCTION SIMPANG DIATUR PETUGAS

  15. INTRODUCTION SIMPANG BERLAMPU LALU LINTAS (TRAFFIC LIGHT / APILL)

  16. INTRODUCTION BUNDARAN (ROUNDABOUT)

  17. INTRODUCTION SIMPANG TAK SEBIDANG ( INTERCHANGE )

  18. INTRODUCTION PERSIMPANGAN BER APILL • Manfaat lampu lalu lintas sendiri adalah untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan disamping meminimumkan hambatan. Untuk menurunkan hambatan dan meningkatkan kapasitas dipersimpangan yang menggunakan APILL dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : • Menggunakantahap/ phasesedikitmungkin • Arus yang memasuki persimpangan harus dapat ditampung • Waktu yang dialokasikan untuk masing-masing tahap harus memenuhi kebutuhan. • (G.R WELLS)

  19. INTRODUCTION TEKNIK PENGATURANNYA • Mengijinkan pergerakan, dimana derajat terjadinya konflik masih dalam batas kewajaran (rendah), pergerakan dapat dilakukan dengan aman dan konflik pergerakan dapat diterima misalnya belok kanan bersamaan dengan arus lurus yang berlawanan) • Membatasi pergerakan, misalnya melarang belok kanan bila pergerakan-pergerakan yang akan menyebabkan konflik dilarang • Memisahkan pergerakan yaitu dengan memisahkan aliran arus lalu lintas yang akan menyebabkan konflik ke dalam beberapa tahap. (STE – 2,1987)

  20. INTRODUCTION SYARAT PEMASANGAN APILL • Arus minimal lalu lintas yang menggunakan persimpangan rata-rata diatas 750 kendaraan/ jam selama 8 jam dalam sehari • Atau bila waktu menunggu/ hambatan rata-rata kendaraan dipersimpangan telah melampaui 30 detik • Persimpangan digunakan oleh rata-rata lebih dari 175 pejalan kaki/ jam selama 8 jam dalam sehari • Sering terjadi kecelakaan pada persimpangan yang bersangkutan • Merupakan kombinasi dari sebab-sebab yang disebutkan diatas Atau karena pada daerah yang bersangkutan dipasang suatu sistem pengendali lalu lintas terpadu (Area Traffic control/ ATC), sehingga setiap persimpangan yang termasuk di dalam daerah yang bersangkutan harus dikendalikan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas Syarat-syarat yang disebutkan diatas tidaklah baku, dan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. (Menuju lalin yang Tertib, 1995)

  21. INTRODUCTION PEDOMAN PENGATURAN APILL • TAHAP PERENCANAAN • TAHAP DESAIN • TAHAP OPERASI

  22. INTRODUCTION • TAHAP PERENCANAAN Yaitu proses perencanaan pembangunan APILL dengan cara menentukan tipe dan tata letak sistem pengaturan lalu lintas. Contohnya : Penentuan tata letak persimpangan dan penentuan fase persimpangan dengan kebutuhan lalu lintas yang diberikan B. TAHAP DESAIN Yaitu proses menentukan desain rekomendasi pembangunan APILL . Contohnya : Perubahan dan perbaikan persmpangan ber APILL yang ada , seperti perubahan fase, waktu siklus dan perubahan desain geometrik persimpangan C. TAHAP OPERASI Yaitu proses menentukan pengaturan waktu dan kapasitas persimpangan ber APILL. Contohnya : Memperkirakan kapasitas yang tersedia dan kebutuhan perbaikan kapasitas dan/atau perubahan fase APILL sebagai akibat pertumbuhan lalu lintas

  23. FUNGSI APILL • Mengaturpemakaianruangpersimpangan • Meningkatkan keteraturan arus lalu lintas • Meningkatkankapasitasdaripersimpangan • Mengurangikecelakaandalamarahtegaklurus • Mengurangitundaan/ delay • dll

  24. LALU LINTAS BELOK KIRI • Persimpangan, baik yang diaturdengan APILL atautidak, padaprinsipnyamengijinkanlalulintasbelokkirisecaralangsung (LTOR); • 2. Bilalalulintasbelokkirimenimbulkangangguanpadalalulintasmenerus, dapatdipasanglampu filter ataurambuperintahBelokKiriIkutiIsyaratLampu.

  25. EVALUASI Perhitungan waktu APILL harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan.

  26. DAMPAK PERENCANAAN • DAMPAK PERENCANAAN GEOMETRI • 1. Sinyal lalu-lintas mengurangi jumlah kecelakaan pada simpang dengan empat lengan dibandingkan dengan simpang dengan tiga lengan • 2. Kanalisasigerakanmembelok (lajurterpisahdanpulau-pulau) jugamengurangijumlahKecelakaan • DAMPAK KESELAMATAN AKIBAT PENGATURAN SINYAL • 1. Hijauawaldapatmenambahjumlahkecelakaan • 2. Arusberangkatterlindungakanmengurangijumlahkecelakaandibandingkandenganarusberangkatterlawan • Penambahanantarhijauakanmengurangijumlahkecelakaan • Pengunaan countdown timer dapatmengurangitingkatkecelakaandanemisi

  27. Saran umum lain mengenai perencanaan: - Lebarlajurefektif min. 2,75 m, gunakanwaktusiklus optimum untukmendapatkanhambatan/ delay minimum - Lajurmembelok yang terpisahsebaiknyadirencanakanmenjauhigarisutamalalu-lintas, danlebarlajurmembelokharusmencukupisehinggaarusmembeloktidakmenghambatpadalajurterus (min. 2,75m) - Median harusdigunakanbilalebarjalanlebihdari 10 muntukmempermudahpenyeberanganpejalankakibdanpenempatantiangsinyalkedua - Markapenyeberanganpejalan kaki sebaiknyaditempatkan 3-4 m darigarislurusperkerasanuntukmempermudah kendaraan yang membelok mempersilahkan pejalan kaki menyeberang dan tidak menghalangikendaraan-kendaraan yang bergeraklurus - Perhentianbissebaiknyadiletakkansetelahsimpang, yaituditempatkeluardanbukanditempatpendekat.

  28. Penempatan zebra-cross pada simpang bersinyal

  29. Saran umum lain mengenai perencanaan: Fase (danlajur) terpisahuntuklalu-lintasbelokkanandisarankanterutamapadakeadaan-keadaanberikut: - Terdapatcukuplajuruntuklalulintasbelokkanan - Bilaterdapatlebihdarisatulajurterpisahuntuklalu-lintasbelokkananpadasalahsatupendekat. - Bilaarusbelokkananselama jam puncakmelehihi 200 kendaraan/jam dankeadaan-keadaanberikutdijumpai: * Jumlahlajurmencukupikebutuhankapasitasuntuklalu-lintaslurusdanbelokkirisehinggalajurkhususlalu-lintasbelokkanandiperlukan * Jumlahkecelakaanuntukkendaraanbelokkanandiatas normal danusaha-usahakeselamatanlainnyatidakdapatditerapkan • Waktu kuning sehaiknya dijadikan 5 detik pada sinyal dijalan kecepatan tinggi > 40 km/jam (jalan arteri). • Amber/ waktu kuning rata-rata 3 detik, All red/ merah semua rata-rata 2 detik

  30. PROSEDUR PERHITUNGAN • PENGUMPULAN DATA • KondisiGeometrik , pengaturanlalulintasdanatributpersimpangan • (lebarlajur, lebarefektif, radius,dll) • Kondisiaruslalulintas • (Perhitungandilakukan per satuan jam untuksatuataulebihperiode, misalnyadidasarkanpadakondisiaruslalu-lintasrencana jam puncakpagi, siangdan sore. Aruslalu-lintas (Q) untuksetiapgerakan (belok-kiri QLT, lurus QST danbelok-kanan QRT) dikonversidarikendaraan per-jam menjadisatuanmobilpenumpang (smp) per-jam denganmenggunakanekivalenkendaraanpenumpang (emp) untukmasing-masingpendekatterlindungdanterlawan)

  31. PROSEDUR PERHITUNGAN

  32. Satuan Mobil Penumpang untuk persimpangan (MKJI 1997)

  33. MODEL DASAR Permulaan arus berangkat menyebabkan terjadinya apa yang disebut sebagai 'Kehilangan awal' dari waktu hijau efektif, arus berangkat setelah akhir waktu hijau menyebabkan suatu 'Tambahan akhir‘ dari waktu hijau efektif, lihat Gambar 2.1:2. Jadi besarnya waktu hijau efektif, yaitu lamanya waktu hijau di mana arus berangkat terjadi dengan besaran tetap sebesar S, dapat kemudian dihitung sebagai: Waktu Hijau Efektif = Tampilan waktu hijau - Kehilangan awal + Tambahan akhir

  34. Model dasar untuk arus jenuh (akcelik 1989)

  35. PROSEDUR PERHITUNGAN RINCI Arus jenuh dasar (So) Yaitu arus jenuh pada keadaan standar atau arus jenuh eksisting, dengan persamaan sebagai berikut : So = 600 x We (smp / jam) Dimana : So = arus jenuh dasar (smp/jam) We = Lebar efektif pendekat (m)

  36. Faktor penyesuaian ukuran kota (Fcs) Jumlah penduduk atau ukuran suatu kota dapat mempengaruhi pola lalu lintas pada suatu persimpangan, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

  37. Faktor penyesuaian hambatan samping (FSF) Yaitu ditentukan sebagai fungsi dari jenis lingkungan jalan, tingkat hambatan samping dan rasio kendaraan tak bermotor. Jika hambatan samping tidak diketahui, hal ini dapat dianggap tinggi agar tidak menilai kapasitas terlalu besar, faktor hambatan samping dapat dilihat dibawah ini:

  38. Faktor penyesuaian kelandaian (FG) Adalah fungsi dari kelandaian (Gradien) FG = 1- 0.01 x % tanjakan untuk tanjakan FG = 1- 0.005 x % turunan untuk turunan

  39. Fo = - 0.00417.(We)² + 0.10338.( We) + 0.18735 Faktor penyesuaian parkir (Fp) Adalah ditentukan sebagai fungsi dari jarak garis henti/ stop line sampai dengan kendaraan yang diparkir pertama dari lebar pendekat (WA), Fp dapat diketahui dan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Fp = Fo - Fo – 1 Lp 80

  40. FAKTOR KOREKSI BELOK KANAN (Frt) Qrt Prt = -------- Qtot Frt = 1,0 + Prt x 0,26 FAKTOR KOREKSI BELOK KIRI (Flt) Qlt Plt = -------- Qtot Flt = 1,0 + Plt x 0,26

  41. S = So x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT smp/ jam hijau ARUS JENUH PENYESUAIAN S = Arus jenuh penyesuaian (smp/ jam) So = Arus jenuh dasar (smp/ jam) FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota FSF = Faktor penyesuaian hambatan samping FG = Faktor penyesuaian kelandaian FP = Faktor penyesuaian parkir FRT = faktor penyesuaian belok kanan FLT = rasio belok kiri

  42. Fase (Phase) Pada pengontrolan lampu lalu lintas dipersimpangan, masalah (konflik) antara arus kendaraan diatasi oleh pemisah dengan waktu. Prosedur pemisahan arus kendaraan tersebut dinamakan sebagai fase/ phase. Waktu antar hijau (Intergreen) Periode waktu antar hijau adalah suatu waktu diantara satu tahap yang menyala kuning (pada suatu kaki persimpangan) sampai lampu tahap selanjutnya pada kaki persimpangan yang lain menyala hijau. Waktu ini ditentukan berdasarkan pertimbangan keselamatan terhadap waktu yang diperlukan oleh satu kendaraan untuk keluar dari suatu persimpangan sebelum pergerakan yang berlawanan diperbolehkan mulai bergerak. Waktu antar hijau lalu lintas lurus

  43. L = Total (WHA – A) + n.(S/D) Analisa waktu yang hilang (Lost time) Kenyataan dilapangan pada saat lampu kuning menyala arus lalu lintas masih ada yang melintas persimpangan. Kaitannya dengan waktu antar hijau adalah waktu kuning (amber) merupakan bagian dari waktu antar hijau (intergreen) ini terdapat waktu yang hilang (lost time) sebesar : Waktu Antar Hijau – Waktu Kuning (amber) n = jumlah fase dalam satu siklus L = Waktu hilang (lost Time ) dalam satu sklus (detik) WHA = Waktu Antar Hijau pada fase-I (detik) A = Waktu Kuning /amber (detik) R/A = Waktu hilang akibat persiapan berjalan (detik

  44. Waktu siklus optimum (Cycle time optimum) Adalah waktu yang efektif dan optimal untuk menghindari pengendali persimpangan yang tidak efektif dan hambatan yang lama. Dari hasil Road Research Technical Paper 39 menunjukkan bahwa kurang lebih waktu siklus optimum (Optimum Cycle Time) adalah : 1,5 .L + 5 WAKTU SIKLUS (Co) = 1 - ∑Ymax Co = waktu siklus optimum L = waktu hilang dalam satu siklus Σymax = Total nilai dari Y maksimum

  45. Berdasarkan gambar grafik di atas, pada saat nilai hambatan paling kecil (Dm), maka waktu siklusnya merupakan waktu siklus optimum (Co). Waktu siklus optimum ini yang sebaiknya digunakan untuk mengendalikan persimpangan, sehingga penggunaan persimpangn menjadi efisien serta hambatan yang terjadi pada persimpangan tersebut adalah nilai hambatan/ delay yang nilainya paling kecil.

  46. EGc = Co - L Analisa waktu hijau (Green Time) Waktu hijau merupakan waktu kendaraan diharuskan untuk menyeberangi persimpangan dan belum tentu digunakan oleh kendaraan yang melewati garis henti (stop line) lengan dengan tepat atau belum tentu sesuai dengan waktu hijau yang diatur alat pengendali/ APILL. Untuk itu waktu hijau dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu : • a. Waktu hijau efektif (effective green time) • Waktu hijau efektif adalah lamanya waktu yang diberikan pada suatu lengan untuk melepaskan arus lalu lintas yang berada pada lengan tersebut secara efektif, dengan persamaan sebagai berikut : EGc = waktu hijau efektif yang tersedia dalam satu siklus (detik) Co = waktu siklus (detik) L = total waktu yang hilang dalam satu siklus (detik)

  47. Sedangkan untuk waktu hijau efektif tiap-tiap fase-nya adalah : EGi = Yi x EGc Ymax EGi = waktu hijau efektif fase - i (detik) Yi = nilai Y fase - i Ymax = total nilai Y dalam satu siklus

  48. AGi = EGi + (R/A) – waktu kuning/ amber • b. Waktu hijau sebenarnya (aktual green time) • Waktu hijau aktual adalah lamanya waktu hijau yang diatur oleh alat pengendali lalu lintas/ APILL pada suatu fase. Untuk menentukan waktu hijau aktual adalah ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : AGi = waktu hijau aktual fase - i (detik) R/A = hambatan siap untuk berjalan/ starting delay Amber = waktu kuning (detik)

  49. λ = EGn C Analisa waktu hambatan (Delay) Dari hasil penelitian F.V. Webster dituangkan dalam Road ResearchTechnical Paper 39 mengenai rata-rata hambatan per kendaraan pada suatu lengan persimpangan. Penelitian tersebut merupakan kombinasi antara teori antrian dengan simulasi komputer digital. Dari hasil penelitiannya itu diketahui bahwa rumus hambatan/ delay untuk suatu lengan persimpangan yang mana rata-rata waktu tunda/ delay per-kendaraan dalam detik dapat dihitung dengan tahapan sebagai berikut : Tahap I. λ = proporsi waktu hijau efektif lengan – n dengan waktu siklus EGn = waktu hijau efektif lengan – n (detik) C = waktu siklus (detik)

  50. Tahap II X = Qi Si.λ X = tingkat kejenuhan Qi = arus lengan – i (smp/ detik) Si = arus jenuh lengan – I (smp/ detik)

More Related