1 / 45

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Maiza Fikri, ST, M.M. DEFINISI AGAMA. MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG BISA DITERIMA / DISEPAKATI SEMUA KALANGAN

phuoc
Télécharger la présentation

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Maiza Fikri, ST, M.M

  2. DEFINISI AGAMA • MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) • TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG BISA DITERIMA / DISEPAKATI SEMUA KALANGAN • ADA 14 DEFINISI AGAMA YANG MENGETENGAHKAN BERBAGAI PERSAMAAN DAN PERBEDAAN

  3. CONTOH DEFINISI AGAMA • DILIHAT DARI 2 ASPEK : • SEBAGAI KEADAAN PSIKOLOGIS RELIGIUSITAS : KEPERCAYAAN ATAU IMAN KEPADA ZAT YANG BERSIFAT KETUHANAN YANG PATUT DITAATI DAN DISEMBAH

  4. LANJUTAN CONTOH DEFINISI AGAMA 2. SEBAGAI HAKIKAT EKSTERNAL : ADALAH SEPERANGKAT PANDUAN TEORITIS YANG MENGAJARKAN KONSEPSI KETUHANAN DAN SEPERANGKAT ATURAN PRAKTIS YANG MENGATUR ASPEK RITUALNYA

  5. Lanjutan Definisi Agama (Sosiologi) • Sistem kepercayaan /sistem religi • Ada kelompok/komunitas/masyarakat yang menganut sistem kepercayaan/sistem religi • Ada pemimpin dan umat, ada strata sosial • Ada ritual bersama dan individu

  6. Lanjutan Definisi Agama • Ada atribut bersama / kolektif dan individual • Ada tempat melakukan ritual • Ada waktu dan periodisasi ritual • Ada nilai dan norma

  7. 3 PENDEKATAN UNTUK MENDEFINISIKAN AGAMA • 1. INSTITUSI • 2. FUNGSI • 3. SUBSTANSI

  8. PENDEKATAN INSTITUSI • DIGUNAKAN OLEH PARA AHLI SEJARAH SOSIAL DAN SOSIOLOGI • DEFINISI AGAMA :  SUATU PANDANGAN HIDUP YANG INSTITUTIONALIZED YANG MUDAH DIBEDAKAN DARI YANG LAIN YANG SEJENIS DALAM HAL : SISTEM KEMASYARAKATAN, KEYAKINAN, RITUAL, DAN ETIKA YANG ADA DALAM AJARAN

  9. INSTITUSI KEAGAMAAN • Proses Pelembagaan / proses institusionalisasi • Pelembagaan yang melahirkan “rutinisasi kharisma”  proses fundamental yang mendahului berdirinya organisasi keagamaan

  10. LANJUTAN INSTITUSI AGAMA • Penyesuaian dengan masyarakat • Berlangsung pada 3 tingkat yang saling mempengaruhi : antara ibadah, doktrin dan organisasi

  11. Lanjutan Pelembagaan • Karena kebutuhan akan stabilitas dan kesinambungan, serta kebutuhan melestarikan isi keimanan • Kharisma yang ada secara individu diubah menjadi kharisma institusi

  12. LANJUTAN KELEMBAGAAN • Kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang timbul dari implikasi doktrin yang diajarkan

  13. LANJUTAN PELEMBAGAAN • Kebutuhan untuk menafsirkan kembali implikasi ajaran-ajaran tradisional agar isinya tetap sesuai dengan situasi baru • Kebutuhan untuk mengatasi pengaruh ekstrinsik

  14. LANJUTAN PELEMBAGAAN • Pemujaan atau ibadah tetap merupakan monopoli pengurus dan pemuka agama • Bertumpu pada doktrin yang telah digariskan

  15. LANJUTAN PELEMBAGAAN • Kebutuhan menentukan dan mengajarkan serta merupakan saluran yang terlembaga di dalam mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan atau apapun yang dituhankan • Kebutuhan proses rutinisasi (ibadah, doktrin, organisasi, power relationship)

  16. LANJUTAN PELEMBAGAAN • Kebutuhan proses pemantapan kembali pengalaman keagamaan di kala memuja Tuhan atau yang dituhankan

  17. LANJUTAN PELEMBAGAAN • Diperlukan organisasi keagamaan • Penguatan keimanan dan umat (kohesivitas umat) • Penyebaran doktrin agama • Proses memperbanyak umat

  18. PENDEKATAN FUNGSI • PARA AHLI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI ADA YANG MENDEFINISIKAN AGAMA DARI SUDUT FUNGSI SOSIALNYA  YAITU SUATU SISTEM KEHIDUPAN YANG MENGIKAT MANUSIA DALAM SATUAN-SATUAN ATAU KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL, ADA SITUASI SOSIAL • PENDEKATAN INI DIDUKUNG OLEH : EMILE DURKHEIM, ROBERT N. BELLAH, THOMAS LUCKMANN, DAN CLIFFORD GEERTZ

  19. ADA SITUASI SOSIAL • Pendiri agama dan penganut nya sering datang dari berbagai latar-belakang sosial, Strata sosial masyarakat • Ada perbedaan fungsi, nilai dan norma

  20. LANJUTAN SITUASI SOSIAL • Ada perbedaan pandangan, gaya hidup, kebutuhan, tanggapan dan motivasi yang ragam • Muncul keragaman aliran dan sekte dalam satu agama

  21. PENDEKATAN SUBSTANSI • DIDEFINISIKAN OLEH PAKAR TEOLOGI, FENOMENOLOGI • MEREKA MENGUTAMAKAN ASPEK SUBSTANSINYA YANG SANGAT ASASI  YAITU SESUATU YANG SAKRAL (The Sacred) • PENDUKUNGNYA : RUDOLF OTTO, DAN MIRCEA ELIADE

  22. PERLUASAN DEFINISI AGAMA • ADA KECENDERUNGAN BARU DIKALANGAN PARA AHLI DARI BERBAGAI DISIPLIN ILMU UNTUK MEMPERLUAS DEFINISI AGAMA HINGGA MENCAKUP SEMUA JENIS KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN SERTA IDEOLOGI • BERSIFAT THEISTIC (KETUHANAN) MAUPUN YANG TIDAK BERKETUHANAN (NON-THEISTIC) • TOKOHNYA : JOHN HICK

  23. LANJUTAN PERLUASAN DEFINISI AGAMA • DIKENAL SEBAGAI AGAMA ALTERNATIF • TERMINOLOGI PAUL TILLICH  QUASI-RELIGIONS ( IDEOLOGI YANG MIRIP AGAMA ATAU IDEOLOGI PENGGANTI AGAMA ) • NINIAN SMART  WORLDVIEWS ( ADALAH FILSAFAT HIDUP ATAU PANDANGAN DUNIA )

  24. AGAMA DALAM ARTI LUAS • MENCAKUP SEMUA JENIS AGAMA, KEPERCAYAAN, SEKTE MAUPUN BERBAGAI JENIS IDEOLOGI MODERN SEPERTI  HUMANISME, SEKULARISME, NASIONALISME, DLL

  25. PANDANGAN JOHN HICK • LEBIH DIKENAL DENGAN TERMINOLOGI PLURALISME AGAMA • BERANGKAT DARI PENDEKATAN SUBSTANTIF  YANG MENGUNGKUNG AGAMA DALAM RUANG PRIVAT YANG SANGAT SEMPIT  MEMANDANG AGAMA LEBIH SEBAGAI KONSEP HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEKUATAN SAKRAL TRANSENDENTAL DAN BERSIFAT METAFISIK KETIMBANG SEBAGAI SUATU SISTEM SOSIAL

  26. LANJUTAN PANDANGAN HICK • SEJATINYA, SEMUA AGAMA ADALAH MANIFESTASI-MANIFESTASI DARI REALITAS YANG SATU • BAHWA AGAMA-AGAMA BESAR MERUPAKAN PERSEPSI DAN KONSEPSI YANG BERBEDA SEKALIGUS MERUPAKAN RESPON YANG BERAGAM TERHADAP YANG REAL ATAU YANG MAHA AGUNG, DARI DALAM PRANATA KULTURAL MANUSIA YANG BERVARIASI

  27. LANJUTAN PANDANGAN HICK • SEMUA AGAMA SAMA • TIDAK ADA AGAMA YANG LEBIH BAIK DARI YANG LAIN • PENDEKATAN SUBSTANTIF MENIMBULKAN PROSES PENGEBIRIAN DAN “REDUKSI” PENGERTIAN AGAMA YANG SANGAT DAHSYAT • PEMIKIRAN “PERSAMAAN” AGAMA ( dalamhaleksistensiriil agama-agama maupunaspekesensidanajarannya / syariat )

  28. LANJUTAN PANDANGAN HICK • PLURALISME AGAMA  DIHARAPKAN UNTUK TERCAPAINYA SUATU KEHIDUPAN BESAMA ANTAR AGAMA YANG HARMONIS, PENUH TOLERANSI, DAN SALING MENGHARGAI

  29. MUNCULNYA PLURALISME AGAMA • BANYAK DAN BERAGAM • SECARA UMUM DAPAT DIKLASIFIKASIKAN DALAM DUA FAKTOR UTAMA, YAITU :  FAKTOR INTERNAL ( IDEOLOGIS )  FAKTOR EKSTERNAL ( SOSIO-POLITIS DAN ILMIAH )

  30. FAKTOR INTERNAL ( IDEOLOGIS ) • TIMBUL AKIBAT TUNTUTAN AKAN KEBENARAN YANG MUTLAK (absolute truth claims) DARI AGAMA-AGAMA ITU SENDIRI, BAIK DALAM MASALAH AQIDAH, SEJARAH MAUPUN DALAM MASALAH KEYAKINAN ATAU DOKTRIN “KETERPILIHAN”

  31. LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS • ( THE DOCTRINE OF CHOSENNES ATAU DIVINE SELECTION ) • ADANYA KEYAKINAN SESEORANG YANG SERBA MUTLAK DAN ABSOLUT BAHWA APA YANG DIYAKINI DAN DIIMANINYA ITU ADALAH YANG PALING BENAR DAN PALING SUPERIOR (sifat alami)

  32. LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS • KEYAKINAN AKAN ABSOLUTISME DAN KEMUTLAKAN INI BERLAKU DALAM HAL AQIDAH, MAZHAB, DAN IDEOLOGI ( baik yang berasal dari wahyu Allah maupun dari sumber lainnya )

  33. LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS • ABSOLUTISME AGAMA INI HAMPIR TIDAK ADA YANG MEMPERTANYAKAN ATAU MEMPERTENTANGKANNYA • PD ERA MODERN (DEKADE AKHIR ABAD KE-20) MUNCUL PEMIKIRAN RELATIVITAS AGAMA DIKALANGAN PEMIKIR & KAUM INTELEKTUAL

  34. LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS • RELATIVISME AGAMA MUNCUL SEBAGAI SEBUAH IDEOLOGI BARU ATAU “AGAMA BARU” MENGGANTIKAN FAHAM ABSOLUTISME AGAMA • HAL INI MEMPERPARAH ISU PERTENTANGAN ANTAR KEYAKINAN-KEYAKINAN ABSOLUT

  35. LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS • DALAM KONTEKS IDEOLOGI INI, UMAT MANUSIA TERBAGI MENJADI DUA BAGIAN :  MEREKA YANG BERIMAN DENGAN TEGUH TERHADAP WAHYU LANGIT ATAU SAMAWI  MEREKA YANG TIDAK BERIMAN KECUALI HANYA KEPADA KEMAMPUAN AKAL (RASIONALITAS)

  36. LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS • MEREKA YANG BERIMAN PADA WAHYU SAMAWI, MEYAKINI ADANYA ESENSI WUJUD YANG GAIB, METAFISIK, ATAU KEKUATAN TRANSENDENTAL YANG ADA DIBALIK KEKUATAN ALAM

  37. LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS • KELOMPOK PERTAMA INI TERJEBAK DALAM PERBEDAAN PENDAPAT YANG TAK MUNGKIN DIKOMPROMIKAN SAMA SEKALI DALAM MENENTUKAN SIAPA/APA ESENSI ZAT YANG GAIB, BAIK DALAM ASPEK BILANGAN, SUBSTANSI MAUPUN EKSISTENSINYA

  38. LANJUTAN FAKTOR IDEOLOGIS • KELOMPOK KEDUA, SAMA SEKALI TIDAK MENGIMANI SEMUA YANG GAIB DAN DIANGGAP TIDAK RASIONAL (TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN MELALUI PANCA INDERA)

  39. FAKTOR KETERPILIHAN • KEYAKINAN SEBAGAI BANGSA TERPILIH OLEH TUHAN MERUPAKAN SUATU AQIDAH YANG HAMPIR DIDAPATI DALAM SEMUA AGAMA

  40. LANJUTAN FAKTOR KETERPILIHAN • AQIDAH INI SANGAT PEKA DAN BERPERAN PENTING DALAM MEMBENTUK KESADARAN EMOSIONAL UMAT BERAGAMA • AQIDAH INI LEBIH DIKENAL PADA AGAMA SAMAWI (Yudaisme, Kristen, Islam) DIBANDING AGAMA-AGAMA LAIN

  41. LANJUTAN • AQIDAH PEMBEBASAN DAN KESELAMATAN • FILSAFAT HIDUP YANG MEMBERIKAN HAK EKSKLUSIF KEPADA SUATU BANGSA/UMAT ATAS PEMBEBASAN DAN KESELAMATAN (SALVATION)

  42. FAKTOR EKSTERNAL • ADANYA GERAKAN KAJIAN ILMIAH MODERN TERHADAP AGAMA-AGAMA (STUDI PERBANDINGAN AGAMA) • CONTOHNYA : ORIENTALISME • KAJIAN PARA AHLI BARAT TERHADAP AGAMA-AGAMA TIMUR

  43. LANJUTAN • KESIMPULAN PENTING DARI KAJIAN PERBANDINGAN AGAMA (secara historis, fenomenologis, sosiologis, psikologis, dan filosofis) ADALAH BAHWA AGAMA-AGAMA DUNIA HANYA MERUPAKAN EKSPRESI ATAU MANIFESTASI YANG BERAGAM DARI SUATU HAKIKAT

  44. LANJUTAN • METAFISIK YANG ABSOLUT DAN TUNGGAL • DENGAN KATA LAIN, SEMUA AGAMA ADALAH SAMA • PREMIS YANG MENDASARINYA  BAHWASANYA AGAMA ADALAH SIKAP DAN RESPONS MANUSIA

  45. LANJUTAN • PREMIS YANG MENDASARINYA  BAHWASANYA AGAMA ADALAH SIKAP DAN RESPONS MANUSIA TERHADAP SUATU HAKIKAT KETUHANAN YANG ABSOLUT

More Related